Sebab - sebab durhaka anak terhadap orang tua
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berbakti
kepada orang tua merupakan kewajiban mutlak dan mempunyai kedudukan amal yang
lebih tinggi dibandingkan dengan amal lainnya berkaitan dengan hubungan manusia
dengan sesamanya. Perintah berbakti kepada orang tua dalam al-Quran selalu
disandingkan dengan perintah untuk taat kepada Allah, mengingat
betapa keutamaan dan kedudukan mereka dihadapan anak-anaknya,
dan ditekankannya perintah tersebut agar diperhatikan oleh manusia.
Kedudukan mereka yang begitu agung dan besarnya jasa mereka demi anak-anak,
menjadikan Allah membuat suatu ketentuan mutlak bahwa anak yang tidak berbakti
atau durhaka kepada mereka, akan dijatuhi hukuman dosa paling besar setelah
syirik. Dan hukuman ini tidak akan ditangguhkan menunggu saatnya hari kiamat,
bahkan ketika di dunia ini hukuman tersebut bias diberlakukan.
Perbuatan
berbakti atau durhaka akan membuahkan hasil masing-masing, yang sangat
berdampak bagi pelakunya dalam kehidupannya sehari-hari, bahkan sampai di
akhirat kelak dampak perbuatan tersebut akandirasakan oleh pelakunya. Anak yang
berbakti kepada kedua orang tuanya akan merasakan berbagai keuntungan, kebaikan
dan keselamatan selama di dunia ini, sehingga dikatakan bahwa keberhasilan
hidup seseorang tergantung bagaimana bentuk baktinya kepada orang tua mereka,
sebaliknya, kehancuran hidupnya mencerminkan bagaimana perlakuan buruknya
terhadap orang tua, sehingga berbagai kesulitan, ketidaktenangan, bahkan
kesengsaraan selalu mewarnai kehidupannya karena tindakan yang selalu menentang,
menyakiti, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah untuk
dilakukan kepada orang tuanya.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
pengertian durhaka?
2.
Apa
sebab-sebab anak durhaka kepada orang tua?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN DURHAKA
Bakti (dalam
bahasa arab disebut birrun) adalah kata yang mencakup kebaikan dunia
dan akhirat. Berbakti kepada kedua orang adalah berbuat baik kepada mereka
memenuhi hak-hak mereka dan menaati mereka dalam hal-hal yang mubah, bukan
hal-hal yang wajib atau maksiat[1].
Adapun lawan
kata bakti adalah durhaka. Durhaka kepada orang tua adalah berbuat buruk kepada
mereka dan menyia-nyiakan hak mereka. Secara bahasa, kata al -‘uquuq (durhaka)
berasal dari kata al-‘aqqu yang berarti al-qath’u (memutus,
merobek, memotong, membelah). Adapun menurut syara’ Durhaka
adalah setiap perbuatan atau ucapan anak yang menyakiti kedua orang
tuanya.
B.
SEBAB-SEBAB
ANAK DURHAKA KEPADA ORANG TUA
1.
Hilangnya kekuatan AGAMA dan
lemahnya IMAN
Seorang hamba apabila mengerjakan dosa
atau kemaksiatan dan dia tidak takut kepada Allah, maka dia membuka pintu
kejelekan dan kefasikan untuk dirinya. Dosa-dosanya tersebut menjadi sebab
kebinasaannya apabila dia tidak bertobat. Termasuk akibat dosa-dosanya tersebut
dia menyakiti orang tuanya karena dia mendapati kegalauan hati, kegelapan hati,
hitamnya wajahnya dan kerasnya hati yang membawanya untuk berbuat durhaka.
Lihatlah kepada akibat kemaksiatannya
yang mewariskan kepada dirinya kejahatan dan celaan wal 'iyadzu billah.
Dan tidaklah dia mengerjakan ini kecuali karena kehilangan kekuatan agama dan
kelemahan iman. Rasulullah bersabda, "Iman mengikat pembunuhan, seorang
mukmin tidak membunuh".
Keimanan adalah penghalang untuk
durhaka dan kehilangan kekuatan agama atau lemahnya agama menjadi penyebab
terbesar terjerumusnya seseorang ke dalam dosa dan kemaksiatan.
2.
Jeleknya pendidikan.
