Perkembangan pers
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Pers merupakan lembaga sosial dan
wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan infornasi
baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan
grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media
elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
Di dalam negara demokratis, pers berperan penting dalam
proses pembagian informasi di sebuah lingkungan masyarakat maupun perorangan
atau individual, kita sering mendengar kebebasan pers. Kebebasan
tersebut meliputi kebebasan hal yang telah disepakati dan diatur dalam sebuah
undang undang suatu negara, contohnya kebebasan berpendapat dalam kebebasan
pers. Namun kini kebebasan itu masih berkesinambungan dengan adanya undang
undang yang menyalahinya atau undang undang yang dapat menekan akibat kebebasan
pers tersebut, misal undang undang yang mengatur tentang pencemaran nama baik
maka dari itu, kini kebebasan pers dibatasi agar tercipta lingkungan yang damai
tanpa kesalah pahaman antara jurnalistik dan pranata pranata sosial
dimasyarakat. Untuk itu, kami disini inging mencoba menjelaskan tentang
perjalanan dan perkembangan pers di dunia dan di Indonesia dari dahulu hingga
sekarang.
B.
Rumusan Masalah
Makalah ini memuat tentang konflik perkembangan pers di
dunia dan di Indonesia yang disertai teori teori yang mendasari akan
perkembangan perkembangan tersebut. Selain itu terdapat beberapa hal tentang
filsafat filsafat pers dari berbagai negara sehingga menjelaskan proses dan
sejarah tentang bagaimana pers bisa lahir di berbagai negara dunia terutama di
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Pers menurut UU No 40 tahun 1999 antara lain merupakan lembaga sosial dan
wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan infornasi
baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan
grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media
elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
A.
Perkembangan pers di Dunia.
Sejarah dan perkembangan jurnalistik
dunia Dalam perkembangan jurnalistik, terkait penentuan jurnalis pertama dan
kapan kegiatan jurnalistik pertama dilakukan, para ahli senantiasa merujuk pada
Romawi masa Cayus Julius Caesar (100-44 SM). Jules meneruskan
tradisi raja-raja terdahulu untuk menyiarkan kabar mengenai keputusan di papan
pengumuman Yang diberinama ‘FORUM ROMANUM” yang berisi Acta
Diurna(laporan atas sidang-sidang senat dan keputusannya) dan acta
diurna populi (berisi laporan hasil rapat rapat rakyat dan berita
berita lainya. Julius berpikir, walaupun kekuasaannya tanpa batas, ia harus
mendapatkan inisiasi dari publik Roma.
Sejak saat itu dikenal istilah
Jurnalis yang berasal dari kata diurnalis atau mereka yang menjadi juru tulis
senat. Padahal, jika para ahli sains percaya adanya agama terutama islam,
perkembangan jurnalistik sudah ada pada masa sebelum Julius. Misalnya, catatan
Eumenes, 363 SM. Ia telah membuat kisah orang-orang ternama masa itu, dari
Alexander yang agung sampai Aristoteles. Lebih jauh lagi beribu tahun ke
belakang adalah masa Nabi Nuh. Konon, saat banjir besar menghantam bumi atau
berakhirnya zaman es, riak jurnalistik sudah terbangun. Nabi Nuh AS membutuhkan
kabar yang akurat dan faktual tentang kondisi daratan. Dikirimlah jurnalis
dadakan, namun bisa dipercaya karena memiliki kemampuan "radar
magnetis" dan otak kecil alat navigasi di hidungnya. Yakni, burung
merpati. Merpati terbang berkeliling hingga menemukan ranting zaitun yang
menyebul di lautan. Ranting itu dipatuk, lantas dibawa sehingga Nabi Nuh
mengetahui kabar akurat mengenai surutnya air. Namun karena banyak
ilmuwan yang tidak mengetahui hal tersebut. Hingga sekarang julius cesar masih
dianggap tentang sejarah awal jurnalistik.
Kegiatan penyebaran informasi
melalui tulis-menulis makin meluas pada masa peradaban Mesir, ketika
masyarakatnya menemukan tehnik pembuatan kertas dari serat tumbuhan yang
bernama “Phapyrus”.
Pada abad 8 M., tepatnya tahun 911
M, di Cina muncul surat kabar cetak pertama dengan nama “King Pau” atau
Tching-pao, artinya "Kabar dari Istana". Tahun 1351 M, Kaisar Quang
Soo mengedarkan surat kabar itu secara teratur seminggu sekali.
