Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perkembangan politik dan ekonomi pada era reformasi


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara konstitusional.Artinya, adanya perubahan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya yang lebih baik, demokratis berdasarkan prinsip kebebasan, persamaan, dan persaudaraan.
Gerakan reformasi lahir sebagai jawaban atas krisis yang melanda berbagai segi kehidupan.Krisis politik, ekonomi, hukum, dan krisis sosial merupakan faktor yang mendorong lahirnya gerakan reformasi.Bahkan, krisis kepercayaan telah menjadi salah satu indikator yang menentukan.Reformasi dipandang sebagai gerakan yang tidak boleh ditawar-tawar lagi dan karena itu, hampir seluruh rakyat Indonesia mendukung sepenuhnya gerakan reformasi tersebut.
Dengan semangat reformasi, rakyat Indonesia menghendaki adanya pergantian kepemimpinan nasional sebagai langkah awal menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur.Pergantian kepemimpinan nasional diharapkan dapat memperbaiki kehidupan politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya.Indoenesia harus dipimpin oleh orang yang memiliki kepedulian terhadap kesulitan dan penderitaan rakyat. 

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana munculnya gerakan reformasi?
2.      Siapa tokoh-tokoh  pergerakan reformasi?
3.      Apa saja peristiwa-peristiwa penting dalam reformasi?
4.      Bagaimana perkembangan politik dan ekonomi pada masa reformasi?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    GERAKAN REFORMASI
Secara garis besar, kronologi gerakan reformasi dapat dipaparkan sebagai berikut:
1)      Sidang Umum MPR (Maret 1998) memilih Suharto dan B.J. Habibie sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI untuk masa jabatan 1998-2003. Presiden Suharto membentuk dan melantik Kabinet Pembangunan VII.
2)      Pada bulan Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai daerah mulai bergerak menggelar demonstrasi dan aksi keprihatinan yang menuntut penurunan harga barang-barang kebutuhan (sembako), penghapusan KKN, dan mundurnya Suharto dari kursi kepresidenan.
3)      Pada tanggal 12 Mei 1998, dalam aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta telah terjadi bentrokan dengan aparat keamanan yang menyebabkan empat orang mahasiswa (Elang Mulia Lesmana, Hery Hartanto, Hafidhin A. Royan, dan Hendriawan Sie) tertembak hingga tewas dan puluhan mahasiswa lainnya mengalami luka-luka. Kematian empat mahasiswa tersebut mengobarkan semangat para mahasiswa dan kalangan kampus untuk menggelar demonstrasi secara besar-besaran.
4)      Pada tanggal 13-14 Mei 1998, di Jakarta dan sekitarnya terjadi kerusuhan massal dan penjarahan sehingga kegiatan masyarakat mengalami kelumpuhan. Dalam peristiwa itu, puluhan toko dibakar dan isinya dijarah, bahkan ratusan orang mati terbakar.
5)      Pada tanggal 19 Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta dan sekitarnya berhasil menduduki gedung MPR/DPR. Pada saat yang bersamaan, tidak kurang dari satu juta manusia berkumpul di alun-alun utara Keraton Yogyakarta untuk menghadiri pisowanan agung, guna mendengarkan maklumat dari Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Sri Paku Alam VII.
6)      Pada tanggal 19 Mei 1998, Harmoko sebagai pimpinan MPR/DPR mengeluarkan pernyataan berisi ‘anjuran agar Presiden Suharto mengundurkan diri’.
7)      Pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden Suharto mengundang tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat untuk dimintai pertimbangan dalam rangka membentuk Dewan Reformasi yang akan diketuai oleh Presiden Suharto.
8)      Pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 di Istana Negara, Presiden Suharto meletakkan jabatannya sebagai Presiden RI di hadapan Ketua dan beberapa anggota Mahkamah Agung. Berdasarkan pasal 8 UUD 1945, kemudian Suharto menyerahkan jabatannya kepada Wakil Presiden B.J. Habibie sebagai Presiden RI.Pada waktu itu juga B.J. Habibie dilantik menjadi Presiden RI oleh Ketua MA.
Demonstrasi bertambah gencar dilaksanakan oleh para mahasiswa, terutama setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada tanggal 4 Mei 1998.Agenda reformasi yang menjadi tuntutan para mahasiswa mencakup beberapa tuntutan, seperti:
1)      Adili Suharto dan kroni-kroninya,
2)      Laksanakan amandemen UUD 1945,
3)      Penghapusan Dwi Fungsi ABRI,
4)      Pelaksanaan otonomi daerah yang seluasluasnya,
5)      Tegakkan supremasi hukum,
6)      Ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN.

