Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Al-qur'an sebagai sumber agama



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan sumber ajaran agama islam, sebagai sumber ajaran Islam Allah sendiri menjmin penjagan Al-Qur’an sebagaimana yang tersebut dalam firman–Nya : “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar- benar memeliharanya ( Al- Hijr : 9 ).” Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad melalui malaikat Jibril, secara berangsur-angsur dan dengan waktu yang cukup lama. Al-qur’an merupakan petunjuk bagi umat manusia dan kabar gembira kapada orang- orang mukmin yang mengerjakan amal soleh bahwa bagi mereka pahala yang besar. Semua permasalahan serta kepentingan dunia seperti harta berlimpah dan tawaran jabatan tinggi maka kembalikanlah hal tersebut kepada Al-qur’an niscaya akan memberi petunjuk bagi kita.
Apabila Al-qur’an dibaca, dipahami, dan diamalkan maka akan menjadi jalan untuk sebuah perubahan yang lebih baik. Berpegangteguhlah kalian semua kepada Al-qur’an niscaya akan memberikan syafaat kepada kita semua di hari kiamat serta orang yang mengamalkan dan mempelajari Al-qur’an Allah akan mengangkat derajat derajatnya serta menambah pahala bagi kita.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian al-qur’an?
2.      Apakah fungsi al-qur’an?
3.      Bagaimanakah al-qur’an sebagai firman Allah SWT?
4.      Bagaimana ulum qur’an dan tafsir?


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Pengertian Al-Qur’an
Secara etimologi Alquran berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan, atau qur’anan yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dlammu). Sedangkan secara terminologi (syariat), Alquran adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas. Dan menurut para ulama klasik, Alquran sumber agama (juga ajaran) Islam pertama dan utama yang memuat firman-firman (wahyu) Allah, sama benar dengan yang disampai- kan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah sedikit demi sediki selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekah kemudian di Medinah.
Al-Qur’an menyajikan tingkat tertinggi dari segi kehidupan manusia. Sangat mengaggumkan bukan saja bagi orang mukmin, melainkan juga bagi orang-orang kafir. Al-Qur’an pertama kali diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan (Nuzulul Qur’an). Wahyu yang perta kali turun tersebut adalah Surat Alaq, ayat 1-5. Al-Qur’an memiliki beberapa nama lain, antara lain adalah Al-Qur’an (QS. Al-Isra: 9), Al-Kitab (QS. Al-Baqoroh: 1-2), Al-Furqon (QS. Al-Furqon: 1), At-Tanzil (QS. As-Syu’ara: 192), Adz-Dzikir (QS. Al-Hijr: 1-9).
Ayat-ayat al-Quran yang diturunkan selama lebih kurang 23 tahun itu dapat dibedakan antara ayat-ayat yang diturunkan ketika Nabi Muhammad masih tinggal di Mekah (sebelum hijrah) dengan ayat yang turun setelah Nabi Muhammad hijrah (pindah) ke Madinah. Ayat-ayat yang tutun ketika Nabi Muhammad masih berdiam di Mekkah di sebut ayat-ayat Makkiyah, sedangkan ayat-ayat yang turun sesudah Nabi Muhammad pindah ke Medinah dinamakan ayat-ayat Madaniyah[1].

