Perubahan yang terjadi pada usia lanjut
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menua merupakan
masa perubahan yang dialami individu baik fisik maupun psikologi akibat
penurunan fungsi tubuh sehingga memerlukan pemeliharaan yang berbeda dengan
usia anak-anak, remaja, maupun dewasa yang membutuhkan dukungan dari orang di
sekitarnya.
Lansia mengalami
penurunan fungsi tubuh akibat proses degenerasi, oleh karena itu diperlukan
usaha untuk mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf
setinggi-tingginya agar terhindar dari penyakit atau gangguan. Untuk mencapai
hal tersebut diperlukan wadah yang dapat memberikan sarana bagi lansia yang
dapat memelihara kesehatannya yaitu posyandu lansia.
Pada tempat
tersebut dapat diperoleh manfaat antara lain, lansia dapat mengetahui status
kesehatannya juga kegiatan lain yang bermanfaat untuk mengisi kegiatan para
lansia. Dalam posyandu lansia, terdapat suatu kepedulian dan perhatian yang
didapat dari kontak sosial sehingga memberi harapan dan semangat para lansia
untuk terus dapat hidup mandiri dan menyadari bahwa di usia senja mereka tetap
prima.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa itu lansia?
2.
Bagaimana ciri-ciri lansia?
3.
Bagaimana perubahan yang terjadi pada
lansia?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Lansia
Lanjut usia merupakan istilah tahap
akhir dari proses penuaan. Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun
(1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan
keberhasilannya.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan
65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara
nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi
berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :
usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,
lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90
tahun.
Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo
(2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah
orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak
berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari.
Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada
usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap penisium,
pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh atau
kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul
perubahan-perubahan dalam hidupnya.
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai meninggal.
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai meninggal.
Tetapi bagi orang lain, periode ini
adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa
kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini
tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang
homogen . Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda.
B. Ciri-Ciri Masa Lanjut Usia
1.
Adanya periode penurunan atau
kemunduran. Yang disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis.
2.
Perbedaan individu dalam efek
penuaan. Ada yang menganggap periode ini sebagai waktunya untuk bersantai dan
ada pula yang menganggapnya sebagai hukuman.
3.
Ada stereotip-stereotip mengenai
usia lanjut. Yang menggambarkan masa tua tidaklah menyenangkan.
4.
Sikap sosial terhadap usia lanjut.
Kebanyakan masyarakat menganggap orang berusia lanjut tidak begit dibutuhkan
katena energinya sudah melemah. Tetapi, ada juga masyarakat yang masih
menghormati orang yang berusia lanjut terutama yang dianggap berjasa bagi
masyarakat sekitar
5.
Mempunyai status kelompok
minoritas. Adanya sikap sosial yang negatif tentang usia lanjut.
6.
Adanya perubahan peran. Karena
tidak dapat bersaing lagi dengan kelompok yang lebih muda.
7.
Penyesuaian diri yang buruk.
Timbul karena adanya konsep diri yang negatif yang disebabkan oleh sikap sosial
yang negatif.
8.
Ada keinginan untuk menjadi muda
kembali. Mencari segala cara untuk memperlambat penuaan.
C. Perubahan Yang Terjadi Pada
Lansia
1.
Menurut Nugroho (2000) Perubahan
Fisik pada lansia adalah :
a.
Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan
intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati,
jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
b.
Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat
otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan
berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman
dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin
rendah, kurang sensitive terhadap sentuhan.
c.
Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram
(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan
warna menurun.
d.
Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara
atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi
pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan
otosklerosis.
e.
Sistem Cardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas
pembuluh darah: kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
perubahan posisidari tidur ke duduk (duduk ke berdiri)bisa menyebabkan tekanan
darah menurun menjadi 65mmHg dan tekanan darah meninggi akibat meningkatnya
resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal ±170 mmHg, diastole
normal ± 95 mmHg.
f.
Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa
factor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: Temperatur tubuh
menurun, keterbatasan reflek
menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi
rendahnya aktifitas otot.
g.
Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas
turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya aktifitas silia), O2 arteri menurun
menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.
h.
Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun,
pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu
pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi
absorbsi menurun.
i.
Sistem urinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai
200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva,
selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan
frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.
j.
Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan
sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.
k.
Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses
keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat
penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar
keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
l.
System Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan
tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis,
atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan
tremor.
2. Perubahan
psikososial
a. Penurunan
Kondisi Fisik
Setelah
orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang
bersifat patologis berganda ( multiple pathology ), misalnya tenaga berkurang,
enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh,
dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia
mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan
gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya
dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.
Dalam
kehidupan lansia agar dapat
tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan
kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau
tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir
fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik,
misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.
b. Penurunan
Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan
fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan
berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan jantung, gangguan metabolisme, misal
diabetes millitus, vaginitis, baru selesai operasi : misalnya prostatektomi,
kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat
kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan
steroid, tranquilizer.
Faktor psikologis yang menyertai lansia
antara lain :
·
Rasa tabu atau malu
bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
·
Sikap
keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan
budaya.
·
Kelelahan atau
kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
·
Pasangan hidup telah
meninggal.
·
Disfungsi seksual
karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas,
depresi, pikun dsb.
3. Perubahan
Aspek Psikososial
Pada
umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi
kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan
perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif)
meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan
adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek
psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan
berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut :
§ Tipe
Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak
banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
§ Tipe
Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan
mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan
kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
§ Tipe
Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka
pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka
pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera
bangkit dari kedukaannya.
§ Tipe
Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki
lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang
kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat-marit.
§ Tipe
Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau
cenderung membuat susah dirinya.
4. Perubahan
yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada
umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal
pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua,
namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering
diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan,
status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih
tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point
tiga di atas.
Dalam
kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang
memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun
(pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak bagi
masing-masing individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih
menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan
hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan
pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan
diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh
gaji penuh.
Persiapan
tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi
masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk
menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif.
Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa lansia dapat
dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya masing-masing.
Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak
jenis dan macamnya.
Model
pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung terlihat hasilnya sehingga
menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping pekerjaan yang selama ini
ditekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup menjanjikan dalam menghadapi
masa tua, sehingga lansia tidak membayangkan bahwa setelah pensiun mereka
menjadi tidak berguna, menganggur, penghasilan berkurang dan sebagainya.
5. Perubahan
Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat
berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya
maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya
badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan
sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah
dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan
masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika
keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain
dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis,
mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek
dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
Dalam
menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki
keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena
anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat
umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan.
Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup
membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya
sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi
terlantar.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Lanjut usia merupakan istilah tahap
akhir dari proses penuaan. Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun
(1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan
keberhasilannya.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan
65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara
nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi
berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :
usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,
lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90
tahun.
Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo
(2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah
orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak
berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari.
B.
Saran
Setelah penyusun membuat makalah ini, penyusun menjadi
tahu tentang perubahan yang terjadi pada lansia. Lansia adalah masa dimana
seseorang mengalami kemunduran, dimana fungsi tubuh kita sudah tidak optimal
lagi. Oleh karena itu sebaiknya sejak muda kita persiapkan dengan sebaik –
sebaiknya masa tua kita. Gunakan masa muda dengan kegiatan yang bermanfaat agar
tidak menyesal di masa tua.
DAFTAR
PUSTAKA
Lestari
Puput, dkk. 2012. Makalah Dewasa Akhir. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Kusumadewi Yulia. 2012. Makalah Perkembangan
Lansia.
Arikunto,Suharsimi.2013.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratek.
Jakarta: PT Rineka
cipta
Carpenito,L.J.2010.Buku Diagnosa Keperawatan.Editor Monika
Ester.Jakarta: EGC
Efendi,N.2010.Dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta:
EGC
Gunawan,lany.2011.Hipertensi Dan Tekanan Darah Tinggi.Yogykarat:
Penerbit Konisius
Post a Comment for "Perubahan yang terjadi pada usia lanjut"