Makalah Ulumul Qur'an
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-Qur’an adalah sumber hukum islam yang
pertama.sehingga kita hendaknya harus dapat memahami tentang kandungan di
dalamnya. Al-Qur’an dengan huruf-hurufnya, bab-babnya, surat-suratnya dan
ayat-ayatnya yang sama di seluruh dunia, baik di
Jepang,Brasilia, Iraq dan lain-lain. Andaikata ia bukan dari allah
Swt, tentu terdapat perbedaan yang banyak.
Al-Qur’an adalah laksana sinar yang memberikan
penerangan terhadap kehidupan manusia, bagaikan pelita yang memberikan cahaya
kearah hidayah ma’rifah. Al-Qur’an juga adalah kitab hidayah dan ijaz (melemahkan
yang lain). Ayat-ayatnya tentu ditetapkan kemudian diperinci dari allah Swt.
Yang maha bijaksana dan maha mengetahui.
Oleh karena itu kita sebagai umat islam harus
benar-benar mengetahui kandungan-kandungan yang ada didalamnya dari berbagai
aspek. Ulumul Qur’an adalah salah satu jalan yang bisa membawa kita dalam
memahami kandungan Al-Qur’an.
Selain memahami alqur’an kita juga perlu tau
mengetahui bagaimana perkembangan ulumul qur’an dan siapa saja tokoh-tokoh yang
menjadi pendongkrak munculnya ulumul qur’an. Secara tidak langsung pemikiran
merekalah yang mengilhami kita dalam memaham al-qur’an.
Ungkapan Ulumul Qur’an
berasal dari bahasa arab, yaitu Ulum dan Al-Qur’an. Kata Ulum merupakan bentuk
jama’ dari kata Ilmu, ilmu yang dimaksud disini sebagaimana didefinisikan Abu
Syahbah adalah sejumlah materi pembahasan yang dibatasi kesatuan tema ataupun
tujuan. Adapun Al-Qur’an sebagaimana didefinisikan sebagian ulama adalah
kalamullah yang diturunkan kepada Nabi-Nya Muhammad SAW, yang lafadz-lafadznya
mengandung mukjizat, dan ditulis pada mushaf mulai dari awal Surat
Al-Fatihah(1) sampai akhir Surat An-Nas(114). Dengan demikian , secara bahasa
ulumul qur’an adalah ilmu (pembahasan) yang berkaitan dengan Al Qur’an.
Pengertian Al-Quran
1.Pengertian Etimologi (bahasa).
Secara bahasa Al-Quran berasal dari bahasa Arab , yaitu qaraa-yaqrau-quraanan yang berarti bacaan. Hal itu dijelaskan sendiri oleh Al-Quran dalam Surah Al-Qiyamah ayat 17-18
1.Pengertian Etimologi (bahasa).
Secara bahasa Al-Quran berasal dari bahasa Arab , yaitu qaraa-yaqrau-quraanan yang berarti bacaan. Hal itu dijelaskan sendiri oleh Al-Quran dalam Surah Al-Qiyamah ayat 17-18
Artinya : Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. QS. Al-Qiyamaah 17-18
2.Pengertian Al-Quran Terminologi (istilah).
a. Menurut Manna’ Al-Qhattan :
كَلَامُ اللهِ المُنَزًّلُ عَلَي مُحَمَّدٍ
صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَلْمُتَعَبَدُ بِتِلَاوَتِهِ
Artinya : kitab Allah yang diturnkan kepada Nabi Muhammad SAW dan orang yang membacanya memperoleh pahala.
b. Menurut Al-Jurjani :
هُوَ اَلْمُنَزَّلُ عَلَى
الرَّسُولِ المَكْتُوبِ فِى الْمَصَاحِفِ اَلْمَنْقُولُ عَنْهُ نَقْلًا
مُتَوَاتِرًا بِلَا شُبْهَةٍ
Artinya : yang diturunkan kepada Rasulullah SAW., ditulis dalam mushaf, dan diriwayatkan secara mutawattir tanpa keraguan.
