Penerus bangsa
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Generasi
muda adalah tulang punggung Bangsa dan Negara merupakan istilah yang sering
kita dengar sehari-hari. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan
sosial saat ini memerlukan panutan dan contoh yang dapat membawa masyarakat
kita ke arah yang lebih baik. Terlebih lagi di era reformasi ini, generasi muda
dituntut untuk lebih berpartisipasi dalam membangun masyarakat Indonesia. Sebagaimana
kita ketahui, generasi muda adalah tonggak keberlangsungan masa depan Indonesia.
Mereka adalah harapan kita, sinar matahari yang akan memberikan warna bagi masa
masa depan bangsa. Oleh karena itu, menjaga mereka agar tidak terpengaruh oleh
bahaya Narkoba adalah kewajiban semua pihak.
Hasil survei
membuktikan bahwa mereka yang beresiko terjerumus dalam masalah narkoba adalah
anak yang terlahir dari keluarga yang memiliki sejarah kekerasan dalam rumah
tangga, dibesarkan dari keluarga yang broken home atau memiliki masalah
perceraian, sedang stres atau depresi, memiliki pribadi yang tidak stabil atau
mudah terpengaruh, merasa tidak memiliki teman atau salah dalam pergaulan.
Dengan alasan tadi maka perlu pembekalan bagi para orang tua agar mereka dapat
turut serta mencegah anaknya terlibat penyalahgunaan narkoba.
Dampak dari
penyalahgunaan narkoba sudah terbukti pada generasi kita. Dapat terlihat
kerusakan fisik seperti: otak, jantung, paru-paru, saraf-saraf, selain juga
gangguan mental, emosional dan spiritual, akibat lebih lanjut adalah daya tahan
tubuh lemah, virus mudah masuk seperti virus Hepatitis C, virus HIV/AIDS. Oleh
karena itu kita tidak akan rela jika generasi muda kita mengalami penderitaan
di atas.
Dalam kurun waktu dua dasa warsa terakhir ini Indonesia telah menjadi salah
satu negara yang dijadikan pasar utama dari jaringan sindikat peredaran
narkotika yang berdimensi internasional untuk tujuan-tujuan komersial.3 Untuk
jaringan peredaran narkotika di negara-negara Asia, Indonesia diperhitungakan
sebagai pasar (market-state) yang paling prospektif secara komersial
bagi sindikat internasioanl yang beroperasi di negara-negara sedang berkembang.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka permasalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah Penerus Bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Generasi Muda
Kegenerasi mudaan
merupakan fase dalam pertumbuhan biologis seseorang yang bersifat seketika dan
akan hilang dengan sendirinya sejalan dengan hukum biologis. Generasi muda
sering dianggap sebagai suatu kelompok yang mempunyai aspirasi sendiri yang
bertentangan dengan aspirasi masyarakat atau lebih tepat aspirasi generasi tua.
Sehingga muncul persoalan-persoalan yang tidak sejalan dengan keinginan
generasi tua, hal ini memunculkan konflik berupa protes, baik secara terbuka
maupun terselubung.
Dalam
pendekatan klasik terjadi jurang pemisah antara generasi muda dan tua
disebabkan antara lain adanya 2 asumsi pokok mengenai kegenerasi mudaan yaitu:
1.
Proses perkembangan manusia dianggap
sesuatu yang fragmentaris/ terpecah-pecah. Setiap perkembangan hanya dapat
dimengerti oleh manusia itu sendiri, maka tingkah laku anak dan generasi muda
dianggap sebagai riak-riak kecil yang tidak berarti dalam perjalanan hidup
manusia. Dan masa tua dianggap sebagai mahkota hidup yang disamakan dengan
hidup bermasyarakat.
2.
Adanya anggapan bahwa mempunyai pola
yang sedikit banyak ditentukan oleh pemikiran yang diwakili generasi tua yang
bersembunyi dibalik tradisi. Generasi muda dianggap sebagai objek dari
penerapan pola-pola kehidupan dan bukan sebagai subjek yang mempunyai nilai
sendiri.
