Musyawarah di desa, keluarga dan masyarakat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam
suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta
mempunyai minat dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari
masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan
yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial
yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007). Dalam rangka mewujudkan
kesehatan masyarakat yang optimal maka dibutuhkan perawatan kesehatan
masyarakat, dimana perawatan kesehatan masyarakat itu sendiri adalah bidang
keperawatan yang merupakan perpaduan antara kesehatan masyarakat dan perawatan
yang didukung peran serta masyarakat dan mengutamakan pelayanan promotif dan
preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif secara menyeluruh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan
fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatan.
Peningkatan peran serta masyarakat bertujuan meningkatkan dukungan masyarakat
dalam berbagai upaya kesehatan serta mendorong kemandirian dalam memecahkan
masalah kesehatan.
Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal
perorangan. Komunitas sebagai subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu
mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga kesehatannya. Sebagian akhir tujuan
pelayanan kesehatan utama diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menjaga
dan meningkatkan status kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Musyawarah
masyarakat desa (MMD) adalah pertemuan seluruh warga desa untuk membahas hasil
survey Mawas Diri dan merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang
diperoleh dari survey mawas diri (Depkes RI, 2007). Tujuan dari MMD ini adalah
sebagai berikut:
1.
Masyarakat mengenal masalah
kesehatan di wilayahnya.
2.
Masyarakat sepakat untuk
menanggulangi masalah kesehatan.
3.
Masyarakat menyusun rencana rencana
kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
MMD adalah sebagai berikut :
1.
Musyawarah Masyarakat desa harus
dihadiri oleh pemuka masyarakat desa, petugas puskesmas, dan sector terkaitdi
kecamatan, (seksi pemerintahan dan pembangunan, BKKBN, pertanian, agama, dan
lain-lain).
2.
Musyawarah Masyarakat desa
dilaksanakan dibalai desa atau tempat pertemuan lainnya yang ada didesa.
3.
Musyawarah Masyarakat desa
dilaksanakan segera setelah SMD dilakukan.
Cara melakukan Musyawarah Masyarakat
desa adalah sebagai berikut :
1.
Pembukaan dengan menguraikan maksud
dan tujuan MMD dipimpin oleh kepala Desa.
2.
Pengenalan maslah kesehatan oleh
masyarakat sendiri melalui curah pendapat dengan mempergunakan alat
peraga, poster, dan lain-lain dengan dipimpin oleh ibu desa.
3.
Penyajian hasil SMD oleh kelompok
SMD
4.
Perumusan dan penentuan prioritas
maslah kesehatan atas dasar pengenalan masalah dan hasil SMD,dilanjutkan dengan
rekomendasi teknis dari petugas kesehatandi desa atau perawat komunitas.
5.
Penyusunan rencanapenanggulangan
masalah kesehatan dengan dipimpin oleh kepala desa.
6.
Penutup. (Ferry Efendi, 2009)
B.
Musyawarah
Dalam Keluarga
Manusia merupakan makhluk sosial, itu artinya manusia
tidak bisa hidup sendirian, sebab jika hanya sendirian maka tidaklah terjadi
suatu kehidupan. Dalam menjalani hidup keseharian, manusia harus berinteraksi
dengan orang lain, dan dalam interaksi tersebut manusia memiliki peran yang
berbeda-beda.
Menurut Horton dan Hunt (1993) (dalam Rinawahyu,
2011), peran (role) adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang
memiliki suatu status. Pengertian tersebut seakan menegaskan bahwa perilaku
seseorang telah terkonsep dalam sebuah skenario yang menjadi pengetahuan
bersama. Seperti halnya seorang guru adalah seorang yang ramah, selalu
berpakaian rapi dan bijaksana. Sehingga perilaku manusia dalam lingkungan
sosialnya dapat diprediksikan sesuai dengan konteksnya.
