Tanaman Nilam
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Teknologi
Produksi Tanaman mempelajari tentang cara pengolahan tanaman mulai dari
perencanaan tata letak (layout) kebun, pengolahan lahan, pemindahan bibit,
pemupukan, penyiangan, pengairan, pengendalian hama penyakit, sampai penanganan
panen dan pasca panen. Tanaman yang budidayakan bermacam-macam antaralain
tanaman padi, jagung, kacang-kacangan, ubi-ubian, buah, sayuran, tanaman
perkebunan dan industry, tanaman hias dan tanaman aromatik.
Nilam
(Pogestemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri
yang penting, baik sebagai sumber devisa negara dan sumber pendapatan petani.
Dalam pengelolaannya melibatkan banyak pengrajin serta menyerap ribuan tenaga
kerja. Teknologi pengolahan minyak nilam ditingkat petani umumnya masih
tradisional hal ini disebabkan oleh faktor sosial ekonomi dan faktor
terbatas-nya teknologi yang diakses sehingga minyak yang dihasilkan mutunya
masih rendah. Minyak nilam dapat digunakan dalam industri parfum, sabun dan
kosmetika serta obat-obatan. Kemajuan industri menyebabkan terjadinya
peningkatan permin-taan minyak didalam maupun diluar negeri. Besarnya
penggunaan minyak nilam dalam industri parfum, kosmetika dan sabun karena
minyak nilam dapat berfungsi sebagai zat pengikat (fiksatif) dan tidak dapat
digantikan dengan zat sintetis lainnya. Selain itu minyak nilam juga dapat
digunakan sebagai bahan pestisida nabati. Limbah dari hasil penyulingan minyak
nilam yang terdiri dari ampas daun dan batang mempunyai potensi dimanfaatkan sebagai
bahan pembuatan dupa, obat nyamuk bakar, dan pupuk kompos serta sisa air dari hasil
penyulingan setelah dipekatkan dapat diman-faatkan sebagai bahan baku untuk
aroma terapi.
B.
TUJUAN
1. Untuk
mengetahui syarat tumbuh tanaman nilam
2. Untuk
mengetahui taksonomi tanaman nilam
3. Untuk
mengetahui morfologi tanaman nilam
4. Untuk
mengetahui perbanyakan tanaman secara generative
5. Untuk
mengetahui perbanyakan tanaman secara vegetatif
6. Untuk
mengetahui pemeliharaan tanaman nilam
7. Untuk
mengetahui Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman nilam
8. Untuk
mengetahui panen dan pascapanenn tanaman nilam
BAB II
PEMBAHASAN
A. SYARAT TUMBUH
Kebun
perbanyakan nilam hendaknya terletak pada lokasi yang mudah dicapai, tidak
tercemar hama dan penyakit, mudah dijangkau penyediaan sarana (pupuk, dll),
pengangkutan bahan tanaman atau benih. Untuk efisiensi dalam pengiriman bahan
tanaman sebaiknya lokasi kebun perbanyakan tidak terlalu jauh dari daerah
pengembangan. Disamping itu faktor yang paling penting adalah tersedianya
sumber air yang mencukupi di lokasi kebun untuk kegiatan pembibitan,
penanggulangan hama dan penyakit dan sebagainya.
1. Ketinggian
Tempat
Tanaman
nilam tumbuh pada ketinggian 2.200 mdpl. Akan tetapi nilam akan tumbuh dengan
baik dan berproduksi tinggi pada ketinggian tempat 10-400 mdpl. Dan menghendaki
suhu yang panas dan lembap serta memerlukan curah hujan yang merata. Curah
hujan yang diperlukan berkisar 2500-3500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun.
Sedang suhu yang baik adalah 240C-280C dengan kelembapan lebih dari 75%. Agar
pertumbuhannya optimal tanaman nilam memerlukan intensitas penyinaran matahari
yang cukup. Pada tempat-tempat yang agak terlindung, asalkan tidak pada tempat
yang sangat terlindung (di bawah pohon yang rimbun).