Kedua asumsi diatas tidak akan menjawab masalah
kegenerasi mudaan dewasa ini karena generasi muda dan kegenerasi mudaan adalah
suatu tonggak dari suatu wawasan kehidupan yang mempunyai potensi untuk mengisi
hidupnya. Dalam pendekatan ekosferis, sebagai subyek generasi muda mempunyai
nilai sendiri dalam mendukung dan menggerakkan hidup bersama. Pada pendekatan
ini anak-anak, generasi muda dan generasi tua berada dalam status sama atau
dalam satu kesatuan wawasan kehidupan. Semua tanggung jawab atas keselamatan, kesejahteraan,
kelangsungan generasi sekarang dan yang akan datang perbedaannya hanya terletak
pada derajat ruang lingkup dan tanggung jawabnya.
Generasi tua berkewajiban membimbing generasi muda
sebagai penerus untuk memikul tanggung jawab yang semakin komplek. Generasi
muda berkewajiban mempersiapkan diri untuk mengisi posisi generasi tua yang
makin melemah.
B.
Generasi Muda dan Identitas
Dalam pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi
muda, yang dimaksud generasi muda adalah:
1.
Dari segi biologis generasi muda
adalah berumur 15-30 tahun.
2.
Dari segi budaya/ fungsional,
generasi muda adalah manusia berumur 18-21 keatas yang dianggap ssudah dewasa
misalnya untuk tugas-tugas negara dan hak pilih.
3.
Dari angkatan kerja terdapat istilah
tenaga muda dan tua. Tenaga muda adalah berusia 18-22 tahun.
4.
Dilihat dari perencanaan modern yang
mengenal tiga sumber daya yaitu sumber daya alam, dana dan manusia. Yang
dimaksud sumber data manuasia muda adalah berusia 0-18th
5.
Dilihat dari ideologi politis
generasi muda adalah calon pengganti generasi terdahulu yaitu umur antara 18-30
atau 40 tahun.
Dalam pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi
muda, generasi muda dipandang dari beberapa aspek yaitu:
1.
Sosial Psikologi
Proses pertumbuhan dan perkembangan
kepribadian, serta penyesuaian diri secara jasmaniahdan rohaniah sejak dari
masa kanak-kanak sampai usia dewasa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti keterbelakangan mental, salah asuh orang tua atau guru, pengahur
negatif lingkungan. Hambatan tersebut memungkinkan terjadinya kenakalan remaja,
maslah narkoba dan lain-lain.
2.
Soaial budaya
Perkembangan generasi muda berada
dalam proses modernisasi dengan segala akibat sampingnya yang bisa berpengaruh
pada proses pendewasaannya, sehingga apabila tidak memperoleh arah yang jelas
maka corak dan warna masa depan negara dan bangsa akan menjadi lain dari yang
dicita-citakan.
3.
Sosial ekonomi
Bertambahnya pengangguran dikalangan
generasi muda karena kurang lapangan pekerjaan akibat dari pertambahan penduduk
dan belum meratanya pembangunan.
4.
Sosial politik
Belum terarahnya pendidikan politik
dikalangan generasi muda dan belum dihayatinya mekanisme demokrasi pancasila,
tertib hukum dan disiplin nasional sehingga merupakan hambatan bagi penyaluran
aspirasi generasi muda.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan masalah yang
menyangkut generasi muda dewasa ini adalah:
1.
Menurunnya jiwa idealisme,
patriotisme, dan nasionalisme
2.
Kekurangpastian yang dialmi generasi
muda terhadap masa depannya
3.
Belum seimbang jumlah generasi muda
dan fasilitas pendidikan yang tersedia bail formal/non formal dan tingginya
jumlah putus sekolah.
4.
Kurang lapangan kerja dan kesempatan
kerja sehingga pengangguran semakin tinggi yang mengakibatkan kurangnya
produktivitas nasional.
