Membiasakan prilaku terpuji
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Didalam
kehidupan sehari – hari terdapat berbagai macam segi kehidupan yang memiliki
aturan dan tata cara yang harus kita taati. Pakaian merupakan salah satu
kebutuhan yang tak bisa lepas dari hidup kita. Seiring dengan perkembangan
zaman, berpakaian sudah menjadi salah satu pusat perhatian dalam kemajuan
globalisasi. Berbagai macam jenis pakaian telah muncul dikehidupan kita,
sehingga membuat kita harus memilih – milih yang mana yang pantas untuk kita
pakai serta tidak melanggar ajaran agama Islam. Begitu juga berhias, pengaruh
dunia barat sangat besar bagi negara kita Indonesia. Alat – alat semakin
canggih, untuk berhias pun tak jadi hal yang susah bagi kita.
Ajaran
agama Islam tak hanya membahas hal yang besar bagi manusia, hal yang kecil
seperti perjalanan, bertamu dan menerima tamu dianggap hal yang kecil bagi
sebagian besar manusia untuk dipelajari. Kesadaran akan pentingnya aturan yang
telah ada didalam Al – Qur’an terkadang terlupakan bagi kita. Mengabaikan hal –
hal kecil yang ujungnya akan berakibat bagi kehidupan sehari – sehari.
Melewatkan hal – hal yang kecil secara terus menerus membuat kita membentuk
sebuah kebiasaan yang buruk sepanjang kita lupa akan aturan.
Untuk
itu, sebagian besar manusia melupakan aturan – aturan yang telah ditetapkan.
Berpakaian tidak sesuai dengan ajaran Islam, Berhias berlebihan, menempuhi
perjalanan tanpa ingat waktu, bertamu tanpa mengenal siapa tuan rumah, dan
menerima tamu tanpa memperhatikan apa yang harus dilakukan. Makalah ini dibuat
agar menjadi ulasan kembali ingatan kita dan menambah pengetahuan kita, bahwa
berpakaian, bertamu, berhias, perjalanan dan menertima tamu mempunyai aturan
tersendiri.
B.
TUJUAN
Adapun tujuan kami membuat
makalah ini:
1. Mengetahui pengertian dan
pentingnya akhlak berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu
2. Menunjukkan nilai – nilai
positif dari akhlak berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu
dalam fenomena kehidupan sehari – hari
3. Dapat Membiasakan akhlak
berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu, dan menerima tamu
C.
RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan pengertian dan
pentingnya akhlak berpakaian, berhias, perjalanan, betamu dan menerima tamu
2. Apa saja nilai positif
dari akhlak berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu
3. Bagaimana cara membiasakan
akhlak berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu
BAB II
PEMBAHASAN
A.
AKHLAK BERPAKAIAN
Pakaian adalah salah satu
alat pelindung fisik manusia. Tentunya pakaian tak lepas dari kehidupan
manusia. Semua kehidupan manusia haruslah sesuai syari’at Islam, yang mana
telah diatur oleh Al – Qur’an. Maka dari itu, manusia haruslah berpakaian
sesuai dengan yang telah diatur oleh Allah SWT. Berpakaian sesuai dengan
syari’at Islam, akan membuat kita merasa itu adalah sebuah kewajiban untuk
menjaganya agar tetap dengan aturan yang ada.
Pakaian adalah kebutuhan
pokok bagi setiap orang sesuai dengan situasi dan kondisi dimana seorang
berada. Pakaian termasuk salah satu kebutuhan yang tak bisa lepas dari
kehidupan. Karena pakaian mempunyai manfaat yang sangat besar bagi kehidupan
kita. Melindungi tubuh kita agar tidak mengalami dan mendapatkan bahaya dari
luar. Dalam bahasa Arabg pakaian disebut dengan kata “Libaasun-tsiyaabun”. Dan
salam kamus besar Bahasa Indonesia, pakaian diartikan sebagai barang apa yang
biasa dipakaioleh seorang baik berupa jaket, celana, sarung, selendang,
kerudung, jubah, surban dll.