2. Tanah
Tanah yang subur dan
gembur serta kaya akan humus, sangat diperlukan oleh tanaman nilam. Pada tanah
yang subur tersebut nilam dapat memberikan hasil yang sangat baik. Pada
tanah-tanah yang tergenang air atau permukaan air tanah yang terlalu dangkal,
tanaman ini akan mudah terserang penyakit busuk akar yang disebabkan oleh
cendawan Phytoptora. Keadaan fisik tanah yang berat (tanah liat), tanah
berpasir, dan berkapur kurang baik untuk pertumbuhan tanaman nilam.
3. Jarak
Tanam
Dataran rendah yang
tanahnya subur 100 x 100 cm, tanah yang kandungan liatnya tinggi 50 x 100 cm
·
Pada tanah lipatit, 75 x 75 cm
·
Tanah berbukit dengan mengikuti garis
contour 50 x 100 cm atau 30 x 100 cm
B. TAKSONOMI
Kindom : Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Subdivisi :
Angiospermae
Kelas :
Monocotyledonae
Ordo : Lamiales
Famili :
Labiateae
Genus :
Pongostemon
Spesies :
Pongostemon
C. MORFOLOGI
1. Akar.
Tanaman nilam memiliki jenis
perakaran berbentuk serabut,dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. Dalam
perakaran yang menancap ketanah mencapai 30 – 40 cm.
2. Batang.
Bentuk batang kecil,bercabang-
cabang,dan berkulit tipis pada bagian luarnya.,jenisnya berkayu dengan diameter
10 – 20 mm,dengan sistem percabangannya bertingkat – tingkat mengelilingi
batang (3 – 5 cabang pertingkat ). Setelah tanaman berumur 6 bulan ,tingginya
dapat mencapai 1 meter dengan radius mencapai selebar kurang lebih 60 cm.
3. Daun.
Bentuk daun bergerigi, berbentuk
bulat dan lonjong. Permukaan daun agak kasar,memiliki bulu tipis pada bagian
luar daun.
D. PERBANYAKAN TANAMAN SECARA
GENERATIVE
Secara kawin (sexual/ generatif)
yaitu yang dikenal dengan perbanyakan menggunakan biji. Kelebihan dari
perbanyakan secara generatif / menggunakan biji adalah :
·
Dapat
dikerjakan dengan mudah
·
Biasanya
lebih sehat dan hidup lebih lama
·
Memungkinkan
diadakan perbaikan –perbaikan sifat tanaman lewat persilangan baru.
·
Benih
lebih mudah disimpan dan dan dikirimkan.
·
Tanaman
mempunyai perakaran tunggang yang dalam sehingga tahan kekeringan pada musim
kemarau dan tahan rebah.
Pembibitan nilam dapat dilakukan di polybag. Keuntungan
pembibitan di polybag antara lain lebih mudah melakukan perawatan dan
pengontrolan, menghemat penggunaan bibit
serta dapat mengurangi tingkat kematian akibat pemindahan ke kebun atau lahan. Tanaman
nilam jarang, bahkan hampir tidak pernah berbunga sehingga perbanyakan secara
generatif tidak dilakukan.
E.
PERBANYAKAN TANAMAN SECARA
VEGETATIVE
Pengembangan tanaman nilam dilakukan
secara vegetatif dengan menggunakan stek cabang yang sudah berkayu dan
mempunyai ruas-ruas pendek. Untuk mendapatkan stek yang baik, bahan stek berasal
dari tanaman induk yang sehat, bebas dari hama penyakit serta tanaman induk berumur
6 –12 bulan (Rahardjo dan Wiryanto, 2003).
Kardinan dan Maludi (2004), menjelaskan
bahwa perbanyakan tanaman nilam dilakukan dengan pengambilan stek dari tanaman
induk yang berumur lebih dari satu tahun dan diambil dari ranting-ranting muda
yang telah berkayu serta mempunyai banyak mata tunas. Perbanyakan tanaman nilam
dilakukan dengan cara vegetatif, yakni dengan stek batang dan stek cabang (Rukmana,
2004).
