Kesehatan saat Monopause
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Dengan makin meningkatnya usia harapan hidup wanita terutama di
negara-negara sedang berkembang, maka akan makin banyak didapatkan wanita yang
berusia lanjut, dalam arti kata dapat menikmati kehidupan setelah menopause atau
setelah masa reproduksinya selesai.
Oleh sebab itulah, seorang bidan yang menangani wanita pada masa ini
haruslah mengetahui perubahan hormonal dan metabolik yang terjadi, perubahan
cara hidup yang diakibatkannya, serta cara-cara penanganannya.Untuk itu
diperlukannya promosi kesehatan dalam menyampaikan perubahan-perubahan tersebut
sehingga tidak ada lagi wanita yang menganggap masa menopause sebagai masa yang
menakutkan dihari tuanya.
B.
TUJUAN
1.
Untuk mempelajari apa itu menopause
2.
Untuk
mempelajari tanda dan gejalanya
3.
Untuk
mempelajari bagaimana cara mengatasinya
C. MANFAAT
1.
Untuk mengetahui apa itu menopause
2.
Untuk
mengetahui tanda dan gejalanya
3.
Untuk
mengetahui bagaimana cara mengatasinya
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Promosi
Kesehatan
WHO berdasarkan piagam Ottawa (1986) dalam Heri.D.J. Maulana (2009) hal.
19, mendefinisikan promosi kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan
individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya
berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri.
Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan seseorang untuk
meningkatkan control dan peningkatan kesehatannya. WHO menekankan bahwa promosi kesehatan merupakan suatu proses yang
bertujuan memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan
meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan
diri sendiri (Maulana,2009).
B.
Pengertian Menopause
Menopause berasal dari bahasa Yunani yang berarti berhentinya haid. Terjadi
pada usia sekitar 50 tahun. Pada masa inilah terjadilah perdarahan rahim yang
terakhir yang masih dikendalikan oleh hormon ovarium. Pramenopause adalah masa
sebelum terjadinya menopause, biasanya sekitar 4 sampai 5 tahun sebelumnya.
Pada saat ini biasanya telah didapatkan pola haid yang tidak teratur dan
keluhan klimakterik yang lain.Pasca-menopause adalah masa 3 sampai 5 tahun
setelah terjadinya menopause. Ooforepause adalah saat ovarium kehilangan sama
sekali fungsi hormonalnya. Sebenarnya ada 2 macam menopause yaitu menopause
yang fisiologis dan menopause buatan. Pada menopause yang fisiologis maka
terjadi kemunduran fungsi hormonal ovarium karena sebab-sebab yang fisiologis
sedangkan menopause buatan terjadi karena campur tangan dari luar seperti
radiasi, pasca operasi, obat-obatan dll.
Menopause terjadi karena gangguan dalam proses
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hal ini disebabkan karena menghilangnya oosit
yang responsive terhadap rangsangan gonadotropin dan oosit gonadotropin.
Keadaan ini akan menyebabkan gangguan dalam produksi hormon ovarium yang
selanjutnya akan juga mengganggu mekanisme umpan balik pada poros
diatasnya.Yang pertama-tama mengalami kegagalan adalah fungsi korpus luteum.
Turunnya produksi steroid ovarium terutama estrogen akan menyebabkan pusat
siklik hormone di hipotalamus meningkatkan produksi hormon pelepas gonadotropin
(Gonadotropin Releasing Hormon = GnRh). Selanjutnya hal ini akan mengakibatkan
peningkatan hormone gonadotropin dengan FSH (Follicle Stimulating Hormone)
mengalami kenaikan yang lebih tinggi dari LH (Luteinizing Hormone). Kadar
hormon inilah yang menjadi petunjuk yang baik untuk menentukan apakah seorang
wanita berada dalam proses menopause. Peninggian kadar hormone gonadotropin ini
akan terus meningkat dan mencapai maksimum 10-15 tahun setelah menopause dan
kemudian akan turun perlahan-lahan dan terus menetap sampai masa senium dengan
kadar yang lebih tinggi dari masa reproduksi.