Mengingat pentingnya teori ini, maka sepertinya perlu
pendidikan sejak dini pada anak untuk penerapan teori peran ini. Lalu
bagaimanakah cara memberikan pembelajaran teori peran bagi anak?. Lingkungan
keluarga merupakan lingkungan yang cocok bagi pembelajaran teori peran.
Sebagai contoh penerapan pembelajaran ini misalnya
saat suatu keluarga bermusyawarah, semisal menentukan akan berlibur kemana,
bagaimana persiapannya, dan sebagainya. Dalam musyawarah tersebut akan
terkonsep peran dari masing-masing anggota keluarga. Seperti halnya orangtua
menjadi pemimpin musyawarah dan juga penengah, anak menyampaikan usul secara
sopan. Selain itu juga anak dapat belajar menerima dan menghormati keputusan
jika pendapatnya tidak diterima, karena peran anak yang seharusnya adalah
hormat kepada orangtua.
Dapat disimpulkan bahwa dalam kehidupan manusia
didalamnya terdapat suatu interaksi sosial. Di dalam interaksi tersebut
terkandung peran sosial. Dimana peran sosial ini sangat mendukung suatu
interaksi sosial, maka pemahaman ini perlu di mengerti sejak dini. Dalam hal
ini, musyawarah keluarga merupakan suatu langkah pembelajaran mengenai teori
peran.
C.
Implementasi
Perawat
bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang
sifatnya :
1.
Bantuan dalam upaya mengatasi
masalah-masalah kurang nutrisi, mempertahankan kondisi seimbang atau sehat dan
meningkatkan kesehatan
2.
Mendidik komunitasi tentang perilaku
sehat untuk mencegah kurang gizi
3.
Sebagai advocate komunitas, untuk
sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas.
Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas focus pada
tingkat pencegahan, yaitu :
1.
Pencegahan primer, yaitu pencegahan
sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat, mencakup pada kegiatan
kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh:
imunisasi, penyuluhan, gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan
keluarga
2.
Pencegahan sekunder, yaitu kegiatan
yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan
ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ii menekankan pada diagnose
dini dan tindakan untik enghambat proses penyakit. Contoh : mengkaji
keterbelakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan seperti mata, gigi, telinga, dan lain-lain.
3.
Pencegahan tertier yaitu kegiatan
yang menekankan pengembalian individu pada tingkat berfungsinya secara optimal
dari ketidakmampuan keluarga. Contoh: membantu keluarga yang mempunyai anak
dengan resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan secara teratur
ke posyandu . (Fallen. R & R. Budi Dwi K, 2010)
Implementasi merupakan langkah yang
dilakukan setelah perencanaan program. Program dibuat untuk menciptakan
keinginan berubah masyarakat. Seringkali, perencanaan program yang sudah dibuat
baik tidak diikuti dengan waktu yang cukup untuk merencanakan implementasi
melibatkanaktivitas tertentu sehingga program yang ada dapat dilaksanakan,
diterima dan direvisi jika tidak berjalan. Implementasi keperawatan dilakukan
untuk mengatasi masalah kesehatan komunitas menggunakan strategi proses
kelompok, pendidikan kesehatan kemitraan (partnership), dan pemberdayaan
masyarakat (empowerment). Perawat komunitas menggali dan meningkatkan potensi
komunitas untuk dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya.
Tujuan akhir setiap program di
masyarakat adalah melakukan perubahan masyarakat. Program dibuat untuk
menciptakan keinginan berubah dari anggota masyarakat. Perubahan nilai dan
norma dimasyarakat dapat disebabkan oleh faktor eksternal, seperti adanya
undang-undang, situasi politik, dan kejadian kritis eksternal masyarakat.
Dukungan eksternal ini juga dapat dijadikan daya pendorong bagi tindakan
kelompok untuk melakukan perubahan perilaku masyarakat. Organisasi eksternal
dapat menggunakan model social planning dan localing
development untuk melakukan perubahan, menggalakan kemitraan dengan
memanfaatkan sumber daya internal dan sumber daya eksternal.