Bibit tanaman nilam diperoleh dari
perbanyakan stek batang. Bahan stek yang diambil berasal dari tanaman induk
yang sudah berumur lebih dari 4 bulan. Ukuran stek yaitu 3 ruas dan panjangnya 15
cm serta daun dipangkas lebih dahulu dengan menyisakan 2 –4 helai daun muda (Amin,
2006).
Media merupakan salah satu faktor
luar yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembibitan stek. Hal ini
disebabkan media dalam pembibitan merupakan salah satu factor yang sangat berperan
terhadap pertumbuhan awal, terutama terbentuknya akar. Sebagian unsur hara yang
dibutuhkan tanaman tersebut dipasok dari media tanam. Media tanam yang baik
memiliki komposisi yang tepat. Komposisi media tanam mempunyai kemampuan menyediakan
unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam menunjang kebutuhan hidup stek nilam.
Media yang baik untuk pertumbuhan stek yaitu beraerasi baik dan bebas hama
penyakit, mengandung cukup bahan organik dan mampu menahan air yang tinggi,
sehingga air yang diperlukan selama pertumbuhan awal selalu terpenuhi
(Hardjowigeno, 2003).
Pemacuan peningkatan pertumbuhan
stek nilam dengan pengaplikasian zat pengatur tumbuh. Pemberian zat pengatur
tumbuh diharapkan memperbaiki pertumbuhan tanaman seperti mempercepat
pembentukan akar. Pengaruh zat pengatur tumbuh secara fisiologis dapat
berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Air kelapa merupakan salah satu zat
pengatur tumbuh alami yang lebih murah dan mudah didapatkan dan juga telah lama
dikenal sebagai zat tumbuh. Air kelapa mengandung zat pengatur tumbuh auksin
dan sitokinin. Auksin dapat merangsang pertumbuhan dengan cara pemanjangan sel
dan menyebabkan dominasi ujung, sedangkan sitokinin merangsang pertumbuhan
dengan cara pembelahan sel. Di dalam air kelapa juga terdapat zat pembangun lainnya
seperti protein, lemak, mineral, karbohidrat bahkan lengkap dengan vitamin C
dan B kompleks (Susilo, 1996).
Menurut Gardner, Pearche, dan
Mitchell (1991), protein dan karbohidrat dibutuhkan tanaman sebagai cadangan
makanan, lemak dibutuhkan tanaman sebagai cadangan energi, mineral sebagai
bahan penyusun tubuh tanaman dan vitamin C dan B kompleks berperan di dalam
proses metabolisme Perbanyakan vegetatif melalui stek batang lebih
dititikberatkan pada pertumbuhan stek yang ditanam dan untuk mempercepat
pertumbuhan akar melalui pemberianzat pengatur tumbuh (air kelapa). Pembentukan
dan perkembangan akar dari stek itu sendiri diperlukan suatu media tanam yang
dapat menyediakan air, mineral, dan bahan-bahan penting lainnya yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Pertumbuhan pucuk akan
terhambat apabila akar mengalami kerusakan, baik karena gangguan biologis,
fisik, maupun mekanis(Nordin, 2005).
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian komposisi media
tanam dan dosis penyiraman limbah air kelapa yang tepat agar mampu meningkatkan
persentase stek dalam membentuk akar, meningkatkan jumlah dan kualitas akar
yang dihasilkan oleh setiap stek dan juga meningkatkan keseragaman sistem
perakaran.
F.
PEMELIHARAAN
1. Pemupukan
Disamping
pupuk dasar yang diberikan pada waktu tanam berupa pupuk organik (pupuk
kandang, kompos dll) 1-2 kg/lubang tanam, untuk memacu pertumbuhan tanaman
perlu diberi pupuk organik. Dosis dan komposisi pupuk yang diberikan tergantung
dari jenis tanah dan tingkat kesuburannya. Pada masa pertumbuhan tanaman nilam
membutuhkan air untuk kelembaban tanah terutama pada musim kemarau. Penyiraman
dapat dilakukan dengan mengalirkan air pada parit-parit antara bedengan atau
dengan menggunakan sprinkle shower. Pemberian air diatur sesuai dengan umur
tanaman nilam pada awal fase pertumbuhan memerlukan banyak air namun jumlah itu
akan terus berkurang.