B.     TOKOH-TOKOH PERGERAKAN REFORMASI
Tokoh-tokoh reformasi tersebut antara lain sebagai berikut.
1)      Abdurrahman Wahid
Abdurrahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur, adalah pemimpin Nahdhatul Ulama,  sebuah ormas Islam terbesar di Indonesia. Gus Dur memiliki karisma yang  kuat. Selain ulama, beliau juga negarawan yang memiliki wawasan tentang  pentingnya pluralisme bangsa. Gus Dur adalah salah satu dari  tokoh-tokoh reformasi yang membawa dampak banyak bagi Indonesia.
Gus  Dur yang mencentuskan pertemuan Ciganjur yang dihadiri oleh  Megawati, Sir Sultan Hamengkubuwono X, Amien Rais.  Selanjutnya, tokoh-tokoh reformasi yang hadir di Ciganjur menamai  dirinya sebagai kelompok Poros Tengah yang bertekad menggulirkan agenda  reformasi di Indonesia.  Gus  Dur juga sebagai penggagas berdirinya Partai  Kebangkitan Bangsa (PKB) yang anggotanya sebagian besar adalah  orang-orang NU. Di PKB, Gus Dur menduduki jabatan sebagai Ketua Dewan  Penasihat, sedangkan ketua umum partai Matori Abdul Jalil. Partai ini  juga banyak melahirkan tokoh-tokoh reformasi dengan pemikiran kritis.
Pada  masa pemilu pertama di awal orde reformasi, Gus Dur  dijagokan menjadi calon presiden RI oleh tokoh-tokoh reformasi dari PKB  dan disokong penuh oleh kelompok Poros Tengah. Akhirnya, Gus Dur  ditunjuk sebagai Presiden RI menggantikan BJ Habibie, sedangkan Megawati diangkat menjadi wakil presiden mendampingi Gus Dur.  Namun  di tengah masa pemerintahnya, Gus Dur dicopot mandatnya oleh MPR.  Abdurrahman Wahid meninggal dunia pada 30 Desember 2009 dan dimakamkan  di Jombang.  Tokoh-tokoh reformasi ikut  mengantarkannya hingga liang lahat.

2)      Sri Sultan Hamengkubuwono X
Sri  Sultan Hamengkubuwono X merupakan sosok Raja  Yogyakarta yang memiliki peran penting mempersatukan  bangsa ini agar tetap bersatu, karena sejak krisis moneter Indonesia  mengalami ancaman disintregrasi. Apalagi, sejak Timor Timur lepas dari  pangkuan ibu pertiwi, memicu timbulnya separatisme di  beberapa tempat di Indonesia.   Banyak yang tidak tahu, bahwa beliau juga merupakan bagian dari tokoh-tokoh reformasi. Pada masa menjelang reformasi, Sri Sultan sering turun ke jalan menenangkan  demonstran agar tak bertindak anarkis, terutama di Yogyakarta. Pada  waktu itu, hari-hari menjelang Soeharto turun terjadi aksi huru-hara di  Jakarta, Solo, dan Banjarmasin. Sebagai salah satu dari tokoh-tokoh reformasi, beliau membawa dampak baik bagi masyarakat Yogyakarta.
Agar  aksi anarkis tak menjalar ke Yogyakarta, Sang Raja  ini selalu hadir setiap ada demonstrasi dan mengunjungi korban-korban  kekerasan demo di rumah sakit. Terbukti, Yogyakarta  tetap terkendali walau sempat ada bentrok di sudut kota seperti di  Gejayan, yang menelan korban satu orang. Tapi tetap, tidak separah di  daerah lain. Sebagai salah satu tokoh yang tergabung dalam tokoh-tokoh  reformasi, beliau lebih berperan sebagai pengendali massa. Berkat  itulah, setelah reformasi, Sri Sultan ditunjuk menjabat Gubernur Daerah  Istimewa Yogyakarta bersama Sri Paku Alam IX menggantikan gubernur  sebelumnya Sri Paku Alam VIII yang telah wafat. 