c. Menurut kalangan pakar ushul fiqh, fiqh, dan bahasa Arab :
كَلَامُ اللهِ المُنَزَّلُ عَلَى
نَبِيِّهِ مُحَمَّدٍ ص.م اَلْمُعْجِزِ اَلْمُتَعَبَّدُ بِتِلَاوَتِهِ
اَلْمَنْقُولُ بِالتَّوَاتُرِ اَلْمَكْتُوبِ فِى اَلْمَصَاحِفِ مِنْ اَوَّلِ
سُوْرَةٍ اَلْفَاتِحَةِ اِلَى سُورَةٍ النَّاسِ
Artinya : kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad. Lafadz-lafadznya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai ibadah, diturunkan secara mutawattir, dan ditulis pada mushaf, mulai dari awal surat Al-Fatihah sampai pada surat An-Nass.
Dari pengertian diatas, ada beberapa bagian yang unsur penting, yaitu :
1. Al-Quran adalah firman Allah.
Artinya : ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). QS. An-Najm 4
Ayat ini menunjukkan bahwa Al-Quran adalah wahyu (bisikan dalam sukma dan isyarat yang cepat yang bersifat rahasia disampaikan oleh Allah kepada Nabi dan Rasul) yang diturunkan oleh Alla kepada nabi Muhammad SAW.
2. Al-Quran adalah mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Tak satu pun jin dan manusia yang dapat menandinginya, meskipun mereka berkerjasama.
Artinya : Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". QS. AL-ISRAA 88
3. Al-Quran disampaikan
secara mutawatir.
Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr 9)
Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.
Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr 9)
Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.
4. Membaca Al-Quran bernilai ibadah.
Nabi bersabda: “Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, tetapi Alif satu huruf, laam satu huruf, miim satu huruf dan satu kebaikan nilainya 10 kali lipat” (Al-Hadist).
5. Al-Quran diturunkan kepada nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril.
Artinya : Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". QS. An-Nahl 102
C. Nama-Nama Lain Al-Quran
Selain nama Al-Quran, ada beberapa nama lain dari Al-Quran. Yaitu :
1.Al-Furqan.
Al-Quran juga disebut Al-Furqan, yaitu pembeda antara yang hak dan yang batil.
Artinya : dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan[ Yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. QS. Al-Anfal 41
2.Al-Burhan.
Artinya ialah bukti yang menunjukkan kebenaran.
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran). QS. An-Nisaa 174
3.Al-Kitab.
Artinya tulisan, buku.
Artinya: Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. QS. Al-Baqarah 2
Tuhan menamakan Al Quran dengan Al kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis.
4.Al-Huda.
Artinya petunjuk
Artinya : (Beberapa hari
yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). QS.
Al-Baqarah 185
5. Adz-Zikir
Artinya pembei peringatan.
Artinya :Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. QS. Al-Hijr 9
6.Al-Mau’idhah
Artinya pelajaran atau nasihat.
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. QS. Yunus 57
7.Asy-Syifaa
Obat atau penyembuh.
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. QS. Yunus 57
5. Adz-Zikir
Artinya pembei peringatan.
Artinya :Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. QS. Al-Hijr 9
6.Al-Mau’idhah
Artinya pelajaran atau nasihat.
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. QS. Yunus 57
7.Asy-Syifaa
Obat atau penyembuh.
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. QS. Yunus 57
8. Al-Hukm
Peraturan atau hukum.
Artinya : dan Demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab[776]. dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, Maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah. QS. Ar-Ra’d 37
9. Al-Hikmah
Kebijaksanaan.
Artinya ; Itulah sebagian Hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. dan janganlah kamu Mengadakan Tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam Keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah). QS. Al-Israa’ 39
10. Al-Huda.
Petunjuk.
Artinya : dan Sesungguhnya Kami tatkala mendengar petunjuk (Al Quran), Kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, Maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan. QS. Al-Jinn 13
11. At-Tanzil
Yang diturunkan.
Artinya : dan
Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, QS.
Asy-Syuaraa 192
12. Ar-Rahmat
Karunia.