Penyiangan
diperlukan untuk menjaga kemampuan akar tanaman dalam menyerap unsur sara
berjalan secara optimal. Penyiangan gulma akan m pemupukan digunakan 2 jenis
pupuk yaitu pupuk organik dan pupuk buatan. Pupuk organik diperoleh daril
limbah kotoran hewan, pupuk hijau. Pemberian pupuk berdasarkan pada umur
tanaman seperti terlihat pada tabel dibawah.
Umur
Tanaman Pupuk Urea Pupuk ZA Pupuk TSP Pupuk KCl
1 - 2 Bulan 50 - 70 50
- 75 50 - 75 25 – 50
3 - 5 25 -50 25 - 50 -
12,5 – 25
5 - 8 25 25 - 12,50
Pasca Panen
8 -12
12 – 16
16 – 20 50 - 75 50 -75
50 -75 50 -75
Untuk
melangsungkan pertumbuhan daun perlu diberikan pupuk daun yakni pada saat
tanaman berumur 1 bulan, 3 bulan dan setelah panen. Merek pupuk yang banyak
dipakai seperti Bayfolan, Gandasil D, PPC, Silozin dll yang ada dijual di
depot-depot KUD
2. Pemberian
mulsa/penutup tanah
Tanah tanaman
nilam tidak tahan kekeringan, terutama setelah dilakukan pemangkasan (panen).
Kemarau panjang dapat menyebabkan kematian tanaman. Untuk menjaga kelembaban
tanah dan mengurangi penguapan, tanaman diberi mulsa berupa semak belukar atau
alang-alang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mulsa semak belukar lebih baik
dibandingkan alang-alang karena pelapukan lebih cepat terjadi, sehingga
menambah bahan organik.
G. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Hama
1. Ulat
penggulung daun (Pachyzaneba stutalis), ulat ini hidup dalam gulungan daun
muda, sambil memakan daun yang tumbuh, pada serangan berat, yang tersisa hanya
tulang-tulang daun nilam. Pengendaliannya dilakukan dengan cara sebagai
berikut: a) mengumpulkan dan memusnahkan bagian tanaman yang terserang.
Melakukan pengamatan yang ketat pada areal terserang untuk menghindari
terjadinya ledakan populasi. Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati saat
munculnya gejala awal kerusakan daun yang terserang larva stadia muda.
Mengingat siklus hidup hama berkisar antara 38-42 hari, maka pengamatan
sebaiknya dilakukan setiap bulan sejak tanaman berumur satu bulan sampai saat
panen; b) Gunakan skstrak mimba dan bioisektisida (Beauveria bassiana). Cara
ini Walau tidak mematikan secara langsung tapi cukup efektif dan tidak
mencemari lingkungan.
2. Belalang
(Orthoptera), hama ini memakan daun, sehingga tanaman menjadi gundul. Pada
serangan berat, batang tanamannya dimakan dan akhirnya mati. Jenis belalang
yang banyak merusak tanaman nilam adalah: belalang kayu (Valanga nigricornis).
Belalang daun (Acrida turita). Belalang kayu dapat menyebabkan kerugian hasil
20-25%, karena belalang tersebut berpindah dari satu kebun ke kebun lain,
Batang dan cabang tanaman sering patah akibat gigitannya sehingga perumbuhan
tanaman terganggu. Belalang daun biasanya memakan daun mulai dari pinggir atau
tengah sehingga terbbentuk bekas gigitan melingkar atau lonjong. Kadang-kadang
belalang juga merusak batang dan ranting tanaman. Cara pengendaliannya adalah:
a) melakukan sanitasi lingkungan; b) melakukan pengolahan tanah yang baik
karena dapat membunuh telur belalang kayu sebelum menetas; dan c) menggunakan
musuh alami seperti cendawan Metarhizium anisoliae.
3. Tungau
merah (Tetranychus sp.), tungau merah umumnya menyerang daun tua dan muda,
Tungau hidup berkelompok di permukaan daun bagian bawah, merusak tanaman dengan
cara mengisap cairan daun. Gejala serangan memperlihatkan bercak-bercak putih.