3)      Megawati Soekarno Putri
Berbicara mengenai tokoh-tokoh reformasi tidak sah rasanya jika tidak menyebutkan nama wanita yang satu ini.  Megawati Soekarno Putri merupakan simbol dari perlawan  terhadap rezim orde baru. Saat jabatan ketua PDI digulingkan sepihak  oleh Soeryadi yang disokong oleh rezim orde baru, Megawati mendirikan partai baru yang diberi nama Partai Demokrasi Indonesia  Perjuangan, sebagai partai tandingan PDI. Sejak itu, Megawati berjarak dengan rezim Soeharto. Pada  era reformasi, pemeran dalam tokoh-tokoh reformasi ini memiliki peran  yang cukup penting. Beliau merancang kembali nilai-nilai  nasionalisme dan demokrasi. Pada pemilu legislatif,  partai yang didirikan Megawati memperoleh banyak suara, bahkan  mengalahkan Golkar. Megawati pun ditunjuk sebagai wakil presiden mendamping Gus Dur. Dia didukung oleh banyak tokoh-tokoh reformasi lainnya.
Dua  tahun berikutnya, Megawati naik menjadi presiden menggantikan kedudukan  Gus Dur yang dicopot mandatnya oleh MPR, dan menunjuk Hamzah Haz  sebagai wakil presiden untuk mendampingi Megawati melanjutkan  pemerintahan. 

4)      Amien Rais
Amien Rais merupakan salah satu dari tokoh-tokoh reformasi yang hadir dari dunia kampus.  Amien Rais juga punya andil dalam menggulingkan rezim Soeharto. Beliau  merupakan sosok pencetus berdirinya kelompok Poros Tengah yang  dideklarasikan di Ciganjur, tempat kediaman Gus Dur. Awal-awal menjelang rezim orde baru runtuh, Amien Rais  selalu turun ke jalan bergabung dengan demonstran mahasiswa.  Orasi-orasi yang dilontarkan Amien Rais begitu cerdas. Beliau menawarkan  perubahan demokrasi Indonesia yang lebih modern.  Saat banyak partai bermunculan bak cendawan di musim hujan,  Amien Rais juga mendeklarasikan partainya, yakni Partai Amanat  Nasional. Pada era reformasi, PAN merupakan salah satu partai papan  atas. Amin Rais juga sempat menjabat ketua MPR.

C.    PERISTIWA-PERISTIWA PENTING DALAM REFORMASI
Berikut ini kronologi beberapa peristiwa penting selama gerakan reformasi yang memuncak pada tahun 1998.
1.      Demonstrasi Mahasiswa
Desakan atas pelaksanaan reformasi dalam kehidupan nasional dilakukan mahasiswa dan kelompok proreformasi. Pada tanggal 7 Mei 1998 terjadi demonstrasi mahasiswa di Universitas Jayabaya, Jakarta. Demonstrasi ini berakhir bentrok dengan aparat dan mengakibatkan 52 mahasiswa terluka. Sehari kemudian pada tanggal 8 Mei 1998 demonstrasi mahasiswa terjadi di Yogyakarta (UGM dan sekitarnya). Demonstrasi ini juga berakhir bentrok dengan aparat dan menewaskan seorang mahasiswa bernama Mozes Gatotkaca. Dalam kondisi ini, Presiden Soeharto berangkat ke Mesir tanggal 9 Mei 1998 untuk menghadiri sidang G 15.

2.      Peristiwa Trisakti
Tuntutan agar Presiden Soeharto mundur semakin kencang disuarakan mahasiswa di berbagai tempat. Tidak jarang hal ini mengakibatkan bentrokan dengan aparat keamanan. Pada tanggal 12 Mei 1998 empat mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta tewas tertembak peluru aparat keamanan saat demonstrasi menuntu Soeharto mundur. Mereka adalah Elang Mulya, Hery Hertanto, Hendriawan Lesmana, dan Hafidhin Royan. Peristiwa Trisakti mengundang simpati tokoh reformasi dan mahasiswa Indonesia.