Pendidikan anak menjadi kewajiban orang
tua dan merupakan amanah besar yang wajib dipelihara. Apabila kedua orang tua
menyepelekan pendidikan anak di waktu kecil dan tidak baik dalam mengajari
anak-anak ilmu agama dan tidak mengarahkan kepada pendidikan agama terutama
shalat, akhlak mulia dan adab-adab yang baik, niscaya orang tua akan mendapati
anaknya durhaka ketika dewasa. Sehingga seorang penyair berkata:
Menyepelekan
pendidikan anak adalah kejahatan
Yang akan
kembali kepada orang tua dengan bencana.
Para ahli
hikmah berkata: Barangsiapa mengajari anaknya adab di waktu kecil, anaknya akan
menggembirakannya ketika dewasa. Seorang bapak bertanggung jawab dengan pendidikan anaknya
dengan mengajari mereka al-Qur'an, shalat, mencintai Rasulullah dan bertaqwa
kepada Allah. Ketika anak lelaki atau perempuan menginjak remaja dan kedua
orang tuanya tidak mengajari mereka agama dan akhlak maka kedurhakaan dari
mereka sangat gampang dan banyak terjadi. Balasan adalah bagian dari jenis
amalan.
3.
Membedakan
anak dalam pemberian.
Alangkah indahnya perbuatan adil. Bukankah tegaknya langit
dan bumi tidak lain karena keadilan?. Sesungguhnya termasuk kewajiban kedua
orang tua terhadap anak-anaknya untuk berlaku adil terhadap mereka dalam
hadiah, pemberian dan kasih sayang bahkan dalam memberi ciuman. Membedakan di antara mereka
menimbulkan pengaruh negative pada saudara-saudaranya.
Berapa banyak para bapak yang mengutamakan anak lelaki
dibanding perempuan atau sebaliknya atau anak kecil daripada yang tua atau
anak-anak istri kedua bukan anak-anak istri yang pertama, semisal bapak
yang tidak baik terhadap anak-anaknya ini telah menjerumuskan dirinya dalam kedhaliman
dan menyeretnya dalam kebinasaan. Dia berperan untuk merusak keluarganya dan
terpecahnya anggota keluarga disertai adanya permusuhan antara sesama saudara
dan ini membawa kepada kedurhakaan mereka kepadanya di masa hidupnya dan
setelah matinya[2].
4.
Apakah
ibu harus adil kepada anak?
Ibnu Qudamah berkata, "Ibu
dilarang untuk membedakan antara anak dalam pemberian sebagaimana bapak karena
sabda Rasulullah, "Bertakwalah kalian kepada Allah dan berlakulah adil
di antara anak-anak kalian". Karena ibu adalah salah satu dari kedua orang tua sehingga
dilarang untuk membedakan anak-anaknya dalam pemberian sebagaimana bapak,
karena apa yang diperoleh dengan pengkhususan bapak terhadap sebagian anaknya
dari hasad dan permusuhan terdapat pula pada pengkhususan ibu sebagian anaknya,
maka tetaplah bagi ibu hukum bapak dalam hal ini.
5.
Membedakan
anak dalam ciuman.
Ibrahim an-Nakha'i berkata,
"Mereka dahulu mensunnahkan untuk berlaku adil terhadap anak-anak kalian
sampai pada ciuman".
Aku berkata, Ini adab yang tinggi dan
ini termasuk akhlak mulia para salaf yang seandainya kita melaksanakannya
niscaya kita akan memetik buah bakti anak. Renungilah hadits Nabi, "Bukankah
kamu menginginkan bakti mereka sebagaimana kamu menginginkannya dari
ini?".
6.
Mendidik dengan hinaan, kekerasan dan
pukulan.
Sebagian para bapak terkadng melampaui batas
dalam mendidik anak-anaknya.
Kadang dia memukul, bersikap keras, mencela dan menghina, juga berlebih-lebihan dalam
memberikan hukuman. karena hal ini justru akan
mendorong anak untuk durhaka dan tidak mentaatinya.
Para bapak tersebut lupa bahwa
kelembutan adalah akhlak yang mulia dan kasih sayang, sikap halus dan lembut
adalah suatu keharusan dalam pendidikan yang benar. Di dalam hadits shahih dari
Anas berkata, "Aku tidak melihat seseorang yang sangat menyayangi
keluarganya dari pada Rasulillah".