Semakin lama bbercak semakin melebar. Selain itu juga memperlihatkan gejala
daun berlekuk-lekuk tidak teratur. Pada tingkat serangan berat daun akan
rontok. Kerugian hasil dapat mencapai 15-25%. Pengendalian dapat dilakukan
dengan cara: a) pemangkasan (pemetikan daun), untuk mencegah meluasnya
serangan. Pemetikan dilakukan pada saat populasi tungau masih rendah. Pemetikan
yang dilakukan sedemikian rupa dapat menyebabkan terbuangnya telur-telur dan
tungau dewasa; b) dilakukan penanaman tanaman perangkap, dengan menanam ubi
kayu dan jarak (Ricinus communis) sebagai barrier; c) penggunaan musuh alami
seperti Phytosentulus persimlis, P. Macro pelis (menyerang telur dan nimfa) dan
Coccinelids; d) penyemprotan dengan insektisida nabati (ekstrak biji mimba)
dosis 100 gr/liter.
4. Criket
pemakan daun (Gryllidae), hama ini memakan daun muda, sehingga daun
berlubang-lubang dan menyebabkan pr4oduksi turun. Pengendalian dilakukan dengan
cara sanittasi lingkunggan. Pengendalian hama tanaman nilam dapat dilakukan
dengan menggunakan pestisida nabati seperti ekstrak biji nimba (100 gr/liter),
minyak serai wangi, minyak cengkeh (konsentrasi 305 v/v) atau dengan agensia
hayati seperti Beauveria bassiana untuk ulat pemakan daun dan Metarrhizium
anisopliae untuk belalang.
Penyakit
1. Penyakit
layu bakteri Ralstonia solanacearum, penyakit ini mengakibatkan kerugiian cukup
besar bagi patani nilam (mencapai 60-90%). Tanaman yang terserang menunjukkan
gejala sebagai berikut: tanaman muda atau tua layu dan dalam waktu singkat akan
menyebabkan kematian tanaman. Pencegahan dan pengendaliannya dilakukan dengan
cara: a) menggunakan benih sehat; b) tidak menanam di lahan bekas serangan
penyakit; c) melakukan pergiliran tanaman guna selain untuk memutus siklus
penyakit juga guna mempertahankan kesuburan tanah; d) bila ada tanaman yang
yang terserang penyakit, harus segera dimusnahkan dengan cara dicabut dan
dibakar dan bekas lubang tanaman dana tanaman disekitarnya disemprot dengan
menggunakan bakterisida
2. Penyakit
yang disebabkan oleh nematoda, nematoda akan merusak akar tanaman sehingga
transportasi unsur hara menjadi terganggu yang menyebabkan daun berwarna
kemerahan dan kerdil. Jenis nematoda yang menyerang antara lain: Pratylenchus
brachyurus, Meloidogyne incognita dan Radopholus similis. Cara pencegahan dan
pengendaliannya adalah: a) menggunakan varietas yang toleran (sidikalang); b)
agensia hayati (Pasturia penetrans, Arthrobotrys sp, jamur penjerat nematoda);
c) menggunakan pestisida nabati (serbuk biji nimba, bungkil jarak); d) engikuti
SOP budidaya nilam; e) menanam benih yang bebas dari nematoda. Kita kenal
tanaman inang nematoda antara lain: a) pisang, kopi, keladi, ;ada (untuk
Radopholus similis); b) kacang tanah, jagung, kentang (Pratylenchus
brachyurus); c) tomat, lada, terung, kentang (untuk Meloidogyne incognita )
3. Penyakit
Budok (penyebab jamur Synchytrium sp), gejala penyakit ini antara lain batang
tanaman membengkak dan menebal, daun berkerut dan tebal dengan permukaan bawah
berwarna merah, permukaan atas daun menguning karena kekurangan unsur hara.
Cara pencegahan dan pengendaliannya sebagai berikut: a) menggunakan benih
sehat; b) melakukan pergiliran tanaman dan sanitasi; c) tanaman yang sudah
terserang budok tidak boleh diambil seteknya untuk benih; d) untuk gejala
serangan berat, tanaman dicabut dan dibakar, tanah bekas tanaman disiram
fungisida; e) untuk serangan ringan, bagian yang terserag dipotong, sisanya
disemprot dengan fungisida benomil; dan f) pengendalian lebih diintesifkn pada
musim hujan.