Perawat komunitas harus memiliki
pengetahuan yang memadai agar dpaat memfasilitasi perubahan dengan baik,
termasuk pengetahuan tentang teori dan model berubah. Perubahan yang terjadi
dimasyarakat sebaiknya dimulai dari tingkat individu, keluarga, masyarakat, dan
sistem di masyarakat. Ada beberapa model berubah (Erwin, 2002) yaitu :
1.
Model berubah Kurt Lewin
Proses
berubah terjadi pada saat individu, keluarga dan komunitas tidak lagi nyaman
dengan kondisi yang ada. Model ini terdiri dari :
§
Unfreezing, bila ada perasaan butuh
untuk berubah baru implementasi dilakukan dnegan tujuan membantu komunitas menjadi
siap untuk melakukan perubahan.
§
Change, yaitu intervensi mulai
diperkenalkan kepada kelompok.
§
Refreezing, meliputi bagaimana
membuat suatu program menjadi stabil, melalui pemantauan dan evalausi.
Contoh : pada kasus flu burung, saat unfreezing
berubah menjadi refreezing, perawat komunitas perlu mempertahankan kondisi yang
ada dengan melakukan kemitraan tentang bagaimana kebiasaan masyarakat yang
sudah bagus dapat dipertahankan dan kebiasaan masyarakat yang kurang mendukung
kesehatan tidak lagi terjadi, seperti kebiasaan tidak menuci tangan dan
sebaginya.
2.
Strategi berubah Chin & Benne
Strategi
berubab ini sangat cocok digunakan oleh perawat komunitas dalam mengkaji status
individu, kelompok, dan amsyarakat dalam membuat keputusan untuk berubah.
Strategi ini merupakan strategi untuk melakukan perubahan di komunitas, bukan
tahap proses berubah. Menurut model ini, untuk melakukan perubahan diperlukan
strategi perubahan, yaitu :
§
Rational Empiris, dikatakan
bahwa untuk melakukan perubahan di komunitas, perlu terdapat fakta dan
pertimbangan tentang seberapa bear keuntungan yang diperoleh dengan
adanyaperubahan tersebut. Contoh : adanya kebiasaan merokok yang banyak terjadi
di masyarakat, terutama remaja, diperlukan peran perawat komunitas utnuk
memfasilitasi perubahan dengan memberikan promosi kesehatan bahaya merokok
melalui media, seperti poster, leaflet, modul data kejadian kesakitan dan
kematian akibat merokok atau mengajak melihat langsung kondisi korban akibat
rokok. Dnegan adanya fakta, diharapkan terjadi perubahan pada individu.
§
Normative reedukatif, yaitu
ertimbangan tentang keselarasan perubahan dengan norma yang ada dimasyarakat.
§
Power coercive yaitu strategi
perubahan yang menggunakan sanksi baik poltik maupun sanksi ekonomi. Misalnya
sanksi terhadap perokok yang merokok ditempat umum berupa denda atau kurungan.
3.
First order and second order change
Menurut
model ini, first order bertujuan mengubah substansi atau isi di dalam sistem,
sedangkan pada second order, perubahan ditujukan pada sistemnya.
Contoh :
Adanya risiko pergaulan bebas yang saat ini marak di
kalangan remaja, perawat komunitas perlu mengubah substansi yang ada dalam
system (first order), seperti membentuk dan melatih kader kesehatan
remaja (KKR) di sekolah dan di masyarakat, melakukan promosi kesehatan kepada
sisa, guru, orang tua, dan masyarakat, melakukan dukungan lintas-sektor dan
lintas-program kepada aparat terkait program melalui jaringan kemitraan, dsb.
Selain itu, diperlukan juga perubahan pada sistem (second order)
termasuk fasilitas yang ada, seperti penyediaan klinik remaja, revitalisasi UKS
di sekolah , kebijakan pemerintah terkait remaja, dan sebaganya.