5.
Kurang gizi yang menyebabkan hambatan
bagi kecerdasan dan pertumbuhan badan, karena ketidaktauan tentang gizi
seimbang dan rendahnya daya beli.
6.
Masih banyak perkawinan dibawah umur
terutama dikalangan masyarakat pedesaan.
7.
Adalanya generasi muda yang
menderita fisik, mental dan sosial.
8.
Pergaulan bebas yang membahayakan
sendi-sendi perkawinan dan kehidupan keluarga.
9.
Meningkatnya kenakalan remaja,
penyalahgunaan narkotika.
10. Belum adanya
peraturan perundang-undangan yang menyangkut generasi muda.
C.
Partisipasi
Generasi Muda
Kita
Sebagai generasi muda, sudah seharusnya berpartisipasi aktif pada pembangunan
kota, khususnya dalam bidang budaya. Partisipasi tersebut dapat dilakukan
melalui para generasi muda yang mempunyai kemauan, kemampuan, dan harapan yang
besar untuk membangun suatu daerah lebih baik lagi dan bekerja sama dengan
pemerintah daerah untuk bersama-sama meningkatkan potensi yang ada di suatu
daerah. Potensi yang dimiliki setiap daerah di Indonesia sangatlah besar karena
begitu banyak budaya, kesenian, suku, ras, bahasa, agama, dan kepercayaan yang
ada di Indonesia. Hal tersebut tentu bukanlah menjadi penghambat untuk kita
karena begitu banyaknya perbedaan, namun sebaliknya perbedaan tersebut tentu
akan menjadi kekuatan dan kelebihan yang dimiliki Indonesia seperti pada
semboyan Bhineka Tunggal Ika, yaitu berbeda-beda tetapi pada hakikatnya tetap
sebagai satu kesatuan.
Generasi
muda sebagai elemen yang sangat penting dan tidak bisa digantikan dengan apapun
dalam melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia dan sekaligus berkontribusi
sangat besar dalam pembangunan bangsa dan Permasalahan terhadap masyarakat saat
ini yang belum mengetahui, memahami, menguasai, dan mengkomunikasikan budaya
lokal perlu suatu cara untuk dapat mengarahkan itu semua. Disinilah peran generasi
muda di lingkungan tempat mereka tinggal untuk bersama-sama mengarahkan itu
semua melalui pelestarian kebudayaan, salah satunya dengan ikut serta langsung
dalam acara festival budaya di daerah masing-masing agar dapat mengenal dan
mencintai kebudayaan yang ada di Indonesia sejak dini. Hal inilah yang
membuktikan bahwa di pundak pemudalah masa depan pembangunan bangsa dan negara
Indonesia, karena pada diri generasi muda tersimpan potensi yang besar dan
memiliki daya kreatifitas yang tidak terbatas untuk kesuksesan suatu
pembangunan. Begitu juga dalam pelestarian budaya di suatu Negara. Kontribusi
dan apresiasi yang besar dari generasi muda sangat diperlukan karena generasi
muda sebagai tenaga-tenaga professional yang energik, kreatif, dan inovatif.
Pemberdayaan
generasi muda sebagai frontliner untuk melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia
ini sangat dibutuhkan sebagai upaya mempercepat kemajuan untuk dunia industri
budaya dan pariwisata Indonesia di masa yang akan datang.
D.
Langkah
Langkah Yang Mungkin Dilakukan
1.
Strengh (Kekuatan)
a.
Keanekaragaman budaya
lokal yang ada di Indonesia
Indonesia memiliki
keanekaragaman budaya lokal yang dapatdijadikan sebagai ke aset yang
tidak dapat disamakan dengan budaya lokal negara lain.
Budaya lokal yang dimiliki Indonesia berbeda-beda pada setiap daerah. Tiap daerah memiliki ciri khas budayanya, seperti rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Semua itu dapat dijadikan kekuatan untuk dapat memperkokoh ketahanan budaya bangsa dimata Internasional.