B.     Fungsi Al Qur’an
Nama-nama lain untuk Al-Qur’an di kembangkan oleh ulama sedemikan rupa, sehingga Abu Hasan Al-Harali memberikan nama sebanyak 90 nama dan Abd Al-Ma’ali Syaizalah memberikan nama sebanyak 55 nama. Pemberian nama terhadap Al-Qur’an yang begitu banyak tidak disetujui oleh sebagian ulama, antara lain subhi shalih. Menurut beliau, pemberian nama yang banyak terhadap Al-Qur’an dinilai berlebihan sehingga terkesan adanya pencampuradukan antaranama-nama Al-Qur’an dan sifat-sifat Al-Qur’an. Sebagian nama-nama tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, memperlihatkan fungsi-fungsi Al-Qur’an. Dari sudut isi atau substansinya, Al-Qur’an sebagaitersurat dalam nama-namanya adalah sebagai berikut:
1.      Al-Huda (Petunjuk). Dalam Al-Qur’an terdapat tiga kategori tentang posisi Al-Qur’ansebagai petunjuk.
§  Pertama, petunjuk bagi manusia secara umum
§  Kedua, Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa
§  Ketiga, petunjuk bagi orang-orang yang beriman.
2.      Al-Furqan (Pemisah). Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa ia adalah ugeran untuk membedakan dan bahkan memisahkan antara yang hak dan yang batil, atau antara yang benar dengan yang salah.
3.      Al-Syfa (obat), dalam Al-Qur’an yang mashur ada 6 ayat yang di sebut Ayat syfa (ayat-ayat yang bisa menjadi obat) walaupun sebenarnya semua ayat dalam Al Qur’an bisamenjadi obat
4.      Al-Mau’izhah (Nasihat). Dalam Al-Qur’an diatakan bahwa ia berfungsi sebagai nasihat bagi orang-orang bertakwa. Allah berfirman, “Al-Qur’an ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”
Demikian fungsi Al-Qur’an yang diambil dari nama-namanya yang difirmankan Allah dalam Al-Qur’an, sedangkan fungsi Al-Qur’an dari pengalaman dan penghayatan terhadap isinya dipastikan berbeda-beda, meskipun persamaan-persamaan pengalaman itu pun tidak diabaikan, Menurut M. Quraish Shihab, al-Qur’an turun dengan memiliki beberapa fungsi:
1.      Bukti kerasulan Nabi Muhammad dan kebenaran ajaran yang dibawanya;
2.      Petujuk aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia;
3.      Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-normakeagaman dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secaraindividual dan kolektif;
4.      Petunjuk syari’at dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yangharus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesama manusia.Atau dengan kata lain, al-Qur’an adalah petunjuk bagi seluruh manusia kejalan yangharus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.

C.    Al Qur’an Sebagai Firman Allah SWT
Dilihat dari sejarah dan proses pewahyuan, Al-Qur’an tidak diturunkan secara sekaligus, tetapi melalui tahapan-tahapan tertentu secara periodik, sedikit demi sedikit dan ayat demi ayat. Hikmah pewahyuan semacam ini adalah untuk memberikan pemahaman bahwa setiap Al-Qur’an tidak hampa sosial. Pewahyuannya sangat bergantung pada lingkup dan persoalan-persoalan kemasyarakatan dari aspek ini, sebagian ayat Al-Qur’an merupakan jawaban terhadap berbagai persoalan sosial yang melanda kehidupan manusia[2].
Proses turunya wahyu adakalanya dilatarbelakangi oleh sebuah peristiwa, atau pertanyaan sahabat, dan adakalanya tanpa sebab yang menjadi latar belakangnya. Artinya, ada ayat yang turuntanpa ada preseden yang mandahulinya. Sebagai wahyu, Al-Qur’an bukan hasil dari pemikiran dan ciptaan Nabi Muhammad SAW, mereka yang mengatakan bahwa Al-Qur’an itu pikiran dan ciptaan Nabi Muhammad SAW, tidak  benar dan tidak dapat dipertanggungjawabkan, Karena Allah menjamin Bahwa Al-Qur’an dipelihara dengan sebaik-baiknya.
Bahkan Allah menantang untuk membuat satu surat yang semisal dengan Al-Qur’an kepada mereka yang masih meragukan Al-Qur’an wahyu dari Allah Tantangan tersebut disertai pula dengan ancaman berupa kepastian bahwa manusia tidak akan mampu menciptakan semisal Al-Qur’an. Demikianlah kedudukan Al-Qur’an sebagai firman Allah. Berdasarkan substansinya, Al-Qur’an bukanlah ciptaan Nabi Muhammad SAW, ia dipelihara oleh Allah yang mewahyukannya.