3.      Kerusuhan Mei 1998
Penembakan aparat di Universitas Trisakti itu menyulut demonstrasi yang lebih besar. Pada tanggal 13 Mei 1998 terjadi kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan di Jakarta dan Solo. Kondisi ini memaksa Presiden Soeharto mempercepat kepulangannya dari Mesir. Sementara itu, mulai tanggal 14 Mei 1998 demonstrasi mahasiswa semakin meluas. Bahkan, para demonstran mulai menduduki gedung-gedung pemerintah di pusat dan daerah.

4.      Pendudukan Gedung MPR/DPR
Mahasiswa Jakarta menjadikan geudng MPR/DPR sebagai pusat gerakan yang relative aman. Ratusan ribu mahasiswa menduduki gedung rakyat. Bahkan, mereka menduduki atap gedung tersebut. Mereka berupaya menemui pimpinan MPR/DPR agar mengambil sikap yang tegas. Akhirnya, tanggal 18 Mei 1998 ketua MPR/DPR Harmoko meminta Soeharto turun dari jabatannya sebagai presiden. Pernyataan Harmoko itu kemudian dibantah oleh Pangjab Jenderal TNI Wiranto dan mengatakannya sebagai pendapat pribadi. Untuk mengatasi keadaan, Presiden Soeharto mengundang beberapa tokoh masyarakat seperti Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid ke Istana Negara pada tanggal 19 Mei 1998. Akan tetapi, upaya ini tidak mendapat sambutan rakyat.

5.      Pembatalan Apel Kebangkitan Nasional
Momentum hari Kebangkitan Naisonal 20 Mei 1998 rencananya digunakan tokoh reformasi Amien Rais untuk mengadakan doa bersama di sekitar Tugu Monas. Akan tetapi, beliau membatalkan rencana apel dan doa bersama karena 80.000 tentara bersiaga di kawasan tersebut. Di Yogyakarta, Surakarta, Medan, dan Bandung ribuan mahasiswa dan rakyat berdemonstrasi. Ketua MPR/DPR Harmoko kembali meminta Soeharto mengundurkan diri pada hari Jumat tanggal 22 Mei 1998 atau MPR/DPR akan terpaksa memilih presiden baru. Bersamaan dengan itu, sebelas menteri Kabinet Pembangunan VII mengundurkan diri.

6.      Pendunduran Diri Presiden Soeharto
Pada dini hari tanggal 21 Mei 1998 Amien Rais selaku Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah menyatakan, “Selamat tinggal pemerintahan lama dan selamat datang pemerintahan baru”. Ini beliau lakukan setelah mendengar kepastian dari Yuzril Ihza Mahendra. Akhirnya, pada pukul 09.00 WIB Presiden Soeharto membacakan pernyataan pengunduran dirinya. Itulah beberapa peristiwa penting menyangkut gerakan reformasi tahun 1998. Soeharto mengundurkan diri dari jabatan presiden yang telah dipegang selama 32 tahun. Beliau kemudian digantikan B.J. Habibie. Sejak saat itu Indonesia memasuki era reformasi.