Umumnya menopause terjadi pada usia sekitar 45-50 tahun, sedangkan menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun dikenal sebagai menopause yang terlalu dini (menopause praecox).Menopause yang terjadi terlalu dini dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti penyakit, obat-obatan, pembedahan dan radiasi. Berdasarkan perubahan pada hormone steroid ovarium maka dapat kita kenali beberapa fase pada masa klimakterium. Hormon progesterone yang merupakan produk utama korpus luteum mengalami gangguan pertama kali, sedangkan estrogen mula-mula akan tinggi dan kemudian berangsur-angsur menurun. Estrogen juga dapat dihasilkan oleh organ-organ ekstragenital seperti kelenjar adrenal. Hormone androgen juga mengalami penurunan pada masa klimakterium ini, baik yang dihasilkan oleh ovarium maupun oleh kelenjar adrenal.
Umumnya menopause terjadi pada usia sekitar 45-50 tahun, sedangkan menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun dikenal sebagai menopause yang terlalu dini (menopause praecox).Menopause yang terjadi terlalu dini dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti penyakit, obat-obatan, pembedahan dan radiasi. Berdasarkan perubahan pada hormone steroid ovarium maka dapat kita kenali beberapa fase pada masa klimakterium. Hormon progesterone yang merupakan produk utama korpus luteum mengalami gangguan pertama kali, sedangkan estrogen mula-mula akan tinggi dan kemudian berangsur-angsur menurun. Estrogen juga dapat dihasilkan oleh organ-organ ekstragenital seperti kelenjar adrenal. Hormone androgen juga mengalami penurunan pada masa klimakterium ini, baik yang dihasilkan oleh ovarium maupun oleh kelenjar adrenal.
Berdasarkan analisis hormonal maka menopause dapat dibagi dalam beberapa
fase:
1.
Fase hipolutein
sampai alutein
Pertama-tama
terjadi gangguan pembentukan korpus luteum yang berarti gangguan produksi
progesterone dan akibatnya terjadi keadaan dominasi estrogen. Karena itu
terjadi gangguan siklus haid yang menjurus terjadinya perdarahan uterus
disfungsional. Karena tidak terjadi ovulasi maka hormone folikel akan terus
dibentuk, maka terdapat keadaan hiperfolikulin yang berlangsung berbuln-bulan
dengan gejala-gejala retensi air, gangguan kestabilan emosi, dismenoragia dengn
hyperplasia glandularis kistika.
2.
Fase
hipofolikulin
Selanjutnya karena berkurangnya folikel yang responsive terhadap rangsang
gonadotropin maka hormone folikelpun makin lama makin berkurang, walaupun
terdapat sumber estrogen lain. Hal ini akan menyebabkan involusi alat-alat
genetalia dan atrofi vagina. Pengaruh estrogen terhadap genetalia dapat
dikenali dengan melakukan sediaan usap vagina.
3.
Fase
poligonadotorpin
Karena tidak adanya hormone steroid ovarium maka hipofise anterior
mengeluarkan hormonnya tanpa hambatan. Hal ini akan menyebabkan hiperfungsi
beberapa kelenjar yang tergantung dari hipofise.
Pembentukan berlebihan dari unsur tireotropin akan mengakibatkan gangguan
kelenjar tiroid dan Basedow klimakterik, penurunan fungsi tiroid akan diikuti
dengan miksedema klimakterik. Meningkatnya hormon kortikotropin dan
gonadotropin akan menyebabkan kelenjar adrenal seolah-olah merupakan gonad
ketiga. Hal ini akan mengakibatkan meningginya hormon pria dan pada saat yang
sama menurunnya estrogen dari ovarium. Secara klinis hal ini akan tampak
sebagai proses maskulinisasi, rambut melebat, suara berat dan dalam dll. Akibat
meningkatnya adrenalin maka dapat pula dimengerti mengapa wanita klimakterik
menjadi hipersensitif.
C.
Tanda dan
Gejala
Perubahan yang paling dirasakan oleh wanita dalam masa menopause adalah
perubahan pola haidnya. Selain itu yang ditemukan juga adalah:
1.
Gejala
vasomotorik : berupa gejala primer defisiensi estrogen. Hal ini diikuti dengan
ketidakseimbangan vasomotor sentral. Pada kelompok gejala ini termasuk gejolak
panas/”hot flushes”, vertigo, keringat banyak dan parestesia.
2.
Gejala
konstitusionil : gejala sekunder akibat tidak langsung dari menurunnya kadar
estrogen terhadap suatu keadaan. Misalnya mudah tersingung, sakit kepala dan
migraine, keluhan kardiovaskuler, nteri otot dan panggul.
3.
Gejala
psikologis dan neurologis : Meliputi keadaan depresi, kelelahan badan, susah
tidur dan rasa khawatir/”anxiety”.
4.