Budaya lokal yang dimiliki Indonesia berbeda-beda pada setiap daerah. Tiap daerah memiliki ciri khas budayanya, seperti rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Semua itu dapat dijadikan kekuatan untuk dapat memperkokoh ketahanan budaya bangsa dimata Internasional.
b.
Kekhasan budaya
Indonesia
Kekhasan budaya lokal
yang dimiliki setiap daerah di Indonesia memliki kekuatan tersediri. . Misalnya
rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang
dianut. Kekhasan budaya lokal ini sering kali menarik pandangan negara lain. Terbukti
banyaknya warga asing yang mempelajari budaya Indonesia seperti belajar
tarian khas suat daerah atau mencari barang-barang kerajinan untuk dijadikan
buah tangan. Ini membuktikan bahwa budaya bangsa Indonesia memiliki ciri khas
yang unik.
c.
Kebudayaan Lokal
menjadi sumber ketahanan budaya bangsa
Kesatuan budaya lokal
yang dimiliki Indonesia merupakan budaya bangsa yang mewakili identitas negara
Indonesia. Untuk itu, budaya lokal harus tetap dijaga serta diwarisi dengan
baik agar budaya bangsa tetap kokoh.
2.
Weakness (Kelemahan)
a.
Kurangnya kesadaran masyarakat
Kesadaran masyarakat untuk menjaga budaya lokal sekarang ini masih
terbilang minim. Masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih praktis dan sesuai
dengan perkembangan zaman. Hal ini bukan berarti budaya lokal tidak sesuai
dengan perkembangan zaman, tetapi banyak budaya asing yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa. Budaya lokal juga dapat di sesuaikan dengan perkembangan
zaman, asalkan masih tidak meningalkan ciri khas dari budaya tersebut.
b.
Kurangnya pembelajaran budaya
Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan sejak dini. Namun
sekarang ini banyak yang sudah tidak menganggap penting mempelajari budaya
lokal. Padahal melalui pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui pentingnya
budaya lokal dalam membangun budaya bangsa serta bagaiman cara mengadaptasi
budaya lokal di tengan perkembangan zaman.
c.
Minimnya komunikasi budaya
Kemampuan untuk berkomunikasi sangat penting agar tidak terjadi salah
pahaman tentang budaya yang dianut. Minimnya komunikasi budaya ini sering
menimbulkan perselisihan antarsuku yang akan berdampak turunnya ketahanan
budaya bangsa.
3.
Opportunity (Peluang)
a.
Indonesia dipandang dunia Internasional
karena kekuatan budayanya
Apabila budaya lokal dapat di jaga dengan baik, Indonesia akan di
pandang sebagai negara yang dapat mempertahankan identitasnya di mata
Internasioanal.
b.
Kuatnya budaya bangsa, memperkokoh
rasa persatuan
Usaha masyarakat dalam mempertahankan budaya lokal agar dapat
memperkokoh budaya bangsa, juga dapat memperkokoh persatuan. Karena adanya
saling menghormati antara budaya lokal sehingga dapat bersatu menjadi budaya
bangsa yang kokoh.
c.
Kemajuan pariwisata
Budaya lokal Indonesia sering kali menarik perhatian para turis
mancanegara. Ini dapat dijadikan objek wisata yang akan menghasilkan devisa
bagi negara. Akan tetapi hal ini juga harus diwaspadai karena banyaknya aksi
pembajakan budaya yang mungkin terjadi.
d.
Multikuturalisme
Dalam artikelnya, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang
Kuning, Riau, Dr Junaidi SS MHum, mengatakan bahwa multikulturalisme meberikan
peluang bagi kebangkitan etnik dan kudaya lokal Indonesia. Dua pilar yang
mendukung pemahaman ini adalah pendidikan budaya dan komunikasi antar budaya.
4.
Threatment (Tantangan)
a.