Secara isltilah, pakaian
adalah segala sesuatuyang dikenakan seseorang dalam berbagai ukuran dan modenya
berupa (baju, celana, sarung, jubah, ataupun yang lain), yang disesuaikan
dengan kebutuhan pemakainya untuk suatu tujuan yang bersifat khusus artinya
pakaian yang digunakan lebih berorientasi pada nilai keindahan yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi pemakaian. Pakaian mempunyai tujuan umum untuk
melindungi ataupun menutup tubuh manusia agar terhindar dari bahaya yang dapat
merusak tubuh kita secara langsung melalui kontak fisik. Sedangkan menurut
agama lebih mengarah kepada menutup aurat tubuh manusia, agar tidak melanggar
ketentuan syariat.
§ Nilai positif Akhlak
Berpakaian
Pakaian sangat berfungsi
bagi tubuh kita, salah satunya untuk melindungi kulit kita. Apabila kulit kita
tidak terlindungi oleh pakaian, langsung terkena pancaran sinar ultra violet,
maka kulit kita akan terbakar dan kita bisa mengalami kanker kulit.
Pakaian juga menjaga suhu
tubuh menusia agar tetap stabil, dengan menggunakan jenis bahan pakaian
tertentu, kita bisa menjaga suhu tubuh kita. Pakaian juga bisa menjadi
identitas diri kita, apabila kita menggunakan pakaian yang bagus dan kelihatan
nyaman, berarti kita sudah memenuhi kriteria berpakaian yang sopan, dan kita
pun bisa melakukan ibadah tanpa harus khawatir, apakah baju kita suci dan
pantas untuk dipakai.
§ Membiasakan akhlak
berpakaian
Agama Islam memerintahkan
pemeluknya agara berpakaian yang baik dan bagus, sesuai dengan kemampuan masing
– masing. Dalam pengertian bahwa pakaian tersebut dapat memenuhi hajat tujuan
berpakaian, yaitu menutup aurat dan keindahan.
Islam memiliki etika
berbusana yang telah diatur oleh Allah SWT didalam Al – Qur’an dan Hadits.
Didalam Islam, kita sebagai umat Allah tidak diperbolehkan memakai pakaian yang
melanggar aturan Islam, tetap harus mengikuti aturan itu sampai kita meninggal.
Jika kita melanggar, dan tidak mau mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh
Allah, maka sama saja kita orang munafiq. Zaman semakin berkembang bukan
berarti kita harus mengikuti perkembangan yang ada secara keseluruhan. Pakaian
merupakan pengaruh yang besar bagi perkembangan zaman. Karena, akibat dari
perkembangan zaman yang datangnya dari Dunia Barat, sangat mempengaruhi mode
pakaian kita sebagai umat muslim. Maka dari itu biasakanlah berpakaian sesuai
syari’at Islam, agar tidak terpengaruh oleh pengaruh – pengaruh negatif, yang
membuat kita lupa akan Allah serta aturanNya.
B.
AKHLAK BERHIAS
Berhias
adalah naluri yang dimiliki oleh manusia. Berhias sudah menjadi kebutuhan bagi
sebagian besar manusia, agara dapat memperindah diri baik di lingkungan sekitar
maupun diluar. Berhias adalah salah satu alat untuk mengekspresikan diri, yang
menunjukkan identitas serta jati diri seseorang. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, berhias diartikan “usaha memperelok diri dengan pakaian ataupun yang
lainnya yang indah, berdandan dengan dandanan yang indah dan menarik”.
Berhias dapat memberikan kesan indah tersendiri bagi orang lain yang melihatnya, baik dari segi pakaian, maupun make up wajah mereka.
Berhias dapat memberikan kesan indah tersendiri bagi orang lain yang melihatnya, baik dari segi pakaian, maupun make up wajah mereka.
§ Nilai positif Akhlak
Berhias
Berhias dapat menunjukkan
kepribadian kita. Apabila kita menggunakan hiasan yang cocok dengan diri kita,
maka orang akan menilai diri kita dengan pandangan yang berbeda ketika kita
tidak berhias. Jika kita menggunakan arloji, jas, kerudung, maka orang lain
akan memandang kita dengan penug pemikiran. Bahwa kita sebenarnya tidak
sesederhana yang dibayangkan. Kita bisa berorientasi dengan waktu, tanpa
meninggalkan syari’at Islam.
