Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pentingnya menerapkan metode diskusi dalam proses pendidikan anak menurut perspektif Al-qur'an

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Metode pengajaran memegang peranan penting dalam mendukung keberhasilan pengajaran dan pendidikan. Pengajaran tampak lebih terkait dengan pemberian wawasan kognitif kepada peserta didik, yang selanjutnya dapat menimbulkan pengertian yang mendukung penghayatan dan pengamalan secara lebih mantap. Dengan demikian pengajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dan untuk tercapainya tujuan pengajaran sangat ditentukan oleh metode yang diterapkan.
Islam sebagai ajaran yang bersifat terbuka, menghargai pendapat manusia atau ijtihad, berorientasi kepada sekarang dan masa depan dan progresif sangat mendukung adanya upaya-upaya ijtihad dalam bidang metode pengajaran. Pada makalah ini akan dibahas metode pendidikan dalam perspektif islam.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian metode diskusi dalam pendidikan agama islam?
2.      Apakah tujuan dan manfaat metode diskusi?
3.      Apakah kelebihan dan kelemahan metode diskusi?
4.      Bagaimana langkah pelaksanaan metode diskusi?




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Metode Diskusi Dalam Pendidikan Agama Islam
Sebagaimana telah dikutip oleh Syamsul Nizar (2011:60 ) diskusi dari aspek bahasa adalah proses tukar menukar pemikiran antara dua orang atau lebih dalam rangka menyelesaikan suatu persoalan atau masalah.  Kata diskusi berasal dari bahasa latin yaitu “discussus” yang berarti “tu examine”, “ Investigate” (memeriksa[1], menyelidiki). Secara umum kata diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua orang atau lebih individu yang berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah. 
Menurut para ahli Killen yang telah dikutip oleh Wina sanjaya (2010:154) mengungkapkan metode diskusi adalah Pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada suatu pemasalahan, menjawab pertanyaan , menambah dan memahami pengetahuan peserta didik serta untuk membuat suatu keputusan dalam belajar.
Hal yang demikian juga di aminkan oleh Abuddin Nata yang berpendapat bahwa metode diskusi adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara menghadapkan peserta didik kepada suatu masalah yang berbentuk pertanyaan yang bersifat problematik untuk dibahas dan dipecahkan bersama ( Abuddin Nata: 2011:188). Dari itulah maka dituntut seorang peserta didik mampu memecahkan suatu permasalahan dengan dua orang atau lebih yang disajikan oleh guru.
Pada dasarnya arti dari diskusi adalah tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur – unsur pengalaman yang secara teratur dengan maksud untuk mendapatkan pengertian bersama yang bersifat terperinci, jelas dan teliti tentang suatu permaslahan yang harus dipecahkan secara bersama.  Sedangkan menurut Darwyn syah dkk ,mengartikan metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran, dimana guru memberi kesempatan kepada para peserta didik (kelompok- kelompok peserta didik) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan argumentasi, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah. (Darwyn Syah : 2007:140)
Oleh sebab itu, diskusi diharapkan tidak sekedar adu mulut, beradu argumentasi, atau menunjukan kemampuan persuasi dan retorika untuk memenangkan pahamnya sendiri. Akan tetapi dalam diskusi setiap individu disampinng memberikan argumentasi yang ilmiah juga memberikan sumbangsih suatu solusi yang tepat sehingga seluruh kelompok kembali kepada pemahaman yang dibina bersama.
Menurut Syahraini tambak (2014: 202) dasar pijakan pengertian merode diskusi dalam pembelajaran . Pertama ¸ Metode Diskusi merupakan cara penguasan  suatu bahan pelajaran. Penguasaan bahan pelajaran ditekankan kepada peserta didik agar lebih proaktif dalam mengikuti pembelajaran dan menggali pengetahuan seluasmungkin, sedangkan guru memberikan bimbingan dan stimulus, supaya diskusi berjalan dengan baik. Kedua, diskusi merupakan tukar menukar pendapat antara peserta didik sesuai dengan tingkat pengalaman.Ketiga diskusi menanamkan sikap demokratis dan Humanis. Keempat, diskusi sebagai jalan memecahkan suatu permasalahan. Kelima, diskusi yang sedang berlangsung harus mendapat perhatian dan bimbingan penuh dari guru, sehingga jika terjadi ketenggangan dan mememanas dalam diskusi guru sebagai jalan penengah dalam diskusi. Keenam, dari sebuah diskusi akan menelurkan suatu keputusan yang disepakati secara bersama atau keputusan yang munfakat.
Mengutip dasar pemikiran Syahraini Tambak (2014:203), yang mengambil Dasar metode diskusi dalam Al- Qur’an tersirat dalam surat Ali Imron ayat 159 yang berbunyi :
Surat Ali Imran Ayat 159
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. ( QS. Ali Imron:159 )
Dalam ayat diatas digambarkan metode diskusi merujuk pada akar kata wa syawirhumyang artinya bermusyawarahlah dengan mereka, hal ini mengindikasikan bahwa adanya proses interaksi untuk mendiskusikan persoalan dengan siapapun yang memiliki persoalan dengan diri kita sendiri. Dasar ini juga berlaku dalam proses pembelajaran, dimana persoalan – persoalan yang ada dalam pembelajaran dapat diselesaikan dengan berdiskusi atau bermusyawarah.
Lain halnya dengan Andika Yosa (2012:10) yang mengambil dasar metode diskusi dalam Al- Qur’an surat As- Shaffat ayat : 102)