Penyebaran informasi tertulis maju
sangat pesat sejak mesin cetak ditemukan oleh Johan Guttenberg pada 1450. Koran
cetakan yang berbentuk seperti sekarang ini muncul pertama kalinya pada 1457 di
Nurenberg, Jerman. Salah satu peristiwa besar yang pertama kali diberitakan
secara luas di suratkabar adalah pengumuman hasil ekspedisi Christoper Columbus
ke Benua Amerika pada 1493.
Pelopor surat kabar sebagai media
berita pertama yang bernama “Gazetta” lahir di Venesia, Italia, tahun 1536 M.
Saat itu Republik Venesia sedang perang melawan Sultan Sulaiman. Pada awalnya
surat kabar ini ditulis tangan dan para pedagang penukar uang di Rialto
menulisnya dan menjualnya dengan murah, tapi kemudian surat kabar ini
dicetak.
Surat kabar cetak yang pertama kali
terbit teratur setiap hari adalah Oxford Gazzete di Inggris tahun 1665 M. Surat
kabar ini kemudian berganti nama menjadi London Gazzette dan ketika Henry
Muddiman menjadi editornya untuk pertama sekali dia telah menggunakan istilah
“Newspaper”.
Di Amerika Serikat ilmu
persuratkabaran mulai berkembang sejak tahun 1690 M dengan istilah
“Journalism”. Saat itu terbit surat kabar dalam bentuk yang modern, Publick
Occurences Both Foreign and Domestick, di Boston yang dimotori oleh
Benjamin Harris.
Pada Abad ke-17, di Inggris kaum
bangsawan umumnya memiliki penulis-penulis yang membuat berita untuk kepentingan
sang bangsawan. Para penulis itu membutuhkan suplai berita. Organisasi pemasok
berita (sindikat wartawan atau penulis) bermunculan bersama maraknya jumlah
koran yang diterbitkan. Pada saat yang sama koran-koran eksperimental, yang
bukan berasal dari kaum bangsawan, mulai pula diterbitkan pada Abad ke-17 itu,
terutama di Prancis.
Pada abad ke-17 pula, John Milton
memimpin perjuangan kebebasan menyatakan pendapat di Inggris yang terkenal
dengan Areopagitica, A Defence of Unlicenced Printing. Sejak saat itu
jurnalistik bukan saja menyiarkan berita (to inform), tetapi juga
mempengaruhi pemerintah dan masyarakat (to influence).
Di Universitas Bazel, Swiss jurnalistik untuk pertama kali
dikaji secara akademis oleh Karl Bucher (1847 – 1930) dan Max Weber (1864 –
1920) dengan nama Zeitungskunde tahun 1884 M. Sedangkan di Amerika mulai dibuka
School of Journalism di Columbia University pada tahun 1912 M/1913
M dengan penggagasnya bernama Joseph Pulitzer (1847 - 1911).
B.
Perkembangan pers di Indonesia.
Komunikasi merupakan kebutuhan
kodrati manusia, sehingga komunikasi cenderung menjadi persyaratan mutlak bagi
kemajuannya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Makin
maju suatu masyarakat, makin berkembanglah lalu lintas komunikasi.Tatap muka
sebagai medium komunikasi tingkat rendah, dirasakan tidak lagi memadai akibat
perkembangan masyarakat. Akibat perkembangan itu pula, masyarakat berusaha
menemukan instrumen lain untuk media komunikasinya dan di antara media
komunikasi itu adalah pers. Menurut Rachmadi bahwa pers lahir dari kebutuhan
rohaniah manusia, produk dari kehidupan manusia, produk kebudayaan manusia,
adalah hasil dari perkembangan manusia.Keberadaan pers di
Indonesia tidak dapat dipisahkan dari hubungan bangsa Indonesia dengan Eropa,
khususnya dengan bangsa Belanda. Melalui hubungan itulah, berbagai anasir
kebudayaan Barat dapat dikenal di Indonesia termasuk pers.