Berhias memberikan
pengaruh positif dalam berbagai aspek kehidupan, karena berhias diniatkan untuk
beribadah, maka setiap langkah kita akan menjadi langkah menggapai barokan dan
pahala dari Allah SWT. Namun sebaliknya apabila berhias hanya untuk menarik
perhatian orang lain untuk tergoda dan memuji muji kita agar kita senang
sendiri, maka itu menjadi alat yang sesat. Lupa akan Allah, dan hanya ingin dijadikan
alat pemuas diri kita. Maka yang demikian itu adalah haram.
§ Membiasakan akhlak berhias
Berhias merupakan
kebutuhan manusia untuk menjaga dan mengaktualisasikan dirinya menurut tunutan
perkembangan zaman. Nilai keindahan dan kekhasan dalam berhias menjadi tuntutan
yang terus dikembangkan seiring dengan perkembangan zaman. Dalam kaitannya
dengan kegiatan berhias atau berhias atau berdandan, maka setiap manusia
memiliki kebebasan untuk mengekspresikan keinginan mengembangkan berbagai mode
menurut fungsi dan momentumnya, sehingga berhias dapat menyatakan identitas
diri seseorang.
Dalam Islam diperintahkan
untuk berhias yang baik, bagus, dan indah sesuai dengan kemampuan masing –
masing. Terutama apabila kita akan melakukan ibadah shalat maka seyogyanya perhiasan
yang kita pakai itu haruslah baik, bersih dan indah (bukan berarti mewah),
karena mewah itu sudah memasuki wilayah berlebihan.
Hal ini sesuai firman
Allah; “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki )
masjid, makan, minumlah, dan janganlah berlebih – lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang yang brlebih – lebihan.” Qs. Al - A’raf /7 : 31)
C. AKHLAK PERJALANAN (SAFAR)
Perjalanan dalam bahasa
Arab disebut dengan kata “Rihlah atau – Safar” dalam kamus besar Bahasa Indonesia
perjalanan diartikan ; “perihal” (cara, gerakan, dsb) Berjalan atau berpergian
dari suatu tempat menuju tempat untuk suatu tujuan”. Secara istilah, perjalanan
sebagai aktifitas seseorang untuk keluar ataupun meninggalkan rumah dengan
berjalan kaki ataupun menggunakan berbagai sarana transportasi yang
mengantarkan sampai pada tempat tujuan dengan maksud ataupun tujuan tertentu.
Pada zaman Rasulullah,
melakukan perjalanan telah menjadi tradisi masyarakat Arab. Dalam Al Qur’an
Surah Al Quraisy yang disebut diatas, Allah mengabadikan tradisi masyarakat
Arab yang suka melakukan perjalananpada musim tertentu untuk berbagai
keperluan. Karena itu tidak heran jika Islam sebagai satu – satunya agama yang
mengatur kegiatan manusia dalam melakukan perjalanan, mulai dari masa persiapan
perjalanan, ketika masih berada dirumah, selanjutnya pada saat dalam perjalanan
dan ketika sudah kembali pulang dari suatu perjalanan. (Roli A. Rahman, dan M.
Khamzah, 2008: 37)
§ Nilai positif Akhlak
Perjalanan
Keuntungan melakukan
perjalanan diantaranya yaitu:
1. Safar dapat menghibur diri
dari kesedihan
2. Safar menjadi sarana bagi
sesorang untuk memperoleh tambahan pengalaman
3. Safar dapat mengantarkan
seseorang untuk memperoleh pengalaman dan ilmu pengetahuan
4. Dengan Safar maka seseorang
akan lebih banyak mengenal adapt kesopanan yang berkembang pada suatu komunitas
masyarakat.
5. Perjalanan akan dapat
menambah wawasan dan bahkan kawan yang baik dan mulia. (Roli A. Rahman, dan M.
Khamzah, 2008: 37)
§ Membiasakan akhlak
perjalanan
Sebaiknya setiap orang memikirkan terlebih
dahulu secara matang terhadap semua perjalanan. Niat kita harus lah baik, ingin
beribadah kepada Allah SWT. Apabila melakukan safar atau Rihlah dengan
perhitungan jadwal yang matang, akurat , rinci dan jelas agendanya. Sebaiknya
jika suatu perjalanan tanpa adanya agenda yang jelas, maka akan cenderung
menyia – nyiakan waktu, biaya ataupun Energi, dan bahkan akan membuka celah
bagi syaitan untuk menyesatkan dan akhirnya tujuan Safar tak tercapai. Dan kita
harusnya bersyukur jika kita sudah berhasil melakukan perjalanan.