Mengukur adanya perubahan masyarakat pada tingkat
individu, dapat diketahui dari tingkat kesadaran individu terhadap perubahan,
bagaimana individu mengerti tentang masalah yang dihadapi, tingkat partisipasi
individu, dan adanya perubahan dalam bentuk tingkah laku yang ditampilkan.
Adanya role model yang ada di masyarakat dapat dijadikan pendorong untuk
mengubah norma dan praktik individu dalam perubahan masyarakat.
Pada tingkat masyarakat, perubahan lebih difokuskan
pada kelompok dan organisasi, termasuk adanya perubahan kebijakan yang
berhubungan dengan masalah yang terjadi di masyarakat, adanya dukungan dan
partisipasi dalam kegiatan masyarakat serta aktivitas lain yang dapat
dievaluasi melalui perkembangan koalisi, partisipasi masyarakat dalam dukungan
untuk mencapai tujuan, dan perubahan nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat.
Setiap akan melakukan kegiatan di masyarakat/implementasi
program, sebaiknya dibuat dahulu laporan pendahuluan (LP) kegiatan asuhan
keperawatan komunitas, yang meliputi :
§
Latar belakang, yang berisikriteria
komunitas, data yang perlu dikaji lebih lanjut terkait implementasi yang akan
dilakukan, dan masalah keperawatan komunitas yang terkait dengan implementasi
saat ini.
§
Proses keperawatan komunitas, yang
berisii diagnosis keperawatan komunitas, tujuan umum, dan tujuan khusus
§
Implementasi tindakan keperawatan
yang berisi, metode, strategi kegiatan, metode, dan alat bantu yang
dipergunakan, waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan, pengorganisasian petugas
kesehatan beserta tugas, susunan acara, setting tempat acara.
§
Kriteria evaluasi, yang berisi
evaluasi struktur, evaluasi proses, dan evaluasi hasil dengan menyebutkan
target presentase pencapaian hasil yang diinginkan.
Pelaksanaan kegiatan puskesmas,
dilakukan berdasarkan POA perkesmas yang telah disusun. Pemantauan kegiatan
perkesmas secara berkala dilaksanakan oleh Kepala Puskesmas dan koordinator
perkesmasdengan melakukan diskusi tentang permasalahan yang dihadapi terkait
pelaksanaan perkesmas serta melakukan penilaian setiap akhir tahun dengan
membandingkan hasil pelaksanaan kegiatan dengan rencana yang telah disusun.
Pembahasan masalah perkesmas dapat dilakukan dengan cara mengadakan :
a.
Lokakarya Mini Bulanan
Lokakarya mini bulanan dilakukan
setiap bulan di puskesmas, dihadiri oleh staf puskesmas dan unit penunjangnya
untuk membahas kinerja internal puskesmas termasuk cakupan, mutu, pembiayaan,
masalah, dan hambatan yang ditemui termasuk pelaksanaan perkesmas dan kaitannya
dengan masalah lintas program lainnya.
b.
Lokakarya Mini Tribulanan
Lokakarya Mini Tribulanan dilakukan
setiap 3 bulan sekali, dipimpin oleh camat dan dihadiri oleh staf puskesmas dan
unit penunjangnya, instansi lintas-sector tingkat kecamatan untuk membahas
masalah dalam pelaksanaan puskesmas termasuk perkesmas terkait dengan
lintas-sektor dan permasalahan yang terjadi untuk mendapatkan penyelesaiannya.
c.