D.    PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI PADA MASA REFORMASI
Kondisi Politik masa reformasi
Presiden Habibie sebagai pembuka sejarah perjalanan bangsa pada era reformasi mengupayakan pelaksanaan politik Indonesia dalam kondisi yang transparan serta merencanakan pelaksanaan pemilihan umum yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pemilihan umum yang akan diselenggarakan di bawah pemerintahan Presiden Habibie merupakan pemilihan umum yang telah bersifat demokratis. Selain itu pada masa pemerintahan Habibie, orang bebas mengemukakan pendapatnya di muka umum. Presiden Habibie memberikan ruang bagi siapa saja yang ingin menyampaikan pendapat, baik dalam bentuk rapat-rapat umum maupun unjuk rasa atau demonstrasi. Namun khusus demonstrasi, setiap organisasi atau lembaga yang ingin melakukan demonstrasi hendaknya mendapatkan izin dari pihak kepolisian dan menentukan tempat untuk melakukan demonstrasi tersebut.
Setelah reformasi dilaksanakan, peran ABRI di Perwakilan Rakyat DPR mulai dikurangi secara bertahap yaitu 75 orang menjadi 38 orang. Langkah ini yang ditempuh adalah ABRI semula terdiri dari empat angkatan yaitu Angkatan Darat, Laut, dan Udara serta Kepolisian RI, namun mulai tanggal 5 Mei 1999 Polri memisahkan diri dari ABRI dan kemudian berganti nama menjadi Kepolisian Negara. Istilah ABRI pun berubah menjadi TNI yang terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.
Pada masa Pemerintahan Presiden B.J. Habibie dilakukan reformasi di bidang hukum. Reformasi hukum itu disesuaikan dengan aspirasi yang berkembang di masyarakat. Tindakan yang dilakukan oleh Presiden Habibie untuk mereformasi hukum mendapat sambutan baik dari berbagai kalangan masyarakat, karena reformasi hukum yang dilakukannya mengarah kepada tatanan hukum yang didambakan oleh masyarakat. Presiden Habibie mencabut lima paket undang-undang tentang politik. Sebagai gantinya DPR berhasil menetapkan tiga undang-undang politik baru. Ketiga undang-undang itu disahkan pada tanggal 1 Februari 1999 dan ditandatangani oleh Presiden Habibie. Ketiga undang-undang itu antara lain undang-undang partai politik, pemilihan umum, susunan serta kedudukan MPR, DPR, dan DPRD.
Munculnya undang-undang politik yang baru memberikan semangat untuk berkembangnya kehidupan politik di Indonesia. Dengan munculnya undang-undang politik itu partai-partai politik bermunculan dan bahkan tidak kurang dari 112 partai politik telah berdiri di Indonesia pada masa itu. Namun dari sekian banyak jumlahnya, hanya 48 partai politik yang berhasil mengikuti pemilihan umum tahun 1999. Hal ini disebabkan karena aturan seleksi partai-partai politik diberlakukan cukup ketat. Setalah perhitungan suara berhasil diselesaikan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), hasilnya lima besar partai yang berhasil meraih suara-suara terbanyak di antaranya PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Persatuan pembangunan, Partai Pembangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional.
Setelah Komisi Pemilihan Umum berhasil menetapkan jumlah anggota DPR dan MPR segera melaksanakan sidang. Sidnag Umum MPR tahun 1999 diselenggarakan sejak tanggal 1 – 21 Oktober 1999. Dalam Sidang Umum itu Amien Rais dikukuhkan menjadi ketua MPR dan Akbar Tanjung menjadi ketua DPR. Sedangkan pada Sidang Paripurna MPR XII, pidato pertanggung jawaban Presiden Habibie ditolak oleh MPR melalui mekanisme voting dengan 355 suara menolah, 322 menerima, 9 absen dan 4 suara tidak sah. Akibat penolakan pertanggungjawaban itu, Habibie tidak dapat untuk mencalonkan diri mejadi Presiden Republik Indonesia. Hal ini mengakibatkan munculnya tiga calon Presiden yang diajukan oleh fraksi-fraksi yang ada di MPR yaitu Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, dan Yuhsril Ihza MAhendra. Namun tanggal 20 Oktober 1999, Yuhsril Ihza Mahendra mengundurkna diri. Oleh karena itu, tinggal dua calon Presiden yang maju dalam pemilihan itu, Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnopoutri. Dari hasil pemilihan presiden yang dilaksanakan secara voting, Abdurrahman Wahid terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 21 Oktober 1999 dilaksanakan pemilihan Wakil Presiden dengan calonnya Megawati Soekaroputri dan Hamzah Haz. Pemilihan Wakil Presiden ini kemudian dimenangkan oleh Megawati Soekarnoputri. Kemudian pada tanggal 25 Oktober 1999 Presiden Abdurrahman Wahid dan Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri berhasil membentuk Kabinet Persatuan Nasional.
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menduduki jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia tidak sampai pada akhir masa jabatannya. Beliau menduduki jabatan sampai tahun 2001 dikarenakan munculnya ketidakpercayaan parlemen padanya. DPR/MPR kemudian memilih dan mengangkat Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden Republik Indonesia dan Hamzah Haz sebagai Wakil Presiden Indonesia. Masa kekuasaan Megawati berakhir pada tahun 2004. Pemilihan Umum tahun 2004 merupakan momen yang sangat penting dalam sejarah pemerintahan Republik Indonesia. Untuk pertama kalinya pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dilakukan secara langsung oleh rakyat Indonesia. Pada pemilihan umum ini Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia dan Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia untuk masa jabatan 2004-2009.