Artinya : dan Sesungguhnya Al qur'an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. QS. An-Naml 77
13. Ar-Ruh
Ruh.
Artinya : dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. QS. Asy-Syuuraa 52
14. Al-Bayan
Penerang.
12. Ar-Rahmat
Karunia.
Artinya : dan Sesungguhnya Al qur'an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. QS. An-Naml 77
13. Ar-Ruh
Ruh.
Artinya : dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. QS. Asy-Syuuraa 52
14. Al-Bayan
Penerang.
Artinya : (Al Quran) ini
adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa. QS. Ali Imran 138
15. Al-Kalam
Ucapan atau firman.
Artinya : dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, Maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. QS. At-Taubah 6
16. Al-Busyraa.
Kabar gembira.
Artinya : Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". QS. An-Nahl 102
17. An-Nur.
Cahaya .Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran). QS. An-Nisaa 174
18. Al-Bashair
Pedoman .
Artinya : Al Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. QS. Al-Aljatsiyah 20
19. Al-Balagh
Penyampaian atau kabar.
Artinya : (Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. QS. Ibrahim 52
20. Al-Qaul
Perkataan .
Artinya : dan Sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut Perkataan ini (Al Quran) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran. QS. Al-Qhashash 51
15. Al-Kalam
Ucapan atau firman.
Artinya : dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, Maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. QS. At-Taubah 6
16. Al-Busyraa.
Kabar gembira.
Artinya : Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". QS. An-Nahl 102
17. An-Nur.
Cahaya .Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran). QS. An-Nisaa 174
18. Al-Bashair
Pedoman .
Artinya : Al Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. QS. Al-Aljatsiyah 20
19. Al-Balagh
Penyampaian atau kabar.
Artinya : (Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. QS. Ibrahim 52
20. Al-Qaul
Perkataan .
Artinya : dan Sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut Perkataan ini (Al Quran) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran. QS. Al-Qhashash 51
Kandungan
Al-Qur'an
Secara garis besar para ahli menyimpulkan bahwa isi kandungan
al-Qur’an memuat pokok-pokok yang meliputi:
1. Aqidah
Secara etimologi akidah (aqidah) berasal dari kata ‘aqada ya’qidu-aqdan-aqidatan yang berarti keyakinan atau
kepercayaan. Secara terminology menurut Hasan Al-Bana akidah adalah beberapa perkara yang wajib
diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketenteraman jiwa menjadi
keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.[1]
Setiap orang mu’min harus meyakini
pokok-pokok aqidah yang disebut rukun iman yang enam. Allah menjelaskan pokok
aqidah ini dalam surat al-ikhlas: 1-4; al-baqarah: 163, 285; al kafirun:6; dsb.
Adapun ruang lingkup pembahasan akidah meliputi hal-hal
sebagai berikut :
a. Illahiyyat yaitu segala
sesuatu yang berhubungan dengan Allah swt seperti wujud Allah, nama-nama,
sifat-sifat dan perbuatan-Nya.
b. Nubuwat yaitu hal-hal yang berkaitan dengan nabi dan
rasul, termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah, mu’jizat dan sebagainya.
c. Ruhaniyyat yaitu pembahasan yang berkaitan dengan alam
metafisik.
d. Sam’iyyat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang
bisa diketahui melalui as-sama’.
2. Syari’ah
Syari’ah secara etimology berasal dari
kata syir’ah atau syari’ah yang berarti jalan yang jelas (al-thariq al-wadlih).[2]
Dalam konteks pembagian kandungan
al-qur’an ini yang dimaksud syari’ah adalah fiqh, yakni hal-hal yang berkaitan
dengan hukum-hukum syara’ yang mengatur tingkah laku manusia yang meliputi
ibadah seperti shalat yang dapat dilihat dalam Q.S Al-Ankabut:45), mu’amalah
dapat dilihat dalam Q.S Al-Baqarah: 279,280.282. Sedangkan uqubah (pidana) dapat dilihat
Q.S Al-Baqarah: 178.