37:102
Artinya : “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar".( QS. As- Shaffat: 102).
            Asbabul Nuzul
Allah telah menepati janjiNya kepada Nabi Ibrahim tentang perolehan anak. Demikian hingga anak tersebut lahir dan tumbuh menjadi remaja. Maka tatkala ia telah mencapai usia yang menjadikan ia mampu berusaha bersamanya, maka Ibrahim berkata:"Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, dan engkau tentu tahu bahwa mimpi para nabi adalah wahyu ilahi. Maka fikirkanlah apa pendapatmu, sang anak menjawab dengan penuh hormat: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar"[2].
Ayat di atas menggunakan bentuk kata kerja mudhari’ pada kata-kata أرَيdanأذْبَحُكَ , Begitu juga pada kata تُؤْمَرُ . Ini mengisyaratkan apa yang beliau lihat itu seakan-akan masih terlihat hingga saat penyampaiannya itu. Sedangkan katapenyembelihan untuk mengisyaratkan  bahwa perintah Allah yang dikandung mimpi tersebut belum selesai dilaksanakan. Karena itu pula jawaban anak menggunakan kata kerja masa kini juga untuk mengisyaratkan bahwa ia siap.
Ucapan anak:“Engkau akan mendapatiku isya Allah termasuk para penyabar, dengan mengaitkan kesabarannya dengan kehendak Allah, menunjukkan betapa tinggi akhlak dan sopan santun kepada Allah dan orangtuanya.
Ayat diatas menunjukkan bahwa adanya musyawarah melalui diskusi nabi Ibrahim dengan Nabi Ismail terkait perintah Allah untuk menyembelihnya. Hal itu merupakan bentuk penyelesaian masalah melalui diskusi.
Melihat dari kedua ayat diatas, penulis memberi poin penekanan terhadap kata musyawarah yang menunjukkan arti adanya interaksi dua orang atau lebih dalam rangka berdiskusi memecahkan permasalah yang muncul, sehingga mampu menghasilkan kesepahaman bersama dan penyelesaian masalah dengan tepat.
Dari uraian – uraian diatas, yang berkaitan dengan metode diskusi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan mengadakan perbincangan secara ilmiah guna mengumpulkan pendapat, menjawab pertanyaan, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu permaslahan dan akhirnya dapat menambah pengetahuan peserta didik terhadap suatu mata pelajaran.

B.     Tujuan Dan Manfaat Metode Diskusi
Adapun tujuan metode diskusi menurut J S Khamdi ( 1995 : 16-19) adalah sebagai berikut:
1.      Menumbuhkembangkan tradisi Intelektual
Menumbuhkembangkan tradisi intelektual hanya dapat ditempuh dengan membiasakan berfikir bersama. Hanya dengan berfikir bersama dapat melihat suatu realitas atau suatu masalah dari berbagai sudut pandang.
2.      Mengambil Keputusan dan Kesimpulan
Keputusan adalah kegiatan akal yang mengakui atau mengingkari suatu realitas atau masalah. Sedang keputusan merupakan satu-satunya pernyataan yang benar atau tidak benar. Di dalam diskusi, bersama-sama kita merumuskan keputusan ; pengakuan atau pengingkaran akan realitas atau masalah. Berdasarkan keputusan inilah, kita merumuskan kesimpulan sebagai pijakan bersama dalam menghadapi permasalahan.