D.    Ulum Al Qur’an dan Tafsirnya
Pewahyuan berlangsung selama kurang lebih 23 tahun Nabi Muhammad berada di kota 13Tahun sebelum Nabi Hijrah ke Madina dan 10 tahun setelah nabi Hijrah ke (‘Ulum Al-Qur’an.Muhaimin dkk., 1994 :89). Proses penurunan wahyu dibagi menjadi 3 priode :
1.      Pertama: Periode saat nabi Muhammad masih bersetatus Nabi, (menerima wahyu pertama al-Alaq, Status beliu berubah menjadi Rosul setelah menerima wahyu yang ke dua (Q.SAl-Muddatsir [74]:1-2). Inilah ayat-ayat makiyyah yang mengandung tiga hal yaitu Pedidikan bagi Rosul dalam membentuk kepribadian, Pengetahuan tentang Allah, dan Ajaran tentang dasar-dasar Akhlak Islamiyah.
2.      Kedua: Periode pertarungan antara umat islam dengan orang jahiliyah sekitar 8-9 tahun.
3.      Ketiga: Peride kebebasan umat islam di Madinah yaitu sekitar 10 tahun, ayat-ayat yang turundisebut ayat madaniyyah.
Al-Qur'an mengandung 77.439 kata dan 323.015 huruf. Menurut Abd Al-Rohman As-Salami, Al-Suyuti, dan al-Lusi secara berturut-turut jumlah ayat al-Qur'an adalah 6.326 ayat, 6000 ayat, 6.616 ayat. Perbedaan disebabkan masuk dan tidaknya kalimat basmalah dan fawatir al- suwar. Kemudian Jumlah ayat dibagi jadi 554 ruku', 30 juz dan 114 surat. Dilihat dari panjang pendeknya maka surat di Al Qur’an dibagi menjadi empat kelompok, yaitu:
1.      Al-Sab'al tiwal, yaitu tujuh surat panjang seperti al-Baqoroh, ali Imron, an-Nisa', al-A'rof,al-An'am, al-Maidah, dan Yunus.
2.      Al-Mi'un, surat-surat yang memuat 100 ayat lebih seperti surat Hud, Yusuf, dan al-Mu'min.
3.      Al-Matsani, surat yang kurang dari 100 ayat seperti al-Anfal dan al-Hijr.
4.      Al-Mufashol, surat-surat pendek seperti an-Nas, al-Falaq, dan al-Kafirun.