Gejala-gejala
lain : Termasuk didalamnya gangguan haid, keluhan vaginitis atrofikan seperti
dispareuni, fluor albus, pruritus vulva, disuria dan gangguan libido.
PERUBAHAN-PERUBAHAN ORGANIK
Perubahan yang terjadi pada organ reproduksi :
Pada dasarnya terjadi atrofi pada
seluruh alat reproduksi pada masa menopause. Lipatan mukosa pada tuba Fallopii
Makin lama makin tipis dan akhirnya menghilang. Uterus akan makin lama makin
kecil dan endometriumnya atrofik. Serviks akan mengkerut dan dikelilingi oleh
dinding vagina, kanalis servikalis akan menjadi sempit dan pendek, sumbatan
pada kanalis ini dapat menyebabkan piometra.
Perbandingan ukuran
serviks-fundus dapat kembali seperti masa adolesen.
Elastisitas vagina berkurang, rugae menghilang, dinding vagina menipis, sehingga mudah mengalami laserasi dan iritasi. Glikogen berkurang, pertumbuhan Basil Doderlein terhambat dan akibatnya pH meningkat dan ini akan memudahkan terjadinya uretritis dan terbentuknya karunkula.
Elastisitas vagina berkurang, rugae menghilang, dinding vagina menipis, sehingga mudah mengalami laserasi dan iritasi. Glikogen berkurang, pertumbuhan Basil Doderlein terhambat dan akibatnya pH meningkat dan ini akan memudahkan terjadinya uretritis dan terbentuknya karunkula.
Terjadinya atrofi pada jaringan
dasar panggul dan membawa akibat hilangnya tonus dan elastisitas daerah ini dan
diikuti dengan prolapsus uterovaginal. Atrofi pada perinium dan anus akan
mengakibatkan inkotinensia alvi yang ringan. Pada vesika urinaria hilangnya
fungsi otot spingter dan detrusor akan mengakibatkan ”stres incontinence”.
Pada payudara akan terjadi
peningkatan lemak subkutan dan terjadi ketakteraturan bentuk dan dilatasi
kistik dari lobulus mammae dalam masa premenopause. Pada masa pasca-menopause
lemak subkutan berkurang, lobulus menghilang, stroma jaringan ikat menebal,
puting susu mengecil dan kehilangan daya erektilnya, pigmentasi berkurang dan
akhirnya payudara menjadi kecil, datar dan kendor.
Perubahan diluar sistem reproduksi
Kenaikan berat badan ringan
didapatkan pada kira-kira 30% wanita yang mencapai masa klimakterik. Penyebaran
lemak ini terutama didapatkan pada daerah tungkai atas, pinggul, perut bawah
dan lengan atas. Penurunan estrogen dikatakan menurunkan aktifitas dan
metabolisme umum sehingga intake makanan yang sama akan menimbulkan penimbunan
lemak yang bertambah.
Penurunan kadar estrogen akan
mengakibatkan peninggian kadar kolesterol dan hal ini membawa resiko
aterosklerosis yang lebih besar. Pada fungsi ovarium yang masih baik, hampir
tidak didapatkan aterosklerosis. Penyakit jantung koroner dan infark miokard
terjadi 1-20 kali lebih sering pada wanita masa klimakterium. Hal ini mungkin
disebabkan oleh meningginya angka aterosklerosis dan hipertensi.
Terdapat peninggian tekanan darah yang terutama pada tekanan darah diastolik. Dua pertiga dari penderita hipertensi esensial adalah wanita berusia 45-70 tahun, dengan sebagian besarnya memulai penyakitnya pada masa klimakterium ini. Setiap serangan gejolak panas yang terjadi disertai dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sisitolik. 85% wanita mengalami osteoporosis, kebanyakan terjadi 10 tahun setelah menopause. Angka kejadiannya 2 kali lebih sering daripada pria usia yang sama. Pemberian estrogen dikatakan dapat menghindarkan terjadinya osteoporosis dan akibat ikutannya. Estrogen terutama bekerja pada proses eksresi kalsium diusus dan ginjal. Akan juga timbul gejala defeminisasi dan maskulinisasi yang disebabkan berkurangnya estrogen dan efek antiandrogennya. Sebagian memang menunjukkan hiperfungsi parsial dari kelenjar adrenal dengan meningkatnya kadar 17-ketosteroid.