Pengiriman dan penyebaran informasi
dalam bentuk jurnal awalnya digunakan oleh VOC untuk menyalurkan dan atau
mendapat berita, baik dari Eropa maupun dari pos-pos perdagangan Belanda yang
tersebar di Nusantara yang menurut Von Veber telah berlangsung sejak tahun
1615.Hal ini dipertegas oleh Muhtar Lubis dengan mengatakan bahwa pada tahun
1615, J.P. Coen menerbitkan Memorie de Nouvelles, sebuah jurnal cetak yang
pertama di Indonesia, memuat berita dan informasi tentang VOC.Sementara surat
kabar pertama yang terbit di Indonesia adalah Bataviase
Nouvelles tahun 1744 oleh J.E. Jordens.Perancis dan Inggris yang pernah
menyelingi kekuasaan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia, turut pula
menerbitkan surat kabar. Perancis di bawah Daendels menerbitkanBataviasche
Zoloniale Courant. Sementara pada masa kekuasaan Inggris menerbitkan surat
kabar dengan nama The Java Government Gazette.Setelah kekuasaan Inggris
berakhir (1816) di Indonesia, maka surat kabar yang terbit menjadi organ resmi
pemerintah Belanda adalah Bataviasche Courant yang kemudian
digantikan olehJavasche Courant.Sampai dengan terbitnya surat kabar ini ada
kenampakan bahwa usaha penerbitan masih didominasi oleh pemerintah yang
berkuasa. Isinya pun dapat diduga, yaitu hanya memuat berita mengenai kegiatan
pemerintah.
Memasuki pertengahan abad ke-19,
sudah semakin banyak surat kabar terbit di Indonesia. Bahkan kaum Indo-Belanda
sudah mengusahakan penerbitan yang diperuntukkan buat kaum pribumi dan
peranakan Tionghoa. Sehingga pada masyarakat kolonial sudah dikenal adanya pers
yang berbahasa Melayu dan bahasa daerah. Surat kabar pertama berbahasa daerah
adalahBromartani yang terbit di Surakarta pada tahun 1855. Selanjutnya
surat kabar pertama berbahasa Melayu adalah Soerat Kabar Bahasa
Melajoe yang terbit di Surabaya pada tahun 1856) Di samping itu,
dikenal pula surat kabar yang berbahasa Tionghoa yang menggunakan bahasa campuran
antara bahasa Melayu rendahan dengan dialek Hokkian.Seiring dengan pemberlakuan
politik kolonial liberal atau dikenal sebagai politik pintu terbuka (open door
policy) tahun 1970, maka dinamika persuratkabaran di Indonesia juga semakin
kompleks. Kaum swasta asing Eropa (pengusaha-pengusaha penanam modal di
Indonesia) semakin banyak menerbitkan surat kabar. Dalam dekade ini pula
(menjelang berakhirnya abad ke-19), terdapat kemajuan di bidang jurnalistik.
Kemajuan yang dimaksud adalah semakin banyaknya orang-orang pribumi dan
orang-orang peranakan Tionghoa yang terlibat dalam penerbitan pers. Dengan
demikian sudah lahir wartawan-wartawan pribumi (Indonesia) yang pertama.
Kedudukan orang-orang ini kelak menjadi sangat penting terhadap kelahiran pers
nasional.
Sementara itu, timbulnya kesadaran kebangsaan (nasionalisme)
Indonesia yang dimanifestasikan melalui perjuangan pergerakan nasional, telah
memperjelas dan mempertegas adanya surat kabar yang mempunyai wawasan dan
orientasi informasi untuk kepentingan perjuangan pergerakan. Surat kabar-surat
kabar itulah yang pada gilirannya dikenal sebagai pers nasional atau pers
pergerakan.
Didalam UU 1945 pasal 6 tahun 1999
tentang pers disebutkan bahwa :
1. Memenuhi hak masyarakat untuk
mengetahui, menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi mendorong terwujudnya
kebebasan dan hak asasi manusia serta menghormati ke bhinekaan.
2. Mengungkapkan pendapat umum
berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar.
3. Melakukan kritik, koreksi dan saran
terhadap hal-hal benar dengan kepentingan umum memperjuangkan keadilan
C.
Tahap – Tahap Perkembangan PERS di Indonesia
Pada masa penjajahan, surat kabar
yang dikeluarkan oleh bangsa Indonesia berfungsi sebagai alat perjuangan pers
yang menyuarakan kepedihan penderitaan dan merupakan refleksi dari isi hati
bangsa yang terjajah.
1. Masa Penjajahan Belanda.
Pada tahun 1615 atas perintah Jan Pieterzoon Coen, yang
kemudian pada tahun 1619 menjadi Gubernur Jenderal VOC, diterbitkan “Memories
der Nouvelles”, yang ditulis dengan tangan. Dengan demikian, dapatlah dikatakan
bahwa “surat kabar” pertama di Indonesia ialah suatu penerbitan pemerintah VOC.