D.
AKHLAK BERTAMU
Dalam
kehidupan bermasyarakat, kita tidak akan pernah terlepas dari kegiatan bertemu.
Adakalanya kita yang datang mengunjungi anak saudara, teman-teman atau para
kenalan, namun kesempatan lain berganti kita yang dikunjungi. Supaya kegiatan
saling berkunjung tetap berdampak positif bagi kedua belah pihak, maka islam
memberikan tuntunan begaimana sebaiknya bertamu dan menerima tamu dilakukan.
Bertamu
merupakan tradisi masyarakat yang selalu dilestarikan. Dengan bertamu seorang
bias menjalin persaudaraan bahkan dapat menjalin kerja ama untuk meringankan
berbagai maalah yang dihadapi dalam kehidupan.adakalanya seorang bertamu karena
adanya urusan yang serius, mialnya untuk mencari solusi terhadap problema
masyarakat actual, sekedar bertandang, karena lama tidak ketemu (berjumpa)
ataupun sekedar untuk mampir sejenak. Dengan bertangang ke rumah kerabat atau
sahabat, maka kerinduan terhadap kerabat ataupun ahabat dapat tersalurkan,
sehingga jalinan persahabatan menjadi kokoh.
Bertamu
dalam bahaa Arab disebut dengankata ( ) “Ataa liziyaroti, atau ( - )
Iatadloofa-Yastadliifu”. Menurut kamus bahasa Indonesia, bertamu diartikan ;
“dating berkunjung kerumah seorang teman atupun kerabat untuk suatu tujuan
ataupun maksud (melawat dan sebagainya)”. Ecara istilah bertamu merupakan
kegiatan mengunjungi rumah ahabat, kerabat atau[un orang lain, dalam rangka
menciptakan kebersamaan dan kemalahatan bersama.
Tujuan
bertamu sudah barang udah barang tentu untuk menjalin persaudaraan ataupun
perahabatan. Sedangkan bertamu kepadea orang yang belum dikenal, memiliki
tujuan untuk saling memperkenalkan diri ataupun bermaksud lain yang belu
diketahui kedua belah pihak. Bertamu merupakan kebiaaan poitif dalam kehidupan
bermasyarakat dari zaman tradisional sampai zaman modern. Dengan melestarikan
kebiaaan kunjung mengunjungi, maka segala persoalan mudah dilestarikan, segala
urusan mudah diberskan dan segala maalah mudah diatasi.
§ Nilai positif Akhlak
Bertamu
1. Bertamu secara baik dapat
menumbuhkan sikap toleran terhadap oaring lain dan menjauhkan sikap pakaan,
tekanan, dan intimidasi. Islam tidak mengenal tindakan kekerasan. Bukan saja
dalam usaha meyakinkan orang lain terhadap tujuan dan maksud beik kedatangan,
tetapi juga dalam tindak laku dan pergaulan dengan sesame manuia harus
terhindar cara-cara pakaan dan kekerasan.
2. Dengan bertamu ataupun
bertangang, seorang akan mempertemukan persamaan ataupun kesesuaian sehingga
akan terjalin persahabatan dan kerjasama dalam menjalin kehidupan.
3. Dengan bertamu, seorang
akan melakukan diskui yang baik, sikap yang sportif, dan elegan terhadap
seamanya.
4. Bertamu dianggap sebagai
sarana yang efektif untuk berdakwah dan menciptakan kehidupan mesyarakat yang
bermartabat.
§ Membiasakan Akhlak Bertamu
Sesungguhnya bertamu itu
sebagai kegiatan yang cukup mengasyikan. Dengan tujuan bertamu seseorang dapat
menemukan berbagai manfaat, baik berupa wawasan, pengalaman berharga ataupun
dapat menikmati segala bentuk penyambutan tuan rumah.
Al-Qur-an memberikan
isyarat yang tegas, betapa pentingnya setiap orang yang bertemu dapat nejaga
diri agar tetap menghormati tuan rumah. Setiap tamu haru berusaha menahan
segala keinginan dan kehendaknya baiknya sekalipun, jika tuan rumah tidak
berkenan menerimanya. Demikin pula apabila kegiatan bertamu telah uai, maka
seorang yang bertamu telah usai, maka seorang yang bertamu harus meninggalkan
kesan yang beik dan menyenagkan bagi tuan rumah. Karena itu haram hukumnya
orang yang bertamu meninggalkan kekecewaan ataupun kesusahan bagi tuan rumah.