3. Akhlak
Secara etimologi akhlaq bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai,
tingkah laku, atau tabiat. Secara terminology, akhlaq adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa manusia yang muncul spontan dalam tingkah laku hidup
sehari-hari.[3]
Dalam keseluruhan ajaran islam akhlaq menempati posisi
yang penting. Hal ini dapat
dibaca dari pengakuan nabi, yang artinya “Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus
Allah untuk membangun akhlak mulia.” (HR. Ahmad dan al-Bukhari)
Akhlak mulia Nabi senantiasa menjadi model, teladan dan
panutan bagi umatnya yang mengharapkan kebahagiaan dunia akhirat, seperti
firman Allah SWT dalam QS. Al Qalam: 4 dan QS: al Ahzab: 21.
Ajaran akhlak pada prinsipnya
merupakan ajaran yang memberikan tuntunan tentang bagaimana hidup menjadi lebih
baik dan bermakna. Ajaran-ajaran seperti tentang ikhlas beramal, tidak sombong,
hidup sederhana dll.
4. Sejarah
Sejarah atau kisah-kisah disebut dengan
istilah qashabul qur’an.
Allah SWT berfirman dalam QS. Yusuf ayat 111 yang artinya:“Sesungguhnya pada
kisah-isah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.
Al Qur’an itu bukanlah cerita yanh dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu dan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. Kisah merupakan salah satu metode
untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan pesan spiritual yang punya daya tarik
kuat bagi jiwa. Ia mampu menggugah kesadaran jiwa manusia, sehingga mampu
beriman kepada Allah dan berbuat sesuai dengan ajaran al-qur’an.[4]
Ayat-ayat yang menjelaskan tentang sejarah antara lain:
QS. Al-Furqan: 37-39 dsb.
5. Iptek
Al-qur’an juga mengandung informasi tentang masalah ilmu
pengetahuan. Di dalam al-qur’an banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang dasar-dasar
ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat dan dikembangkan oleh manusia yang
suka berpikir untuk keperluan dalam hidupnya. Tujuan penjelasan ayat-ayat
tersebut untuk menunjukkan kebesaran Tuhan dan keesaan-Nya, serta mendorong
manusia untuk mengadakan observasi dan penelitian demi lebih menguatkan iman
dan kepercayaan kepada-Nya. Contohnya dalam Q.S Al-Baqarah:189 tentang bulan
sabit. Kemudian pada surat al-Waqi’ah: 71-72 yang artinya : “Apakah kamu melihat api yang kamu
nyalakan (dari kayu)?. Apakah kamu yang menumbuhkan pohon kayunya, atau apakah
Kami yang menumbuhkannya?”.
Secara garis besar al-qur’an membahas ilmu pengetahuan
tentang kedokteran, farmasi, IPA, pertanian, astronomi falak, kelautan, dsb.[5]
6. Filsafat
Berfilsafat sudah dimulai dari dulu yaitu
perenungan Nabi Saw ketika bertahannus di gua hira. Itu merupakan bukti
kegelisahan filosofis beliau ketika melihat orang-orang Mekkah menyembah
berhala. Bukti bahwa al-qur’an mengajak berfilsafat antara lain bahwa ia juga
mengajak berdebat dengan masyarakat Arab yang ketika itu sudah memiliki
tradisi, pemikiran dan budaya.[6] Dalam
al-qur’an terdapat ayat-ayat yang berbicara tentang persoalan filosofis, antara
lain siapa sesungguhnya pencipta langit dan bumi. Ini tampak dalam firman Allah
dalam Q.S Lukman: 25 yang artinya: Dan
sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, “siapakah yang menciptakan
langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab, “Allah.” Katakanlah, “Segala puji
bagi Allah”; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Juga terdapat dalam Q.S al-Zumar: 38.
Dan masalah keesaan Tuhan yang terdapat dalam Q.S Al-Anbiya: 22.