Cara turunnya wahyu ada empat macam, yaitu:
1.      Malaikat memasukan wahyu kedada nabi Muhammad
2.      Malaikat datang dengan bentuk seorang laki-laki kepada Muhammad
3.      Malaikat menampakkan dirinya dengan rupa aslinya.
4.      Wahyu datang kepada nabi seperti gemerincing lonceng
Pada masa Nabi Muhammad Ayat-ayat Al-Qur'an masih berserakan, ada yang di tulis di pelepah daun kurma, lempengan batu, dan kepingan tulang serta dihafal, hingga datang masa Khulafaurrosyidin. Al-Qur'an dibukukan. Pada masa Abu Bakar proses pengumpulan dalam bentuk mushaf dan disimpan di rumah Abu Bakar. Pada zaman Umar bin Khotob Mushaf tersebut disimpan di rumahnya dan setelah beliau wafat disimpan di rumah Hafsoh. Hingga pada masa Utsman bin Affan Al-Quran lebih disempurnakan dan disebut dengan Mushaf Utsmani. Kemudian digandakan dan dikirim ke berbagai wilayah kaum muslimin dan dijadikan standar untuk  pencetakan pada tahun-tahun setelahnya.
Para ulama mengelompokkan ayat-ayat al-Qur'an menjadi dua bagian, yaitu ayat-ayat yang jelas (muhkamat) dan ayat-ayat yang membutuhkan penjelasan (tafsir) lebih lanjut (mutasyabihat). Dan dalam memahami Al Qur’an para ulama memerlukan ilmu bantu untuk memahami Al-Qur’an diantaranya ‘Ulum al-Qur’an dan ilmu tafsir. Dalam ulum Al-Qur’an dibahas, umpamanya, ayat-ayat makiyyah, sebab-sebab turun Al-Qur’an (asbab nuzul), i’rab al-Qur’an, ilmu Qira’ah, muhkam dan mutasyabih, am dan khas, nasikh dan mansukh muthlaq dan muqayyad dan mafhum, haqiqah dan majaz, kinayah, ijaj dan ithnab, dan ta’wil.
Pengertian tafsir secara bahasa adalah penjelasan dan keterangan (al-idlah wa al-bayan). Berasal dari wazan taf'il dari kata fassara yang berarti menerangkan, membuka dan menjelaskan makna yang ma'qul. Sedangkan Pengertian Tafsir secara istilah adalah ilmu yang membahas cara melafalkan lafad-lafad al-Qur'an serta menerangkan makna yang dimaksudnya sesuai dengan petunjuk yang dzohir sebatas kemampuan manusia. Adapun fungsi tafsir adalah untuk mejelaskan segala yang disyariatkan oleh Allah kepada manusia untuk ditaati dan dilaksanakan. Seorang mufassir harus mengetahui dan memahani bahasa arab dengan segala isinya, Mengetahui ilmu sebab turun (Asbabun Nuzul ), ilmu qiroah, ilmu tauhid, ilmu nasikh dan mansukh,serta mengetahui hadits- hadits nabi[3].
Seorang Mufassir juga harus punya i'tiqod yang kuat, keikhlasan dan kemurnian tujuan, mendasarkan tafsirnya kepada al-Sunah, dan punya wawasan yang luas di berbagai ilmu bantu seperti bahasa arab dan yang lainnya. Priode tafsir dibagi menjadi dua bagian. Pertama, periode nabi , sahabat, dan tabi'in kira-kira sampai tahun 150 H yang di sebut dengan tafsir bi al-ma'tsur. Para ahli tafsir periode ini diantaranya adalah Ibnu Mas'ud, Abdullah bin al-Abbas, Zaid bin Tsabit dan lainnya. Selanjutnya pada masa Tabi'in dan di sebut (Thobaqot Al Mufasirin) diantaranya adalah Abdurrohman bin Salam, Imam Malik bin Anas di Madinah dan lainnya, Selanjutnya yaitu masa Tabi'ut Tabi'in, diantara mereka yang terkenal adalah Sufyan bin Uyyainah, Zaid bin Harun Syu'bah bin Hajjad, dan Waqi' al-Jarroh hingga muncul pula Abu Ja'far Muhammad bin Jarir at-Thobari (310 H) dengan buku beliau Jami'at al-Bayyan fi Tafsir al-Qur'an. Kedua, periode ketika hadits-hadits Rosul telah tersebar luas dan hadits-hadits palsu berkembang di masyarakat. Para ulama' tafsir kemudian banyak berijtihad karena permasalahan adanya hadits palsu ini, hingga munculah tafsir-tafsir yang coraknya berbeda dari corak yang pertama. Corak tafsir yang muncul pada periodae ini diantaranya sebagai berikut.
1.      Corak kebahasaan, yaitu penafsiran al-Qur'an dengan pendekatan gaya bahasa, keindahan bahasa, atau tata bahasa, seperti Tafsir al-Kasysyaf oleh Zamaksyari.
2.      Corak tafsir yang banyak membahas tentang kisah umat terdahulu, seperti yang ditulis oleh al-Tsalabi, 'Alaudin bin Muhammad al- Bagdadi.
3.      Corak fiqih dan hukum, seperti Tafsir Jami' al-Qur'an, Ahkam al-Qur'an, dan Nail al- Mahrom yang masing-masing ditulis oleh al-Qurtubi, Ibnu 'Arobi dan al-Jashash, dan Hasan Shidiq Khan.
4.      Corak tafsir yang menafsirkan ayat-ayat yang berhubungan dengan sifat-sifat Allah seperti Tafsir Mafatih al-Ghoib karya Imam ar-Rozi (w.610 H)
5.      Corak tafsir yang menitik beratkan pada isyarat ayat yang berhubungan dengan tasawuf, seperti tafsir yang ditulis oleh Abu Muhammad Sahl bin Abdullah al-Tsauri.
6.      Tafsir corak ghorib (yang jarang dipakai dalam keseharian), seperti Mu'jam Ghorib al-Qur'an oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi'.
Corak tafsir lainnya yaitu, tafsir bercorak filsafat dan teologi, tafsir ilmiyah, tafsir bercorak sastra budaya kemasyarakatan, tafsir tematik (maudlu'i), dan tafsir ilmi (Quraish Shihab (1995; 72-73)). Dalam peride ini muncul pula tafsir dari Muktazilah dan Syi'ah. Dari kelompok Muktazilah diantaranya Tanzih al-Quran al-Mata'in karya Abdul Qosm al-Thahir, al-Kasysyaf 'an Haqaiq al-Tanzil wa al-Uyun al-Aqwal fi Wujud at-Ta'wil karya abul Qosim Muhammad bin Umar al-Zamakhsyari.
 Adapun kelompok syi'ah mereka banyak membahas tetang Ali bin Abi Tholib Departemen Agama Republik Indonesia menambahkan adanya periode ketiga yang disebut dengan Periode Baru yang dimulai dari abad 9 M. Periode ini juga dikenal dengan Periode Kebangkitan Kembali. Diantara tokohnya adalah Jamaluddin al-Afghoni, Muhammad Abduh,Rosyid Ridho, Ahmad Khan, dan Ahmad Dahlan.Dilihat dari keterlibatan ro'yu dalam menafsirkan Al-Quran, maka tafsir terbagi menjadi dua, tafsir bi al-matsur dan tafsir bi al-ro'yi. Tafsir kelompok pertama di antaranya ialah Jami' al- Bayan fi Tafsir al-Qur'an karya at-Thobari. Adapun tafsir kedua (bi al-ro'yi) di antaranya al-Bahrual-Muhith karya andalusi, dan Mafatih al-Ghorib karya Fakhruddin al-Rozi