E. AKHLAK MENERIMA TAMU
Islam memberikan aturan
yang jelas agar setiap muslim memuliakan etiap tamu yang dating, kerena
memuliakan tamu sebagai perwujudan keimanan kepada Allah dan hari akhir.
Menurut kamus bahasa
Indonesia, menerima tamu (ketamuan) diartikan; “kedatangan orang yang bertamu,
melawat atau berkunjung”. Secara istilah menerima tamu dimaknai menyambut tamu
dengan berbagai cara penyambutan yang lazim (wajar) dilakukan menurut adapt
ataupun agama dengan meksud yang menyenagkan atau memuliakan tamu, atas dasar
keyakinan untuk mendapatkan rahmad dan rida dari Allah.
§ Nilai Positif Akhlak
Menerima Tamu
1. Setiap oaring islam telah
diikat oleh suetu tata aturan supaya hidup bertetangga dan bersahabat dengan
orang lain, sekalipun berbeda agama atau suku. Hak-hak mereka tidak boleh
dikurangi dan tidak boleh dilanggar undang-undang perjanjian yang mengikat di
antara sesame manusia.
2. Menerima tamu sebagai
perwujudan keimanan, artinya semakin kuat iman seseorang, maka semakin ramah
dan antun dalam menyambut tamunya karena orang yang beriman meyakini bahwa
menyambut tamu bagian dari perintah Allah.
3. Menyambut tamu dapat
meningkatkan akhlak, mengembangkan kepribadian, dan tamu juga dapat dijadikan
sebagai sarana untuk mendpatkan kemashalatan dunia ataupun akhirat.
§ Membiasakan Akhlak
Menerima Tamu
Menerima tamu merupakan bagian dari aspek
soial dalam ajaran Islam yang harus terus dijaga. Menerima tamu dengan
penyambutan yang baik merupakan cermin diri dan menunjukkan kualitas kepribadian
seorang muslim. Setiap muslim harus membiasakan diri untuk menyambut setiap
tamu yang dating dengan penyambutan yang penuh suka cita.
Agar dapat menyambut tamu dengan suka cita
maka tuan rumah harua menghadirkan pikiran yang positif (husnudon)terhadap
tammu, jangan sampai kehadiran tamu disertai dengan munculnya pikiran negative
dari tuan rumah (su’udzon).
Apabila suatu saat tuan rumah meraakan
berat untuk menerima kehadirab tamunya, maka tuan rumah haru tetap menunjukkan
sikap yang arif dan bijak, jngan sampai menyinggung perasaan tamu.
Seyogyanya setiap muslim harus menunjukkan
sikap yang baik terhadap tamunya, mulai dari keramahan diri dalam menyambut
tamu, menyediakan sarana dan prasarana penyambutan yang memadai, serta
memberikan jamuan makan ataupun minuman yang memenui tamu.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam
kehidupan bermasyarakat mengenai tata krama, sopan santun atau adab merupakan
masalah penting karena manusia adalah makhluk berakal dan berbudaya. Allah
menyukai orang-orang yang berperilaku terpuji, maka dari itu kita dituntut agar
dapat terus berperilaku terpuji.
Ajaran
agama Islam tak hanya membahas hal yang besar bagi manusia, hal yang kecil
seperti perjalanan, bertamu dan menerima tamu dianggap hal yang kecil bagi
sebagian besar manusia untuk dipelajari. Kesadaran akan pentingnya aturan yang
telah ada didalam Al – Qur’an terkadang terlupakan bagi kita. Mengabaikan hal –
hal kecil yang ujungnya akan berakibat bagi kehidupan sehari – sehari.
Melewatkan hal – hal yang kecil secara terus menerus membuat kita membentuk
sebuah kebiasaan yang buruk sepanjang kita lupa akan aturan.
B.
Saran
Perilaku
terpuji merupakan perilaku yang disukai Allah SWT, untuk dapat menjalankan
perilaku terpuji kita harus lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan ikhlas
menjalaninya semata-mata karena Allah SWT. Siapa mereka yang mengingikan hidup
bahagia dunia-akhirat harus bisa berperilaku terpuji.
DAFTAR PUSTAKA
Post a Comment for "Membiasakan prilaku terpuji"