Wahyu atau al-wahy adalah katamashdar (infinitif); dan materi
katanya menunjukkan dua pengertian dasar, yaitu; الإعلام الخفي السريع (tersembunyi dan cepat). T.M. Hasbi
Ash-Shiddieqy menyatakan bahwa wahyu itu ialah yang dibisikkan ke dalam sukma,
diilhamkan dan isyarat cepat yang lebih mirip kepada dirahasikan daripada
dilahirkan.
Dalam al-Quran tercantum
ada 15 bentuk kata yang berasal dari akar kata wayu, yaitu awhā, awhaitu, awhaina, nūhi,
nūhihi, nuhiha, layūhuna, yūhi, fayūhiya, ūhiya, yūha, yūhā, wahyun, wahyin,
wahyan, wahyina, wahyuhu. Mengenai pengertian wahyu dari aspek
bahasa yang dikemukakan para ulama dapat disepadankan dengan kalimat
antara lain ;
1. Ilham
sebagai bawaan dasar manusia, dan ilham berupa naluri pada binatang.
2. Isyarat
yang cepat melalui rumus dan kode, seperti isyarat Zakariah yang diceritakan
dalam Al-Quran.
3. Bisikan
dan tipu daya setan untuk menjadikan yang buruk kelihatan indah dalam diri
manusia.
4. Apa yang
disampaikan Allah kepada para malaikatnya berupa suatu perintah untuk
dikerjakan.
Jadi,
pengertian wahyu secara etimologi adalah pemberitahuan secara tersembunyi dan
cepat yang khusus ditujukan kepada orang yang diberitahu tanpa diketahui orang
lain.
Pengertian wahyu secara terminologi adalah firman (petunjuk)
Allah yang disampaikan kepada para nabi dan awliya. Defenisi
yang lebih ringkas, namun jelas adalah “كلام الله تعالى المنزل على نبي من أنبيائه”(Kalam
Allah kepada para nabi-Nya).
TM. Hasbi Ash-Shiddieqy mendefinisikan bahwa wahyu secara
terminologi adalah nama bagi sesuatu yang dituangkan dengan cara cepat dari
Allah ke dalam dada nabi-nabi-Nya, sebgaimana diperghunakan juga untuk lafaz Al-Quran. Wahyu yang dimaksud di sini
adalah khusus untuk nabi, sedangkan ilham adalah khusus selain nabi. Jadi, beda
antara wahyu dengan ilham adalah bahwa ilham itu intuisi yang diyakini jiwa
sehingga terdorong untuk mengikuti apa yang diminta, tanpa mengetahui dari mana
datangnya. Hal seperti itu serupa dengan perasaan lapar, haus, sedih dan
senang.
Macam macam wahyu
Diterimanya wahyu oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam merupakan peristiwa yang sangat besar. Turunnya merupakan peristiwa yang
tidak disangka-sangka. Begitulah Allah memberikan titahNya kepada manusia
terpilih, yaitu Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib.
Wahyu, secara bahasa artinya adalah, pemberitahuan secara rahasia nan cepat. Secara syar’i, wahyu berarti pemberitahuan dari Allah kepada para nabiNya dan para rasulNya tentang syari’at atau kitab yang hendak disampaikan kepada mereka, baik dengan perantara atau tanpa perantara. Wahyu secara syar’i ini jelas lebih khusus, dibandingkan dengan makna wahyu secara bahasa, baik ditinjau dari sumbernya, sasarannya maupun isinya.
Wahyu, secara bahasa artinya adalah, pemberitahuan secara rahasia nan cepat. Secara syar’i, wahyu berarti pemberitahuan dari Allah kepada para nabiNya dan para rasulNya tentang syari’at atau kitab yang hendak disampaikan kepada mereka, baik dengan perantara atau tanpa perantara. Wahyu secara syar’i ini jelas lebih khusus, dibandingkan dengan makna wahyu secara bahasa, baik ditinjau dari sumbernya, sasarannya maupun isinya.
Ada
bermacam-macam wahyu syar’i, dan yang terpenting ialah sebagaimana penjelasan
berikut.
Pertama
: Taklimullah (Allah Azza wa Jalla berbicara langsung) kepada NabiNya dari
belakang hijab. Yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyampaikan apa yang hendak
Dia sampaikan, baik dalam keadaan terjaga maupun dalam keadaan tidur.