Pada Maret 1688, tiba mesin cetak pertama di Indonesia dari
negeri Belanda. Atas intruksi pemerintah, diterbitkan surat kabar tercetak
pertama dan dalam nomor perkenalannya dimuat ketentuan-ketentuan perjanjian
antara Belanda dengan Sultan Makassar. Setelah surat kabar pertama kemudian
terbitlah surat kabar yang diusahakan oleh pemilik percetakan-percetakan di
beberapa tempat di Jawa. Surat kabar tersebut lebih berbentuk koran iklan
Ciri-Ciri pers pada masa belanda :
§ Dibatasi dan Diancam dengan Kitab
Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) karena Belanda telah memahami bahwa pers
dapat membawa pengaruh positif bagi bangsa Indonesia.
§ Persbreidel Ordonantie atau
hak pemerintah belanda untuk memberhentikan atau melarang penerbitan surat
kabar yang membahayakan belanda.
§ Haatzai Artikelen atau ancaman hukum
trhadap siapapun yang menyebarkan perasaan permusuhan, kebencian, serta penghinaan
terhadap hindia Belanda (pasal 154 dan 155) dan terhadap sejumlah atau
sekelompok hindia belanda (pasal 156mdan 157)
§ Kontrol yang Keras Terhadap Pers
hingga dihukum penjara hingga pembuangan contohnya S. K. Murti dan
Bovem digul.
2. Pers masa pergerakan Nasional.
Masa pergerakan merupakan masa dimana bangsa indonesia
berada di saat saat terakhir penjajah belanda hingga masuknya penjajah jepang.
Contoh surat kabarnya antara lain
1) Harian sedio utomo kelanjutan Harian
Budi Utomo (yogyakarta Juni 1920)
2) Majalah pikiran rakyat didirikan di
Bandung oleh Ir. Soekarno
3) Harian Fajar Asia, dipimpin oleh
Haji agus salim.
Pemerintah Belanda mengambil
tindakan dengan cara memberikan hak penuh pada pemerintahan untuk memberantas
dan menutup hak usaha penerbitan pers pergerakan. Dan pada tanggal 13 Desember
1937 berdiri kantor Berita Nasional Antara.
3. Masa Pendudukan Jepang
Pada masa ini, surat kabar-surat
kabar Indonesia yang semula berusaha dan berdiri sendiri dipaksa bergabung
menjadi satu, dan segala bidang usahanya disesuaikan dengan rencana-rencana
serta tujuan-tujuan tentara Jepang untuk memenangkan apa yang mereka namakan
“Dai Toa Senso” atau Perang Asia Timur Raya. Dengan demikian, di zaman
pendudukan Jepang pers merupakan alat Jepang. Kabar-kabar dan karangan-karangan
yang dimuat hanyalah pro-Jepang semata.
Ciri-Ciri Pers pada Masa Jepang :
§ Penekanan Terhadap Pers Indonesia
§ Bersifat fasis
memanfaatkan instrumen untuk menegakan kekusaan pemerintahannya
Contoh surat kabar yang terbit masa pendudukan jepang :
1) Asia baru di Semarang
2) Asia raya di Jakarta.
3) Cahaya di Bandung
Manfaat bagi jurnalis indonesia
ketika mereka bekerja di penerbitan Jepang.
1) Bertambahnya pengalaman jurnalistik.
2) Penggunaan bahasa Indonesia lebih
sering dan luas.
3) Pengajaran untuk kritis terhadap
berita.
4. Masa Revolusi Fisik
Peranan yang telah dilakukan oleh pers kita di saat-saat
proklamasi kemerdekaan dicetuskan, dengan sendirinya sejalan dengan perjuangan
rakyat Indonesia. Bahkan tidak sedikit dari para wartawan yang langsung turut
serta dalam usaha-usaha proklamasi. Semboyan “Sekali Merdeka Tetap Merdeka”
menjadi pegangan teguh bagi para wartawan. Periode tahun 1945 sampai 1949 yang
biasa dinamakan periode “revolusi fisik”, membawa coraknya tersendiri dalam
sifat dan fungsi pers kita. Dalam periode ini pers kita dapat digolongkan ke
dalam dua kategori, yaitu :
§ Pers yang terbit dan diusahakan di
daerah yang dikuasai oleh pendudukan sekutu danBelanda. (pers Nica) contoh :
Warta Indonesia di Jakarta
§ Pers yang terbit diusahakan di
daerah yang dikuasai oleh RI yang kemudian turut bergerilya. (Pers
Republik) contoh : Harian Merdeka
Ciri-Ciri Pers Masa Revolusi:
§ Hubungan Pemerintah dan Pers
Terjalin Baik
§ Pers Harus Menjaga Kepentingan
Publik
§ Pembatasan Pers
Hal yang sangat penting saat
masa Revolusi fisik antara lain lahirnya PWI (persatuan Wartawan Indonesia
( PWI) dan lahirnya Serikat pengusaha surat kabar (SPSK).