Terdapat peninggian tekanan darah yang terutama pada tekanan darah diastolik. Dua pertiga dari penderita hipertensi esensial adalah wanita berusia 45-70 tahun, dengan sebagian besarnya memulai penyakitnya pada masa klimakterium ini. Setiap serangan gejolak panas yang terjadi disertai dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sisitolik. 85% wanita mengalami osteoporosis, kebanyakan terjadi 10 tahun setelah menopause. Angka kejadiannya 2 kali lebih sering daripada pria usia yang sama. Pemberian estrogen dikatakan dapat menghindarkan terjadinya osteoporosis dan akibat ikutannya. Estrogen terutama bekerja pada proses eksresi kalsium diusus dan ginjal. Akan juga timbul gejala defeminisasi dan maskulinisasi yang disebabkan berkurangnya estrogen dan efek antiandrogennya. Sebagian memang menunjukkan hiperfungsi parsial dari kelenjar adrenal dengan meningkatnya kadar 17-ketosteroid.
D.
Promosi
kesehatan pada menopouse
Untuk mengatasi permasalahan yang ada pada masa menoupose bidan perlu
melakukan promosi kesehatan dengan memberikan penanganan yang sesuai. Dasar penatalaksanaan
klimakterium seperti dapat dilihat dal skema dibawah ini meliputi:
1.
Penatalaksanaan
umum meliputi pendidikan dan konseling
2.
Pengobatan
sistomatik non-hormonal
3.
Pengobatan
hormonal dan penyesuaian perubahan endokrin
4.
Pembedahan
Bukan pengobatan murni Pengobatan
non hormonal Pengobatan hormonal
Penerangan Antikoligernik Estrogen (jenis berbeda, rute berbeda)
Penerangan Antikoligernik Estrogen (jenis berbeda, rute berbeda)
Psikoterapi Spasmolitika
Estrogen-androgen, Sedativa, Hipnotika Estrogen-progesteron, Tranguilizer, Antidepresan,
Tonika, Pembedahan
1.
Penatalaksanaan
Umum
Perlu ditekankan bahwa masa ini bukan berarti berakhirnya suatu kehidupan
melainkan justru berarti mulainya suatu tingkat kehidupan yang baru. Proses
menjadi tua serta menopause ini sedapat mungkin diterangkan dalam bahasa yang
dapat dimengerti. Hubungan erat yang saling percaya antara dokter pasien dan
sebaliknya sangat membantu mengatasi masalah ini dan mencegah terjadinya
kesalahpahaman. Usaha ini dilakukan pada fase dengan gejala-gejala yang ringan
saja. Beberapa peneliti mengatakan bahwa psikoterapi dangkal saja sudah akan sangat
banyak menolong.
2.
Pengobatan
simtomatik non-hormonal
Gejala klimakterium yang cukup berat harus diobati baik secara
medikamentosa ataupun dengan cara lain. Pengobatan yang tepat disesuaikan
dengan keadaan penderita. Untuk gejala yang ringan maka sering dipakai sedatif,
spasmolitika, dan bermacam-macam obat turunannya. Bagi gejala yang berat
seperti gejolak panas yang berat, maka sedatif dan obat depresan lainnya tidak
banyak pengaruhnya.
3.
Pengobatan
hormonal
Pada dasarnya menopause adalah suatu defisiensi hormonal yang terjadi
secara fisiologis. Tujuan pengobatan adalah mencapai keseimbangan hormonal
kembali. Pada umumnya yang harus diobati adalah defisiensi estrogen.
Dengan pengobatan substitusi estrogen dapat ditemukan beberapa keuntungan disamping beberapa kerugian :
Dengan pengobatan substitusi estrogen dapat ditemukan beberapa keuntungan disamping beberapa kerugian :
a.
Pengendalian
reaksi vasomotor
b.
Pengurangan
reaksi emosional
c.
Pencegahan dan
pengobatan genetalia
d.
Pemeliharaan
kulit yang baik
e.
Pencegahan dan
pengendalian osteoporosis
f.
Berkurangnya
resiko terjadinya aterosklerosis
g.
Pencegahan dan
pengendalian perdarahan tak teratur.