3.      Menyamakan Apresiasi, Persepsi, dan Visi
Di dalam diskusi, ‘mengerti’ dan ‘mau’ menjadi tujuan utama, sehingga terciptakan kesamaan pemahaman, cara pandang, dan wawasan. Itu berarti musyawarah untuk mufakat sungguh- sungguh menjadi kenyataan dalam setiap diskusi.
4.      Menghidupsuburkan Kepedulian dan Kepekaan
Dengan diskusi kepedulian dan kepekaan, setiap pribadi dihidupsuburkan. Hal ini terjadi karena dengan berfikir bersama, kita berusaha untuk mengakui, menghargai, serta menerima keunikan, ketertentuan, dan keutuhan orang lain.
5.      Sarana Komunikasi dan Konsultasi
Sebagai sarana proses berpikir bersama, diskusi akan menjadi sarana berkomunikasi dan berkonsultasi dengan lebih intens dan efektif. Setiap orang akan menemukan pengalaman verbal dan non verbal, pengalaman intelektual dan emosional, serta pengalaman moral dan sosial.
Jadi tujuan diskusi adalah untuk mengasah intelektual seseorang yang didasarkan dengan pikiran rasional, sehingga dalam mengambil keputusan itu ada kesamaan visi yang berdampak pada tingkat kepedulian yang tinggi.
Adapun manfaat dan keuntungan menurut Suryabrata ( 1997: 185)  yang dapat diambil dari metode diskusi antara lain:
1.      Membantu siswa untuk tiba kepada pengambilan keputusan yang lebih baik daripada memutuskan sendiri.
2.      Siswa tidak terjebak pada jalan pemikiran sendiri, yang kadang salah, penuh prasangka dan sempit, karena dengan diskusi ia mempertimbangkan alasan orang lain.
3.      Dengan diskusi timbul percakapan antara guru dan siswa sehingga diharapkan hasil belajarnya lebih baik.
4.      Dengan diskusi memberi motivasi terhadap berpikir dan meningkatkan perhatian kelas.
5.      Diskusi membantu mendekatkan/mengeratkan hubungan antara kegiatan kelas di tingkat perhatian.
6.      Diskusi merupakan cara belajar yang menyenangkan dan merangsang pengalaman.
Dari uraian diatas, bahwa manfaat diskusi adalah untuk menumbuhkan rasa kebersamaan antara siswa dengan guru, serta dapat berpikir kritis secara rasional sehingga menumbuhkan motivasi dalam belajar.
Disamping manfaat yang dapat diambil dari metode diskusi, ada pula keuntungan menerapkan/menggunakan metode diskusi dalam PBM, antara lain :
1.      Metode diskusi melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar.
2.      Tiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajaran.
3.      Dapat menimbulkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah.
4.      Mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan siswa dapat memperoleh kepercayaan akan diri sendiri.
5.      Dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.
Jadi keuntungan menggunakan metode diskusi adalah untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk ketrampilan (motorik, kognitif, sosial) penghayatan serta nilai-nilai dalam, pembentukan sikap.

C.    Kelebihan dan Kelemahan metode diskusi
Sama halnya dengan metode – metode laian yang biasa digunakan dalam pelajaran dalam pembelajaran. metode diskusi juga memliki kelebihan dan kelemahan, adapun kelebihan metode diskusi yaitu :
Pertama, Metode diskusi merangsang peserta didik untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide- ide. Kedua, dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan. Ketiga, diskusi dapat melatih peserta didik untuk mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Keempat, diskusi juga bisa melatih peserta didik bersikap menghargai pendapat orang lain. Kelima, dengan Diskusi mampu memperluas wawasan peserta didik[3].
Sedangkan kelemahan metode diskusi menurut Wina Sanjaya ( 2010:156) juga , Pertama Sering terjadi Kerancuan mengutarakan pendapat. Kedua, kadang- kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur. Ketiga, memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang- kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan. Keempat, dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang terkontrol. Akibatnya, terkadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.