Strategi
lain dalam mengendalikan penyakit dapat dilakukan dalam berbagai cara yaitu: a)
melakukan sanitasi dan eradikasi untuk mengurangi sumber inokulum; b) melakukan
pergiliran tanaman; c) memperbaiki saluran drainase pada waktu curah hujan
banyak; d) menggunakan benih yang berasal dari tanaman sehat pada kebun yang
belum terserang; dan e) penggunaan insektisida sevbagai pencegahan penularan
penyakit. Penggunaan agen hayati (Penggunaan agen hayati (Pseudomonas
flurencens) dapat menekan perkembangan penyakit layu
Bakteri
hingga 68,75%. Penanggulangan serangan nematoda dapat dilakukan dengan
menggunakan agen hayati Pasteuria penetrans dan Arthrobotrys sp., pestisida
nabati seperti biji nimba, bungkil jarak dan nematisida.
H. PANEN DAN PASCA PANEN
Panen
Panen
nilam biasanya dilakukan pada umur 6 atau 7 bulan setelah tanaman. Bulan
berikutnya berturut-turut setiap 3-4 bulan berikutnya. Panentuan saat panen
yang tepat sangat penting, karena menyangkut kuantitas dan kualitas minyak yang
akan diperoleh. Bila terlalu cepat dipanen kadar minyaknya belum maksimal,
sebaliknya kalau terlalu tua mutu minyaknya kurang baik. Tanda-tanda umum untuk
tanaman nilam siap dipanen adalah :
·
Umur tanaman sudah mencapai 6 atau 7
bulan.
·
Daun sebelah bawah sekali sudah menampakkan
tanda-tanda menguning.
Panen
nilam pada umumnya dilakukan pada umur 6-7 bulan setelah tanam dan panen
berikutnya dapat dilakukan 3 - 4 bulan sekali hingga umur produktif 3 tahun
setelah itu tanaman diremajakan. Penentuan saat panen sangat penting, karena
menyangkut kualitas minyak yang akan diperoleh. Bila terlalu cepat dipanen
kadar minyaknya belum maksimal, sebaliknya kalau terlalu tua mutu minyaknya
kurang baik.
Seluruh
bagian tanaman nilam pada dasarnya mengandung minyak nilam namun dengan kadar
yang berbeda. Kadar terbesar ada pada daunnya namun dalam proses penyulingan
daun dan batang disuling secara bersama-sama.. Pemanenan dilakukan pada sore
hari atau pagi hari dan menghindarkan pemanenan pada siang hari karena akan
mengurangi kandungan minyak yang diperoleh. Selain itu, bila pemetikan dilakukan
siang hari, sel-sel daun sedang berfotosintesa sehingga laju pembentukan minyak
berkurang, daun kurang elastis dan mudah robek. Panen dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sabit lebih cepat dan mudah, hanya memotong rumpun nilam
kira-kira sejengkal dari tanah. Sabit yang digunakan harus tajam agar nantinya
setelah dapat lagi bertunas dengan baik untuk dipanen lagi nantinya.
Kandungan
minyak tertinggi terdapat pada 3 pasang daun termuda yang masih berwarna hijau.
Alat untuk panen bisa juga menggunakan gunting dengan cara memangkas tanaman
pada ketinggian 20 cm dari permukaan tanah. Ada baiknya kalau setiap kali panen
ditinggalkan 1-2 cabang untuk merangsang tumbuhnya tunas baru.