Penghinaan dan pukulan bisa
menghilangkan kasih sayang dan kecintaan dari hati para anak terhadap bapak
mereka, Berapa banyak anak lelaki atau perempuan yang terjatuh dalam tempat
kerusakan karena mencari ketenangan hati. Mengenyangkan anak dengan kasih
sayang, kelembutan dan kecintaan termasuk keharusan dalam pendidikan. Berapa
banyak anak perempuan yang diperlakukan dengan kasar kemudian dia lari dari
rumahnya dan terjatuh pada orang yang tidak amanah lagi pendusta sehingga
mempermainkanny. Demikian pula anak lelaki, akan tetapi apa penyebabnya?.
Kelembutan, kasih sayang, perbincangan
dan pendidikan yang baik bisa menyebabkan kedua orang tua mendapatkan bakti
anak. Barangsiapa yang tumbuh di atas kekerasan dan kebencian atau
hilangnya kasih sayang kedua orang tua, niscaya dia akan terjatuh dalam
penyimpangan, bisa jadi akan menempuh jalan kedurhakaan. Namun apa
penyebabnya?. Wahai para bapak, kasih sayang adalah salah satu kebutuhan
sebagaimana makanan dan minuman.
7.
Perceraian.
Sebagian suami istri melupakan
keutamaan antara mereka berdua, kadang orang tua menjadikan anak sebagai
sasaran untuk menyakiti pasangannya. Bahkan ada orang tua yang menyeret anak
untuk durhaka dengan membenci mantan pasanganya. Memerintahkan
anaknya untuk tidak menyambung silaturahmi dan tidak mendengarkan perkataan
orang tua(mantan pasangannya), maka ortulah yang
menyebabkan anak durhaka. Semoga Allah memberikan hidayah kepada mereka.
8.
Orang
tua meninggalkan anak-anaknya.
Berbeda antara pendidikan yang jelek
dengan meninggalkan pendidikan. Sesungguhnya dosa yang paling besar adalah
menyia-nyiakan anak. Sebagian para bapak meninggalkan anak-anak mereka dan
menjadikan mereka yatim padahal bapak mereka masih hidup dan mendapatkan rezki.
Kadang sang bapak dekat dengan badannya namun jauh dengan hatinya,
kelembutannya, kasih sayangnya dan pergaulannya. Sebagian para bapak sengaja
memutus hubungan dengan anak-anaknya dan melupakan bahwa dia seorang bapak
tempat memberikan kasih sayang dan perhatian[3].
9.
Tidak adil dalam Poligami
Poligami permasalahan yang diijinkan oleh syariat namun dengan ketentuan
syar'i. Akan tetapi sebagian para bapak berbuat curang
dan tidak adil dalam pergaulan dg istri dan
pembagian hari dalam poligami. Dia
meninggalkan salah satu istrinya dan anak-anak istri tersebut lalu menjauhi
mereka. Tidak memperhatikan dan mengunjungi mereka sehingga mereka kehilangan
kasih sayang seorang bapak. Anak-anak tumbuh jauh dari bapak mereka, inilah
penyebab itu. Mereka akan hidup dalam kebencian terhadap saudara maupun
keluarga besar mereka.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bakti (dalam
bahasa arab disebut birrun) adalah kata yang mencakup kebaikan dunia
dan akhirat. Berbakti kepada kedua orang adalah berbuat baik kepada mereka
memenuhi hak-hak mereka dan menaati mereka dalam hal-hal yang mubah, bukan
hal-hal yang wajib atau maksiat.
Adapun
lawan kata bakti adalah durhaka. Durhaka kepada orang tua adalah berbuat buruk
kepada mereka dan menyia-nyiakan hak mereka. Secara bahasa, kata al
-‘uquuq (durhaka) berasal dari kata al-‘aqqu yang
berarti al-qath’u (memutus, merobek, memotong, membelah). Adapun
menurut syara’ Durhaka adalah setiap perbuatan atau ucapan anak
yang menyakiti kedua orang tuanya.
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Maka penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang
akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
http://abu-riyadl.blogspot.com/2011/11/penyebab-anak-menjadi-durhaka.html
http://syamsuri149.wordpress.com/2008/10/09/akibat-durhaka-kepada-orang-tua/
http://anakshalih.wordpress.com/2007/06/25/haramnya-durhaka-kepada-orang-tua/
http://andikajeki.blogspot.com/2011/04/akibat-durhaka-kepada-orang-tua.html
[1]
Diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad: 27 dan Muslim:
90.
[2]
Hadits
Shahih diriwayatkan oleh Ahmad: 4/394, 413, 418 dan selainnya.
[3]
Al-Mahasin wal Masawi': 607 cetakan Dar Ibni Hazm.
Post a Comment for "Sebab - sebab durhaka anak terhadap orang tua"