D.    Macam-Macam Metode Diskusi
Beberapa metode dalam pembelajaran yang ditawarkan merupakan solusi dalam mengatasi kejenuhan penerapan kegiatan Pembelajaran.
Menurut Zakiyah Daradjat (1995 : 293- 294) Metode diskusi yang dilakukan guru dalam membimbing belajar siswa dibagi dalam beberapa jenis, antara lain
1.      Diskusi Informal
Diskusi ini terdiri dari satu diskusi yang pesertanya terdiri dari peserta didik yang jumlahnya sedikit. Dalam diskusi informal ini hanya seorang yang menjadi pimpinan, tidak perlu ada pembantu-pembantu sedangkan yang lain hanya sebagai anggota diskusi.
2.      Diskusi Formal
Diskusi ini berlangsung dalam suatu diskusi yang serba diatur dari pimpinan sampai anggota kelompok. Diskusi dipimpin oleh seorang pendidik atau peserta didik yang dianggap cakap. Karena semua telah diatur, para anggota tidak dapat begitu saja berbicara (semua harus diatur melalui aturan yang dipegang oleh pimpinan diskusi), diskusi yang diatur seperti ini memang lebih baik.
3.      Diskusi Panel
Diskusi ini di ikuti oleh banyak peserta didik sebagai peserta, yang dibagi menjadi peserta aktif dan tidak aktif. Peserta aktif adalah langsung mengadakan diskusi. Sedangkan peserta tidak aktif sebagai pendengar.
4.      Simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Symposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa.

E.     Langkah Pelaksanaan Metode Diskusi
1.      Tahap Perencanaan
Pada tahap ini langkah yang harus ditempuh oleh guru  menurut Darwyn Syah  (2007: 143 ) adalah :
a.       Merumuskan Tujuan diskusi
b.      Menentukan Mekanisme dan tata tertib diskusi
c.       Merumuskan masalah atau topik yang akan didiskusikan
d.      Menetapkan waktu dan tempat pelaksanaan diskusi.

2.      Tahap Pelaksanaan
Pada tahapan pelaksanaan yang telah dikutip oleh Andika yosa, langkah yang harus dilakukan seorang guru dalam metode diskusi menurut Wina Sanjaya (2010: 159) adalah:
a.       Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi kelancaran diskusi.
b.      Menunjuk dan menentukan petugas diskusi seperti ( Pemimpin, moderator, Sekretaris, dan Anggota ).
c.       Memotivasi peserta didik untuk aktif berpartisipasi dalam diskusi.
d.      Membangun kondisi, suasana dan iklim belajar yang menyenangkan.
e.       Membuat catatan – catatan ide ide dan saran saran  yang penting.
f.       Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak focus.
g.      Melakukan reinforcement ( penguatan ) terhadap peserta didik yang aktif maupun memberikan saran dan masukan
3.      Tahap Tindak Lanjut diskusi/ menutup diskusi
Pada tahap ini langkah langkah yang harus dilakukan seorang guru adalah:
a.       Membuat Resume dan kesimpulan hasil diskusi
b.      Membacakan dan menggarisbawahi hasil diskusi untuk diadakan koreksi.
c.       Membuat penilaian terhadap jalannya diskusi baik terhadap petugas diskusi maupun terhadap peserta diskusi, dengan membandingkan bagaimana seharusnya diskusi yang ideal dengan kenyataan diskusi yang telah dilaksanakan.