Refleksi Diskusi Kasus (RDK)
Refleksi Diskusi Kasus (RDK)
merupakan metode yang digunakan dalam merefleksikan pengalaman dalam satu
kelompok diskusi untuk berbagai pengetahuan dan pengalaman yang didasarkan atas
standar yang berlaku. Proses diskusi ini memberikan ruang dan waktu bagi
peserta diskusi untuk merefleksikan pengalaman masing-masing serta kemampuannya
tanpa tekanan kelompok, terkondisi, setiap peserta saling mendukung, memberi
kesempatan belajar terutama bagi peserta yang tidak terbiasa dan kurang percaya
diri dalam menyampaikan pendapat (WHO, 2003). RDK dilakuakan minimal seminggu
sekali, dihadiri oleh perawat perkesmas di puskesmas untuk membahas masalah
teknis perkesmas dalam pemberian asuhan keperawatan komunitas kepada
individu/keluarga / kelompok dan masyarakat agar pemahaman dan keterampilan
perawat komunitas lebih meningkat. Adapun persyaratan metode RDK adalah :
ü
Kelompok terdiri atas 5-8 orang
ü
Salah satu anggota kelompok berperan
sebagai penyaji, dan sisanya sebagai peserta
ü
Posisi fasilitator, penyaji , dan
peserta lain dalam diskusi setara (equal)
ü
KAsus yangdisajikan oleh penyaji
merupakan pengalaman yang terkait asuhan keperawatan di komunitas yang menarik
untuk dibahas dan didiskusikan, perlu penanganan dan pemecahan masalah.
ü
Posisi duduk sebaiknya melngkar
tanpa dibatasi oleh meja atau benda lainnya agar setiap peserta dapat saling
bertatapan dan berkomunikasi secara bebas
ü
Tidak boleh ada interupsi dan hanya
satu orang saja yang berbicara dalam satu saat, pesrta lainnya memperhatikan
dan mendengarkan.
ü
Tidak diperkenankan ada dominasi,
kritik yang dapat mmojokkan peserta lainnya.
ü
Peserta berbagi (sharing )
pengalaman selama 1 jam dan dilakukan secara rutin.
ü
Setiap anggota secara bergiliran
mendapatkan kesempatann sebagai fasilitator, penyaji, dan anggota peserta
diskusi.
ü
Selama diskusi diusahakan agar tidak
ada peserta yang tertekan / terpojok. Yang diharapkan justru dorongan dan
dukungan dari setiap peserta agar terbiasa menyampaikan pendapat mereka
masing-masing.
D.
EVALUASI
Evaluasi
merupakan tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi merupakan sekumpulan
informasi yang sistematik berkenaan dengan program kerja dan efektifitas dari
serangkaian program yang digunakan masyarakat terkait program kegiatan,
karakteristik, dan hasil yang telah dicapai ( Patton, 1986 dalam Helvie 1998).
Program evaluasi dilakukan untuk memberikan informasi kepada perencana program
dan pengambil kebijakan entang efektivitas dan efisiensi program. Evaluasi
merupakan sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan apakah program
sudah sesuai dengan rencana dan tuntutan masyarakat. Evaluasi diguanakan untuk
mengetahui seberapa tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah intervensi
yang dilakukan efektif untuk masyarakta setempat sesuai dengan psiyuasi dan
kondisi masyarakat, apakah sesuai dengan rencana atau apakah dapat mengatasi
masalah masyarakat. Evaluasi ditujukan untuk menjawab apa yang menjadi
kebutuhan masyarakat dan program apa yang dibutuhkan masyarakat, apakah
media yang digunakan tepat, ada tidaknya program perencanaan yang dapat
diimplementasikan, apakah program dapat menjangkau masyarakat , siapa yang
menjadi target sasaran program, apakah program yang dilakukan dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat. Evaluasi juga bertujuan mnegidentifikasi masalah
dalam perkembangan program dan penyelesaiannya. Program evaliasi dilaksanakan
untuk memastikan apakah hasil program sudah sejalan dengan sasaran dan tujuan,
memastikan biaya program, sumber daya dan waktu pelaksanaan program yang telah
dilakukan. Evaluasi juga diperlukan untuk memastikan apakah prioritas program
yang disusun sudah memenuhi kebutuhan masyarakat, dengan membandingkan
perbedaan program terkait keefektifannya.
Evaluasi
dapat berupa evaluasi struktur , proses dan hasil. Evaluasi program merupakan
proses mendapatkan dan menggunakan informasi sebagai dasar proses pengambilan
keputusan, dengan meningkatkn upaya pelayanan kesehatan. Evaluasi proses,
difokuskan pada urutan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil.