Sebagai
contoh dalam keadaan terjaga, yaitu seperti ketika Allah Azza wa Jalla
berbicara langsung dengan Musa Alaihissallam, dan juga dengan Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada peristiwa isra’ dan mi’raj. Allah berfirman
tentang nabi Musa :
”
…Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung” [an Nisaa`/4 : 164].
Adapun
contoh ketika dalam keadaan tidur, yaitu sebagaimana diceritakan dalam hadits
dari Ibnu Abbas dan Mu’adz bin Jabal. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
أَتَانِي رَبِّي فِي أَحْسَنِ صُورَةٍ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ قُلْتُ لَبَّيْكَ رَبِّ وَسَعْدَيْكَ قَالَ فِيمَ يَخْتَصِمُ الْمَلَأُ الْأَعْلَى قُلْتُ رَبِّ لَا أَدْرِي فَوَضَعَ يَدَهُ بَيْنَ كَتِفَيَّ فَوَجَدْتُ بَرْدَهَا بَيْنَ ثَدْيَيَّ فَعَلِمْتُ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ فَقُلْتُ لَبَّيْكَ رَبِّ وَسَعْدَيْكَ قَالَ فِيمَ يَخْتَصِمُ الْمَلَأُ الْأَعْلَى قُلْتُ …
“Aku
didatangi (dalam mimpi) oleh Rabb-ku dalam bentuk terbaik, lalu Dia berfirman :
“Wahai, Muhammad!”
Aku menjawab,”Labbaik wa sa’daika.”
Dia berfirman,”Apa yang diperdebatkan oleh para malaikat itu?”
Aku menjawab,”Wahai, Rabb-ku, aku tidak tahu,” lalu Dia meletakkan tanganNya di kedua pundakku, sampai aku merasakan dingin di dadaku. Kemudian, aku dapat mengetahui semua yang ada di antara timur dan barat.
Allah Azza wa Jalla berfirman,”Wahai, Muhammad!”
Aku menjawab,”Labbaik wa sa’daika!”
Dia berfirman,”Apa yang diperdebatkan oleh para malaikat itu?”
Aku menjawab,”………”. (Al hadits).
Aku menjawab,”Labbaik wa sa’daika.”
Dia berfirman,”Apa yang diperdebatkan oleh para malaikat itu?”
Aku menjawab,”Wahai, Rabb-ku, aku tidak tahu,” lalu Dia meletakkan tanganNya di kedua pundakku, sampai aku merasakan dingin di dadaku. Kemudian, aku dapat mengetahui semua yang ada di antara timur dan barat.
Allah Azza wa Jalla berfirman,”Wahai, Muhammad!”
Aku menjawab,”Labbaik wa sa’daika!”
Dia berfirman,”Apa yang diperdebatkan oleh para malaikat itu?”
Aku menjawab,”………”. (Al hadits).
Dalam
hal wahyu ini, para ulama salaf, Ahli Sunnah wal Jama’ah memegangi pendapat,
bahwa Nabi Musa Alaihissallam dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
keduanya pernah mendengar kalamullah al azaliy al qadim [1], yang merupakan
salah satu sifat di antara sifat-sifat Allah. Pendapat ini sangat berbeda dan
tidak seperti yang dikatakan oleh sebagian orang, bahwa yang terdengar adalah
bisikan hati atau suara yang diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla pada sebatang
pohon.
Kedua
: Allah Azza wa Jalla menyampaikan risalahNya melalui perantaraan Malaikat
Jibril, dan ini meliputi beberapa cara, yaitu :
1).
Malaikat Jibril menampakkan diri dalam wujud aslinya. Cara seperti ini sangat
jarang terjadi, dan hanya terjadi dua kali. Pertama, saat Malaikat Jibril
mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah masa vakum dari wahyu,
yaitu setelah Surat al ‘Alaq diturunkan, lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidak menerima wahyu beberapa saat. Masa ini disebut masa fatrah,
artinya kevakuman. Kedua, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat
Malaikat Jibril dalam wujud aslinya, yaitu saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dimi’rajkan.