Perubahan lingkungan alam dan fisik
Perubahan lingkungan alam dan fisik menjadi tantangan tersendiri bagi
suatu negara untuk mempertahankan budaya lokalnya. Karena seiring
perubahan lingkungan alam dan fisik, pola piker serta pola hidup masyakrkat
juga ikt berubah.
b.
Kemajuan Teknologi
Meskipun dipandang banyak memberikan banyak manfaat, kemajuan teknologi
ternyata menjadi salah satu factor yang menyebabkan ditinggalkannya budaya
lokal. Misalnya, sistem sasi (sistem asli masyarakat dalam mengelola sumber
daya kelautan/daratan) dikawasan Maluku dan Irian Jaya. Sistem sasi mengatur
tata cara sertamusim penangkapan iakn di wilayah adatnya, namun hal ini mulai
tidak di lupakan oleh masyarakatnya
c.
Masuknya Budaya Asing
Masuknya budaya asing menjadi tantangan tersendiri agar budaya lokal
tetap terjaga. Dalam hal ini, peran budaya lokal diperlukan sebagai penyeimbang
di tengah perkembangan zaman.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kegenerasi mudaan merupakan fase dalam pertumbuhan
biologis seseorang yang bersifat seketika dan akan hilang dengan sendirinya
sejalan dengan hukum biologis. Generasi muda sering dianggap sebagai suatu
kelompok yang mempunyai aspirasi sendiri yang bertentangan dengan aspirasi
masyarakat atau lebih tepat aspirasi generasi tua. Sehingga muncul
persoalan-persoalan yang tidak sejalan dengan keinginan generasi tua, hal ini
memunculkan konflik berupa protes, baik secara terbuka maupun terselubung.
Dalam pendekatan klasik terjadi jurang pemisah antara
generasi muda dan tua disebabkan antara lain adanya 2 asumsi pokok mengenai
kegenerasi mudaan yaitu:
1.
Proses perkembangan manusia dianggap
sesuatu yang fragmentaris/ terpecah-pecah. Setiap perkembangan hanya dapat
dimengerti oleh manusia itu sendiri, maka tingkah laku anak dan generasi muda
dianggap sebagai riak-riak kecil yang tidak berarti dalam perjalanan hidup
manusia. Dan masa tua dianggap sebagai mahkota hidup yang disamakan dengan
hidup bermasyarakat.
2.
Adanya anggapan bahwa mempunyai pola
yang sedikit banyak ditentukan oleh pemikiran yang diwakili generasi tua yang
bersembunyi dibalik tradisi. Generasi muda dianggap sebagai objek dari
penerapan pola-pola kehidupan dan bukan sebagai subjek yang mempunyai nilai
sendiri.
B.
SARAN
Jadilah pemuda yang berguna untuk diri sendiri, orang tua, orang lain, dan
nagara NKRI. Dimulai dari hal kecil kita jadikan bangsa indonesia menjadi
negara maju.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Luqman, 2008. Modul
Dasar-Dasar Sosiologi & Sosiologi Kesehatan I. Jakarta: PSKM FKK UMJ.
Kartono, Kartini, 1992. Patologi
II Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali.
Mangku, Made Pastika, Mudji
Waluyo, Arief Sumarwoto, dan Ulani Yunus, 2007. pecegahan Narkoba Sejak
Usia Dini. Jakarta: Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia.
Shadily, Hassan, 1993. Sosiologi
Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Soekanto, Suryono, 2006. Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persuda
Sofyan, Ahmadi, 2007. Narkoba
Mengincar Anak Anda Panduan bagi Orang tua, Guru, dan Badan Narkotika dalam
Penanggulangan Bahaya Narkoba di Kalangan Remaja. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher.
Sudarman, Momon, 2008. Sosiologi
Untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Syani, Abdul, 1995. Sosiologi
dan Perubahan Masyarakat. PT DUNIA PUSTAKA JAYA.
Post a Comment for "Penerus bangsa"