Pasca
Panen
Untuk
memperoleh mutu minyak nilam yang baik, yang harus memperhatikan adalah
penangan pasca panen setelah nilam itu dipanen. Penanganan pasca panen pada
nilam adalah :
1. Penjemuran
Nilam
Nilam yang telah
dipanen kemudian dijemur diawah sinar matahari. Bila terganggu atau musim
hujan, maka pengeringan dapat dilakukan dengan cara diangin-anginkan ditempat
teduh. Hindari pengeringan yang tidak merata karena kelembaban yang tinggi akan
menyebabkan nilam itu busuk dan berjamur. Penjemuran dengan sinar matahari yang
mendukung, dilakukan selama 2 hari saja agar nilam tidak terlalu kering karena
daunnya akan terlalu rapuh sehingga penyulingan sangat sulit dan hasil minyak
yang dihasilkan mutu dan kualitasnya tidak baik. Pengeringan dilakukan untuk
mengurangi kadar air pada nilam sampai 15% saja sesuai dengan standar SNI.
2. Pemotongan
Nilam
Sebelum dilakukan
penyulingan terlebih dahulu nilam dipotong-potong dengan ukuran ±15 agar proses
penyulingan lebih mudah.
3. Penyulingan
Nilam
Penyulingan minyak
nilam adalah suatu proses pengambilan minyak dari terna kering dengan bantuan
air, dimana minyak dan air tidak tercampur. Penyulingan minyak nilam pada
minyak nilam pada umumnya dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:
·
Penyulingan dengan cara dikukus, pada
cara ini bahan (terna kering) berada pada jarak tertentu di atas permukaan air.
·
Penyulingan dengan uap langsung, dimana
bahan berada dalam ketel suling dan uap air dialirkan dari ketel pada bagian
bawah suling.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Nilam
(Pogestemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri
yang penting, baik sebagai sumber devisa negara dan sumber pendapatan petani.
Dalam pengelolaannya melibatkan banyak pengrajin serta menyerap ribuan tenaga
kerja. Teknologi pengolahan minyak nilam ditingkat petani umumnya masih
tradisional hal ini disebabkan oleh faktor sosial ekonomi dan faktor
terbatas-nya teknologi yang diakses sehingga minyak yang dihasilkan mutunya
masih rendah.
Minyak
nilam dapat digunakan dalam industri parfum, sabun dan kosmetika serta
obat-obatan. Kemajuan industri menyebabkan terjadinya peningkatan permin-taan
minyak didalam maupun diluar negeri. Besarnya penggunaan minyak nilam dalam
industri parfum, kosmetika dan sabun karena minyak nilam dapat berfungsi
sebagai zat pengikat (fiksatif) dan tidak dapat digantikan dengan zat sintetis
lainnya. Selain itu minyak nilam juga dapat digunakan sebagai bahan pestisida
nabati. Limbah dari hasil penyulingan minyak nilam yang terdiri dari ampas daun
dan batang mempunyai potensi dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan dupa, obat
nyamuk bakar, dan pupuk kompos serta sisa air dari hasil penyulingan setelah
dipekatkan dapat diman-faatkan sebagai bahan baku untuk aroma terapi.
B. SARAN
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mohon kritik
dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang. Penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca dalam membudidayakan tanaman nilam.
DAFTAR
PUSTAKA
Effendi, S 1985. Stek dan cara perawatannya.
Yasaguna. Jakarta.
Hasanah, F. N 2007. Pembentukan
Akar pada Stek Batang Nilam (Pogostemon cablin Benth.) setelah direndam
Iba (Indol Butyric Acid) pada Konsentrasi Berbeda. Buletin
Anatomi dan Fisiologi Vol 15 (2) : 1-5.
Kristanto, Daniel 2008.
Buah Naga Pembudidayaan Di Pot Dan Kebun. Depok : Penebar swadaya.
Prastowo, Nugroho H,dkk 2006. Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. Bogor :
World Agroforestry Centre (ICRAF) & Winrock International.
Sumiasri, Nurul,Dkk 2005.Tanggap
Stek Cabang Bambu Betung (Dendrocalamus Asper) Pada Penggunaan Berbagai
Dosis Hormon Iaa Dan Iba.
Jurnal Natur Indonesia Iii (2): 121
– 128.Cibinong : Puslitbang Bioteknologi.
Widarto,L 1995.Perbanyakan
Tanaman dengan biji. Stek, Cangkok, Sambung, Okulasi dan kultur jaringan.
Jakarta:kanisius.
Post a Comment for "Tanaman Nilam"