5. Masa Demokrasi Liberal (1949-1959)
Pers Nasional saat itu sesuai dengan alam liberal yang
sangat menikmati kebebasan Pers. Fungsi Pers pada masa ini adalah sebagai
perjuangan kelompok partai atau aliran politik. Dalam aksi-aksi ini peranan
yang telah dilakukan oleh pers republik sangat besar. Republik Indonesia
Serikat yang tidak sesuai dengan keinginan rakyat akhirnya bubar dengan
terbentuknya kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1950.
Pada masa ini untuk memperoleh pengaruh dan dukungan
pendapat umum, pers kita yang pada umumnya mewakili aliran-aliran politik yang
saling bertentangan, menyalahgunakan kebebasan pers (freedom of the press),
yang kadang-kadang melampaui batas-batas kesopanan.
Ciri-Ciiri per Masa Demokrasi
Liberal
§ Memberi Perlindungan yang Keras
Terhadap Pers
§ Pembatasan Terhadap Pers
§ Adanya Tindakan Antipers (pembredelan)
Pada tanggal 17 maret 1950 Lahirlah
dewan pers yang bertugas SBB :
§ Melakukan proses penggantian
Undang-undang pers kolonial.
§ Pemberian dasar sosial ekonomis yang
lebih kuat kepada pers Indonesia misalnya pemberian kredit bantuan dari pemerintah.
§ Peningkatan mutu jurnalisme
Indonesia.
§ Pengaturan yang memadai tentang
kedudukan sosial dan hukum bagi warga Indonesia.
6. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966)
Pada masa ini, pers menganut konsep Otoriter Pers di beri
tugas menggerakkan aksi-aksi masa yang revolusioner dengan jalan memberikan
penerangan membangkitkan jiwa dan kehendak masa agar mendukung pelaksanaan
manipol dan ketetapan pemerintah lainya. Periode yang terjadi pada masa
demokrasi terpimpin sering disebut sebagai zaman Orde Lama. Periode ini terjadi
saat terbentuknya Kabinet Kerja yang dipimpin oleh Presiden Soekarno, sebagai
tindak lanjut dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga meletusnya
Gerakan 30 September 1965.
Pada tanggal 12 Oktober tanggal 1960 diterbitkan sebuah
pedoman resmi untuk penerbit Surat Kabar antara lain .
1) Surat kabar dan majalah wajib
menjadi alat penyebaran manifesto politik yang telah menjadi haluan negara
untuk memberants kolonialisme, liberalisme dan federalisme.
2) Surat kabar dan majalah wajib
menjadi pendukung dan pembela manifesto politik yang telah menjadi haluan
negara dan program pemerintah.
3) Surat kabar dan majalah wajib
menjadi pembela dan alat pelaksana dari politik bebas dan aktif serta tidak
menjadi tidak menjadi pembela dan/atau alat daripada perang dingin antar blok.
4) Surat kabar dan majalah wajib
memupuk kepercayaan rakyat Indonesia terhadap dasar, tujuan program dan
revolusi Indonesia.
5) Surat kabar dan majalah wajib
membantu usaha penyelenggaraan ketertiban dan keamanan umum serta ketenangan
politik.
6) Surat kabar dan majalah wajib
mempertebal rasa kesadaran kepribadian Indonesia.
7) Surat kabar dan majalah dalam
menulis kritik harus bersifat konstruktif dan berpedoman manifesto politik.
Contoh pers pada masa ini ialah
Bintang timur, warta bhakti dan pos Indonesia.
Ciri-Ciri Pers Masa Demokrasi
Terpimpin
§ Tidak Adanya Kebebasan Pers.
§ Adanya Ketegasan Terhadap Pers
§ Pemerintah Mengontrol Setiap
Kegiatan Pers
·
7. Orde Baru (1966-21 Mei 1998)
Pers masa orde baru (kepemimpinan presiden soeharto) di
kenal dengan istilah Pers Pancasila dan di tandai dengan di keluarkannya
undang-undang pokok Pers (UUPP) no 11 tahun 1966. Ketika alam Orde Baru
ditandai dengan kegiatan pembangunan di segala bidang, kehidupan pers kita pun
mengalami perubahan dengan ditandai dengan aksi demonstrasi mengeluarkan
kritikan terhadap kebijakan pemerintah dan presiden soeharto yang dikenal
dengan “peristiwa malari” yang terjadi pada 15 Januari 1974. Pers sebagai
sarana penerangan/komunikasi merupakan salah satu alat yang vital dalam proses
pembangunan.