2).
Malaikat Jibril Alaihissallam terkadang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dalam wujud seorang lelaki. Biasanya dalam wujud seorang lelaki yang
bernama Dihyah al Kalbiy. Dia adalah seorang sahabat yang tampan rupawan. Atau
terkadang dalam wujud seorang lelaki yang sama sekali tidak dikenal oleh para
sahabat. Dalam penyampaian wahyu seperti ini, semua sahabat yang hadir dapat
melihatnya dan mendengar perkataannya, akan tetapi mereka tidak mengetahui
hakikat permasalahan ini. Sebagaimana diceritakan dalam hadits Jibril yang
masyhur, yaitu berisi pertanyaan tentang iman, Islam dan ihsan. Hadits ini
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Di awal hadits ini, ‘Umar bin
Khaththab Radhiyallahu ‘anhu menceritakan :
بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ …
Pada
suatu saat, kami sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tiba-tiba muncul seorang lelaki yang berpakaian sangat putih, sangat hitam
rambutnya, tidak terlihat tanda-tanda melakukan perjalanan jauh, dan tidak
tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya, sampai dia duduk di dekat
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Kemudian
di akhirnya, yaitu sesaat setelah orang itu pergi, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bertanya kepada Umar Radhiyallahu ‘anhu :
يَا عُمَرُ أَتَدْرِي مَنْ السَّائِلُ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ
“Wahai,
‘Umar. Tahukah engkau, siapakah orang yang bertanya tadi?” Aku menjawab,”Allah
dan RasulNya yang lebih mengetahui,” (kemudian) Rasulullah bersabda,”Dia itu
adalah Malaikat Jibril datang kepada kalian untuk mengajarkan kepada kalian din
(agama) kalian.”
Ini
menunjukkan, meskipun para sahabat dapat melihatnya dan bisa mendengar
suaranya, namun mereka tidak mengetahui jika dia adalah Malaikat Jibril yang
datang membawa wahyu. Mereka mengerti setelah diberitahu oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
3).
Malaikat Jibril mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun ia tidak
terlihat. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui kedatangan Malaikat
Jibril dengan suara yang mengirinya. Terkadang seperti suara lonceng, dan
terkadang seperti dengung lebah. Inilah yang terberat bagi Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga dilukiskan saat menerima wahyu seperti
ini, wajah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berubah. Meski pada cuaca
yang sangat dingin, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bermandikan keringat,
dan pada saat itu bobot fisik Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berubah
secara mendadak.
Sebagaimana
diceritakan oleh salah seorang sahabat, yaitu Zaid bin Tsabit Radhiyallahu
‘anhu, dia berkata : “Allah Azza wa Jalla menurunkan wahyu kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sementara itu paha beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam sedang berada di atas pahaku. Lalu paha beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjadi berat, sampai aku khawatir pahaku akan hancur”.[2]
Beratnya
menerima wahyu dengan cara seperti ini, juga diceritakan sendiri oleh
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa ass
ditanya :
يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ يَأْتِيكَ الْوَحْيُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْيَانًا يَأْتِينِي مِثْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِ وَهُوَ أَشَدُّهُ عَلَيَّ فَيُفْصَمُ عَنِّي وَقَدْ وَعَيْتُ عَنْهُ مَا قَالَ وَأَحْيَانًا يَتَمَثَّلُ لِي الْمَلَكُ رَجُلًا فَيُكَلِّمُنِي فَأَعِي مَا يَقُولُ
“Wahai,
Rasulullah. Bagaimanakah cara wahyu sampai kepadamu?” Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab,”Terkadang wahyu itu datang kepadaku seperti suara
lonceng, dan inilah yang terberat bagiku, dan aku memperhatikan apa dia
katakan. Dan terkadang seorang malaikat mendatangi dengan berwujud seorang
lelaki, lalu dia menyampaikannya kepadaku, maka akupun memperhatikan apa yang
dia ucapkan.”