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Secara etimologi Alquran berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan, atau qur’anan yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dlammu). Sedangkan secara terminologi (syariat), Alquran adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas. Dan menurut para ulama klasik, Alquran sumber agama (juga ajaran) Islam pertama dan utama yang memuat firman-firman (wahyu) Allah, sama benar dengan yang disampai- kan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah sedikit demi sediki selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekah kemudian di Medinah.
Al-Qur’an menyajikan tingkat tertinggi dari segi kehidupan manusia. Sangat mengaggumkan bukan saja bagi orang mukmin, melainkan juga bagi orang-orang kafir. Al-Qur’an pertama kali diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan (Nuzulul Qur’an). Wahyu yang perta kali turun tersebut adalah Surat Alaq, ayat 1-5. Al-Qur’an memiliki beberapa nama lain, antara lain adalah Al-Qur’an (QS. Al-Isra: 9), Al-Kitab (QS. Al-Baqoroh: 1-2), Al-Furqon (QS. Al-Furqon: 1), At-Tanzil (QS. As-Syu’ara: 192), Adz-Dzikir (QS. Al-Hijr: 1-9).

B.     Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.



DAFTAR PUSTAKA

Naim Ngainun . 2009. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: Teras
Prof Ali, Mohammad Daud, SH : Pendidikan Agama Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Miftah Faridl, As-Sunnah Sumber Hukum Islam, Bandung: Pustaka, 2001
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 2002



[1] Naim Ngainun . 2009. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: Teras. Hlm.45

[2] Miftah Faridl, As-Sunnah Sumber Hukum Islam, Bandung: Pustaka, 2001.hlm.66

[3] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 2002.hlm 44

Post a Comment for "Al-qur'an sebagai sumber agama"