Mengingat bahwa defisiensi
estrogen dalam waktu lama mempunyai pengaruh yang buruk maka pengobatan
substitusi adalah pilihan pengobatan yang terbaik. Sedangkan sedatif dan obat
tranquilizer merupakan obat yang mempunyai cara kerja yang berlainan sehingga
hanya dapat dipakai pada kasus dengan gejala ringan saja.Secara garis besarnya
pengobatan sustitusi hormonal mempunyai skema seperti dibawah ini :
Pengobatan dengan estrogen
konjugasi 1,25 mg perhari selama 20 hari dengan interval 7-8 hari sebagai
pengobatan awal selama bulan pertama, dilanjutkan dengan dosis sama setiap 4
hari untuk 3 minggu dengan interval 7-8 hari selama bulan ke 2 dan kemudian
1,25 mg setiap 7 hari, untuk 3 minggu dengan interval yang sama pada bulan ke 3
dan seterusnya, pengobatan ini merupakan cara yang efektif untuk penanganan
kasus-kasus klimakterium.
4.
Pembedahan
Sekitar 40-70% wanita dengan perdarahan abnormal pada masa premenopause
akan sembuh dengan tindakan kuretase saja dan tidak membutuhkan pengobatan
lebih lanjut. Selanjutnya jika terjadi perdarahan lagi dalam masa 6 bulan dan
tidak ada kecurigaan terhadap kemungkinan keganasan/hyperplasia maka pengobatan
substitusi masih ada tempatnya. Sedangkan perdarahan berulang setelah 6 bulan
maka perlu dilakukan kuretase ulang dan bila dianggap perlu dapat dilakukan
histerektomia.
Beberapa hal yang
mempercepat menopause :
a.
Tuberkolosis
dan penyakit kronis lain
b.
Pemakaian obat
steroid
c.
Obat penurun
berat badan
d.
Olahraga yang terlalu
berat
E. Gizi yang Dibutuhkan oleh Wanita Menopause
Jenis zat-zat gizi yang harus diperhatikan adalah karbohidrat (dikonsumsi
55% lebih jenis yang karbohidrat kompleks), jumlah lemak yang dianjurkan
berkisar 20-30%(hindari lemak hewani). Dianjurkan dalam mencegah osteoporosis
agar dapat mengonsumsi kalsium disertai dengan vitamin D. Asupan kalsium
sebesar 1.000- 1.200 mg dan 500 IU vitamin D per hari dapat meningkatkan
efektifitas kalsium dan melindungi tulang terhadap osteoporosis.
Kesehatan perempuan di masa menopause dapat tetap dipelihara melalui
pemanfaatan bahan alami yang memiliki kandungan sediaan serupa khasiat hormon
estrogen. Salah satu bahan alami itu adalah tempe. Di samping tempe yaitu tahu,
tauco, susu kedelai, kacang tunggak, bengkuang, tokbi hingga biji-bijian
seperti gandum, wijen maupun mengandung unsur mineral dan vitamin bermanfaat
bagi perawat kesehatan organ tubuh serta alat reproduksi.
Cara Untuk Memperlambat Menopause :
a.
Hindari makanan
yang instan
b.
Makan makanan
yang mengandung fitoestrogen seperti kacang-kacangan, buah pepaya, bengkuang
dan lainnya
c.
Olah raga teratur
d.
Terapkan pola
hidup sehat.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Menopause adalah proses menjadi tua yang fisiologis, tetapi beberapa wanita
tetap saja mengalami kesulitan dalam proses penyesuaian dirinya, sehingga bidan
yang menanganinya perlu mengetahui gejala yang bisa timbul, latar belakang dan
penanganannya.Perubahan yang paling dirasakan oleh wanita dalam masa menopause
adalah perubahan pola haidnya.
Dasar penatalaksanaan klimakterium seperti dapat dilihat dal skema dibawah
ini meliputi : Penatalaksanaan umum meliputi pendidikan dan konseling,
pengobatan sistomatik non-hormonal, pengobatan hormonal dan penyesuaian
perubahan endokrin, pembedahan.
B.
SARAN
Menopause adalah kodrat yang akan dialami oleh setiap wanita, hendaknya
dijalani dengan senang hati. Perlu selalu berbagai usaha hidup sehat sampai tua
dan akhir hayat, jangan mengobati sendiri bila ada keluhan hendaknya
berkonsultasi serta bersedia mentaati apa yang dikatakan oleh dokter memang
ahlinya, dan dihindari bertanya pada orang yang bukan ahlinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Soekidjo, Notoatmojo. 2009. Pengantar pendidikan kesehatan imu dan
perilaku. Yogyakarta: andi offset
Susan G Millstein, 1993. Promoting the health of
adolescent. Export universering
Efendi, F & Makhfudli.( 2009 ). Keperawataan kesehatan Komunitas teoti dan
praktik dalam keperawatan. Jakarta; Salemba Medika
Post a Comment for "Kesehatan saat Monopause"