Kondisi Ekonomi Masyarakta Indonesia
Sejak berlangusngnya krisis moneter pertengahan tahun 1997, ekonomi Indonesia mulai mengalami keterpurukan. Keadaan perekonomian makin memburuk dan kesejahteraan rakyat makin menurun. Pengangguran juga semakin luas. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh pemerintahan Habibie untuk memperbaiki perekonomian Indonesia diantaranya :
a.       Merekapitulasi perbankan
b.      Merekonstruksi perekonomian Indonesia
c.       Melikuidasi beberapa bank bermasalah
d.      Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat hingga di bawah Rp 10.000,-
e.       Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF
Dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat, pemerintah juga memperhatikan harga produk pertanian Indonesia, karena selama masa pemerintahan Orde Baru maupun sejak krisis 1997 tidak pernah berpihak kepada petani. Apabila pendapatan petani meningkat, maka permintaan pertanian terhadap barang non pertanian juga meningkat. Dengan ditetapkannya harga produk pertanian akan member semangat bangkitnya para pengusaha untuk mengembangkan kegiatan perusahaannya. Pihak pemerintah telah berusaha ntuk membawa Indonesia keluar dari krisis. Tetapi tidak mungkin dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Oleh sebab itu untuk mengatasi krisis, presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan Republik Indonesia, memerlukan penyelesaian secara bertahap berdasarkan skala prioritas.



BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Pada masa reformasi munculnya undang-undang politik yang baru memberikan semangat untuk berkembangnya kehidupan politik di Indonesia. Dengan munculnya undang-undang politik itu partai-partai politik bermunculan dan bahkan tidak kurang dari 112 partai politik telah berdiri di Indonesia pada masa itu. Namun dari sekian banyak jumlahnya, hanya 48 partai politik yang berhasil mengikuti pemilihan umum tahun 1999. Hal ini disebabkan karena aturan seleksi partai-partai politik diberlakukan cukup ketat. Setalah perhitungan suara berhasil diselesaikan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), hasilnya lima besar partai yang berhasil meraih suara-suara terbanyak di antaranya PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Persatuan pembangunan, Partai Pembangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional.
Dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat, pemerintah juga memperhatikan harga produk pertanian Indonesia, karena selama masa pemerintahan Orde Baru maupun sejak krisis 1997 tidak pernah berpihak kepada petani. Apabila pendapatan petani meningkat, maka permintaan pertanian terhadap barang non pertanian juga meningkat. Dengan ditetapkannya harga produk pertanian akan member semangat bangkitnya para pengusaha untuk mengembangkan kegiatan perusahaannya. Pihak pemerintah telah berusaha ntuk membawa Indonesia keluar dari krisis. Tetapi tidak mungkin dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Oleh sebab itu untuk mengatasi krisis, presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan Republik Indonesia, memerlukan penyelesaian secara bertahap berdasarkan skala prioritas.

B.     SARAN
Untuk masyarakat indonesia khususnya generasi bangsa untuk lebih menghargai perjuangan-perjuangan pahlawan terdahulu yang telah memperjuangkan negara ini hingga merdeka, sehingga kita mempunyai rasa cinta terhadap negara. Dan wujudkanlah negara yang tentram, damai dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA

http://gmcrime.blogspot.com/2012/11/tokoh-tokoh-reformasi-pemrakarsa.html


Post a Comment for "Perkembangan politik dan ekonomi pada era reformasi"