F.     METODE DISKUSI SEBAGAI STRATEGI PEMBELAJARAN
Diskusi sebagai metode pembelajaran adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran  yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif . Diskusi dan diskursus menurut Arrends sebagaimana yang dikutip oleh Trianto merupakan komunikasi seseorang antara satu dengan yang lain, saling berbagi gagasan dan pendapat  tentang pokok pembicaraan tertentu.
Dalam metode diskusi, jika salah satu diantara siswa berbicara, maka siswa-siswa lain yang menjadi bagian dari kelompoknya aktif mendengarkan. Siapa yang berbicara terlebih dahulu dan begitu pula yang menanggapi, tidak harus diatur terlebih dahulu. Dalam berdiskusi, seringkali siswa saling menanggapi jawaban temannya atau berkomentar terhadap jawaban yang diajukan siswa lain. Demikian pula mereka  kadang-kadang mengundang anggota kelompok lain untuk bicara,sebagai  nara sumber. Dalam penentuan pimpinan  diskusi, anggota  kelompok dapat menetapkan pemimpin diskusi mereka sendiri.  Sehingga melalui metode diskusi, keaktifan siswa sangat tinggi.
Mc.Keachie dan Kulik menyebutkan bahwa dibanding dengan metode ceramah, dalam hal retensi, proses berfikir tingkat tinggi, pengembangan  sikap dan peningkatan motivasi, lebih baik dengan metode diskusi. Hal ini disebabkan metode diskusi memberikan kesempatan anak untuk lebih aktif dan memungkinkan adanyaumpan balik yang bersifat langsung. Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah[4].
Menurut Suryo Subroto, metode diskusi dapat digunakan oleh guru apabila hendak :
1.      Memanfaatkan berbagai kemampuan yang sudah dimiliki oleh siswa
2.      Memberikan kepada siswa untuk menyalurkan kemampuannya masing-masing
3.      Memperoleh umpan balik dari para siswa, apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai
4.      Membantu para siswa berfikir teoritis dan praktis
5.      Membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peran mereka sendiri sekaligus kemampuan teman-temannya.
6.      Membantu para siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang dipandang baik dari pengalaman sendiri maupun dari pelajaran sekolah.
7.      Mengembangkan motivasi untuk blajar lebih lanjut.
Melalui penggunaan metode diskusi, siswa juga mendapat kesempatan untuk latihan keterampilan berkomunikasi dan keterampilan untuk mengembangkan strategi berfikir  dalam memecahkan  masalah. Namun demikian  pembelajaran  dengan metode diskusi semacam ini keberhasilannya sangat bergantung pada anggotakelompok itu sendiri dalam memanfaatkan kesempatan untuk berpatisipasi dalampembelajaran. Untuk  meningkatkan proses diskusi,  peranan  pemimpin diskusi sangat menentukan.
Pemimpin diskusi bertugas  untuk mengklarifikasi  topik yang tidak jelas. Jika diskusi tidak berjalan, pemimpin diskusi berkewajiban mengambil inisiatif dengan melontarkan  ide-ide yang dapat  memancing  pendapat peserta diskusi.
Demikian pula bila terjadi ketegangan dalam proses  diskusi, tugas pemimpin  diskusi  adalahmeredakan ketegangan.  Tidak  jarang pendapat-pendapat  dalam  diskusi menyimpang dari  topik utama, karena itu pemimpin  diskusi bertugas untuk mengembalikan pembicaraan kepada topik utama diskusi.
Pemilikan pengetahuan secara umum tentang masalah  yang didiskusikan adalah  prasyarat agar setiap  peserta  mampu mengemukakan pendapat. Diskusi tidak akan berhasil manakala peserta diskusi belum memiliki pengetahuan yang menjadimasalah yang didiskusikan. Dalam diskusi formal, untuk membekali pengetahuan peserta, disajikan terlebih dahulu makalah yang disusun oleh salah satu peserta diskusi. Tujuan penyajian makalah adalah untuk membuka wawasan dan pikiran peserta agar mampu memberikan pendapatnya.



BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Sebagaimana telah dikutip oleh Syamsul Nizar (2011:60 ) diskusi dari aspek bahasa adalah proses tukar menukar pemikiran antara dua orang atau lebih dalam rangka menyelesaikan suatu persoalan atau masalah.  Kata diskusi berasal dari bahasa latin yaitu “discussus” yang berarti “tu examine”, “ Investigate” (memeriksa , menyelidiki). Secara umum kata diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua orang atau lebih individu yang berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah. 
Menurut para ahli Killen yang telah dikutip oleh Wina sanjaya (2010:154) mengungkapkan metode diskusi adalah Pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada suatu pemasalahan, menjawab pertanyaan , menambah dan memahami pengetahuan peserta didik serta untuk membuat suatu keputusan dalam belajar.
Hal yang demikian juga di aminkan oleh Abuddin Nata yang berpendapat bahwa metode diskusi adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara menghadapkan peserta didik kepada suatu masalah yang berbentuk pertanyaan yang bersifat problematik untuk dibahas dan dipecahkan bersama ( Abuddin Nata: 2011:188). Dari itulah maka dituntut seorang peserta didik mampu memecahkan suatu permasalahan dengan dua orang atau lebih yang disajikan oleh guru.

B.     SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Muhammad Abdul Qadir. 2008. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Daradjat, Zakiah, et all.. 2001. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Mujib, Abdul dan  Jusuf Mudzakkir. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Nata, Abuddin. 2011.  Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ramayulis. 2008. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.




[1] Dr. Zakiah Daradjat, et all., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet. kedua, hlm. 1
[2] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), edisi pertama cet. kedua, hlm. 176
[3] Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag. dan Dr. Jusuf Mudzakkir, M.Si., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010), edisi pertama cet. ketiga, hlm. 165
[4] Prof. Dr. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), cet. kelima, hlm. 329

Post a Comment for "Pentingnya menerapkan metode diskusi dalam proses pendidikan anak menurut perspektif Al-qur'an "