Pada masa Orde Baru, ternyata tidak berarti kehidupan pers
mengalami kebebasan yang sesuai dengan tuntutan dan aspirasi masyarakat.
Terjadinya pembredelan pers akibat peristiwa malari tsb. pada masa-masa ini
menjadi penghalang bagi rakyat untuk menyampaikan aspirasi dan memperjuangkan
hak-hak asasinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara hingga
mundurnya presiden soeharto tanggal 21 mei 1998.
Ciri-Ciri Pers Masa Orde
Baru
§ Kebebasan Terhadap Pers
§ Pers Masa itu Sangat Buram
§ Berkembangnya Dunia Pers
8. Masa Reformasi (21 Mei
1998-sekarang)
Di Era Reformasi, pemerintah mengeluarkan berbagai
undang-undang yang benar-benar menjamin kebebasan Pers. Salah satu jasa
pemerintahan B.J. Habibie pasca Orde Baru yang harus disyukuri ialah pers yang
bebas. Pemerintahan Presiden Habibie mempunyai andil besar dalam melepaskan
kebebasan pers. Selain itu juga akibat lahirnya UU no 39 tahun1999 tentang HAM
dan UU NO 40 tahun 1999 Tentang pers, dalam UU tersebut dinyatakan sebagai sapu
jagat nya para jurnalis pers karena menghapus ketentuan represif yang berlaku
pada masa orde baru.
Ciri-Ciri Pers Masa Reformasi
§ Kebebasan Mengeluarkan
Pendapat (Pers adalah Hak Asasi Manusia)
§ Wartawan Mempunyai Hak Tolak.
§ Penerbit Wajib Memiliki SIUPP (surat
ijinn usaha penerbitan pers)
§ Perusahaan Pers Tidak Lagi
Melibatkan Diri ke Departemen Penerangan untuk Mendapat SIUPP
Dimasa reformasi kini pers pers
bertanggung jawab pada profesi dan hari nurani karena terikat oleh kebebasan
pers namun kebebasan tersebut harus di imbangi dengan garis garis hukum yang
berlaku.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi merupakan kebutuhan
kodrati manusia, sehingga komunikasi cenderung menjadi persyaratan mutlak bagi
kemajuannya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Makin
maju suatu masyarakat, makin berkembanglah lalu lintas komunikasi. Akibat
perkembangan itu pula, masyarakat berusaha menemukan instrumen lain untuk media
komunikasinya dan di antara media komunikasi itu adalah pers. Dan perkembangan
pers di Indonesia dibagi dalam 6 Masa, yaitu:
1)
Pers
pada masa penjajah belanda.
2)
Pers
pada masa pergerakan nasional.
3)
Pers
pada masa pendudukan jepang
4)
Pers
pada masa demokrasi liberal
5)
Pers
pada masa demokrasi terpimpin (orde lama)
6)
Pers
pada masa orde baru
7)
Pers
pada masa reformasi.
Sedangkan untuk tingkat dunia, para
ahli memperkirakan bawha kegiatan jurnalistik pertama terjadi di pemerintahan
raja Romawi yakni masa Cayus Julius Caesar (100-44 SM). Hingga
selanjutnya mulai masuk ke mesir dan negara china serta negara negara lainya
apalagi ketika di temukannya kertas dari mesir dan penemuan mesin cetah oleh
johan guttenberg kegiatan pers di belahan dunia mulai berkembang lebih pesat.
B.
Kritik Dan Saran
Kami sadar bahwa karya tulis kami ini masih belum mencapai
tahap sempuna, masih banyak yang harus diperbaiki dan untuk itu maka kritik dan
saran anda kami tunggu untuk karya kami yang lebih baik dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kreatif viva pakarindo 2013, Pendidikan Kewarganegaraan SMA/MA dan SMK/MAK
Kelas XII semester genap.
Bambang
S, Sugiyarto.2007. pendidikan kewarganegaraan SMA/MA kelas
XII. Surakarta. Grahadi.
Bambang
Tri Purwanto,Sunardi. 2010. Membangun wawasan kewarganegaraan 3. Jakarta.
Platinum.
Post a Comment for "Perkembangan pers"