Berdasarkan
riwayat dan penjelasan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, maka
dapat dipahami bahwa saat menerima semua wahyu, Rasulullah merasa berat. Namun,
yang paling berat ialah cara yang semacam ini.
Ketiga
: Wahyu disampaikan dengan cara dibisikkan ke dalam kalbu.
Yaitu Allah Azza wa Jalla atau Malaikat Jibril meletakkan wahyu yang hendak disampaikan ke dalam kalbu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam disertai pemberitahuan bahwa, ini merupakan dari Allah Azza wa Jalla. Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dalam kitab al Qana’ah, dan Ibnu Majah, serta al Hakim dalam al Mustadrak. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Yaitu Allah Azza wa Jalla atau Malaikat Jibril meletakkan wahyu yang hendak disampaikan ke dalam kalbu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam disertai pemberitahuan bahwa, ini merupakan dari Allah Azza wa Jalla. Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dalam kitab al Qana’ah, dan Ibnu Majah, serta al Hakim dalam al Mustadrak. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ رُوْحَ الْقُدُسِ نَفَثَ فِي رُوْعِي : لَنْ تَمُوْتَ نَفْسٌ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقَهَا فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ وَلاَ يَحْمِلَنَّ أَحَدَكُمْ اسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ أَنْ يَطْلُبَهُ بِمَعْصِيَةِ اللهِ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُنَالُ مَاعِنْدَهُ إِلاَّ بِطَاعَتِهِ
“Sesungguhnya
Ruhul Quds (Malaikat Jibril) meniupkan ke dalam kalbuku : “Tidak akan ada jiwa
yang mati sampai Allah Azza wa Jalla menyempurnakan rizkinya. Maka hendaklah
kalian bertakwa kepada Allah, dan carilah rizki dengan cara yang baik.
Janganlah keterlambatan rizki membuat salah seorang di antara kalian mencarinya
dengan cara bermaksiat kepada Allah. Sesungguhnya apa yang di sisi Allah Azza
wa Jalla tidak akan bisa diraih, kecuali dengan mentaatiNya”.
Keempat
: Wahyu diberikan Allah Azza wa Jalla dalam bentuk ilham.
Yaitu Allah memberikan ilmu kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, saat beliau berijtihad pada suatu masalah.
Yaitu Allah memberikan ilmu kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, saat beliau berijtihad pada suatu masalah.
Kelima
: Wahyu diturunkan melalui mimpi.
Yaitu Allah Azza wa Jalla terkadang memberikan wahyu kepada para nabiNya dengan perantaraan mimpi. Sebagai contoh, yaitu wahyu yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim Alaihissalllam agar menyembelih anaknya. Peristiwa ini diceritakan oleh Allah Azza wa Jalla:
$
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. [ash Shaffat/37 : 102].
Yaitu Allah Azza wa Jalla terkadang memberikan wahyu kepada para nabiNya dengan perantaraan mimpi. Sebagai contoh, yaitu wahyu yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim Alaihissalllam agar menyembelih anaknya. Peristiwa ini diceritakan oleh Allah Azza wa Jalla:
$
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. [ash Shaffat/37 : 102].
Demikian
cara-cara penerimaan wahyu Allah Azza wa Jalla yang diberikan kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semua jenis wahyu ini dibarengi dengan keyakinan
dari si penerima wahyu, bahwa apa yang diterima tersebut benar-benar datang
dari Allah Azza wa Jalla, bukan bisikan jiwa, apalagi tipu daya setan.
Daftar pustaka
Muhammad Baqir Muhammad,
Ulumul Qur'an, AL-HUDA jakarta,2006
Prof. Dr. H. Abdul Djalal H.A., Ulumul Qur'an, surabaya, 1998
Prof. Dr.Teungku M. Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, PT PUSTAKA RIZKI PUTRA semarang,2009
Prof. Dr. H. Abdul Djalal H.A., Ulumul Qur'an, surabaya, 1998
Prof. Dr.Teungku M. Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, PT PUSTAKA RIZKI PUTRA semarang,2009
Post a Comment for "Makalah Ulumul Qur'an"