Evaluasi hasil dapat diukur melalui perubahan pengetahuan (knowledge),
sikap (attitude), dan perubahan perilaku masyarakat.
Evaluasi
terdiri atas evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk umpan balik selama
program berlangsung. Sementara itu, evaluasi sumai dilakukan setelah program
selesai dan mendapatkan informasi tentang efektifitas pengambilan keputusan.
Pengukuran efektifitas program dapat silakukan dengan cara mengevaluasi
kesuksesan dalam pelaksanaan program . pengukuran efektivitas program di
komunitas dapat dilihat berdasarkan :
1.
Pengukuran komunitas sebagai klien
Pengukuran ini dilakukan dengan cara
mengukur kesehatan ibu dan anak , mengukur kesehatan komunitas
2.
Pengukuran komunitas sebagai
pengalaman mebina hubungan.
Pengukuran dilakukan dengan cara
melakukan pengukuran social dari determinan kesehatan
3.
Pengukuran komunitas sebagai sumber
Ini
dilakukan dengan mengukur tingkat keberhasilan pada keluarga atau masyarakat
sebagai sumber informasi dan sumber intervensi kegiatan.
Evaluasi merpakan penilaian terhadap program yang
telah dilaksanakan dibandingkan dengan tujuan semula dan dijadikan dasar untuk
memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi proses dan evaluasi akhir. SEdangkan
focus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah :
1.
Relevansi atau hubungan antara
kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan
2.
Perkembangan atau kemajuan proses :
kesesuaian dengan perencanaan, peran staf atau pelaksana tindakan, fasilitas
dan jumlah peserta
3.
Efisiensi biaya. Bagaimanakah
pencarian sumber dana dan penggunaannya dan keuntungan program
4.
Efektivitas kerja. Apakah tujuan
tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas terhadap tindakan yang
dilaksanakan
5.
Dampak. Apakah status kesehatan
meningkat setelah dilaksanakan tindakan, apa perubahan yang terjadi dalam 6
bulan atau 1 tahun
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Musyawarah masyarakat desa (MMD)
adalah pertemuan seluruh warga desa untuk membahas hasil survey Mawas Diri dan
merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari survey mawas
diri (Depkes RI, 2007). Tujuan dari MMD ini adalah sebagai berikut:
1.
Masyarakat mengenal masalah
kesehatan di wilayahnya.
2.
Masyarakat sepakat untuk
menanggulangi masalah kesehatan.
3.
Masyarakat menyusun rencana rencana
kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
MMD adalah sebagai berikut :
1.
Musyawarah Masyarakat desa harus
dihadiri oleh pemuka masyarakat desa, petugas puskesmas, dan sector terkaitdi
kecamatan, (seksi pemerintahan dan pembangunan, BKKBN, pertanian, agama, dan
lain-lain).
2.
Musyawarah Masyarakat desa
dilaksanakan dibalai desa atau tempat pertemuan lainnya yang ada didesa.
3.
Musyawarah Masyarakat desa
dilaksanakan segera setelah SMD dilakukan.
B.
SARAN
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mohon kritik
dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Nursalam. 2001. Proses dan
Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik/Nursalam. Edisi pertama.
Jakarta : Salemba Medika
Smith, Claudia and Maurer, Frances.
1995. Community Health Nursing : theory and practice. USA : W.B
Saunders Company
Anderson, Elizabeth T. 2006. Buku
Ajar Keperawatan Komunitas : teori dan praktek. Edisi 3. Jakarta : EGC
Stanhope, Marcia and Knollmueller
RN. 1990. Buku Saku Keperawatan Komunitas dan Kesehatan Rumah.
Perangkat Pengkajian, Intervensi dan Penyuluhan. Jakarta : EGC
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar
Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku
Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.
Edisi 7. Jakarta : EGC
Post a Comment for "Musyawarah di desa, keluarga dan masyarakat"