Kebudayaan masyarakat Bali
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pulau Bali
atau yang sering disebut Pulau Dewata ini merupakan Pulau yang terkenal hingga
penghujung dunia. Bali yang sangat terkenal dengan keindahan alam yang
dimiliki. Pulau Bali yang termasuk bagian dari Kepulauan Sunda Kecil ini
beribukota di Denpasar, dan secara geografis terletak pada 8° LS dan 115°
BT. Daerah ini pun memiliki iklim yang teropis seperti daerah Indonesia
lainnya. Secara geografis provinsi Bali berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur
dan Selat Bali di sebelah barat, Laut Bali di sebelah utara, Samudera Hindia di
sebelah selatan, serta Selat Lombok di bagian sebelah timur.
Tempat-tempat
wisata yang sering dikunjungi selain kota Denpasar sendiri yaitu Ubud sebagai
pusat seni yang terletak di Kabupaten Gianyar yang merupakan dataran tinggi di
pulau ini. Sedangkan Kuta, Sanur, Seminyak, dan Nusa Dua adalah beberapa tempat
yang menjadi tempat tujuan pariwisata, baik wisata pantai maupun hanya tempat
untuk para wisatawan beristirahat.
Suku bangsa
yang terdapat di Pulau Bali terbagi menjadi dua yaitu suku Bali Aga yang
merupakan penduduk asli Bali, kebanyakan dari mereka tinggal di daerah Trunyan.
Kemudian Suku Bali Mojopahit yang merupakan Bali Hindu atau Bali keturunan dari
kerajaan Mojopahit. Kebudayaan Bali dapat dikatakan masih khas atau asli karena
masyarakatnya sangat memegang teguh budaya dari nenek moyang mereka dan belum
terpengaruh oleh budaya lain.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah tradisi atau adat
istiadat Masyarakat Bali?
2.
Bagaimanakah bahasa Masyarakat Bali?
3.
Bagaimanakah kepercayaan/ agama
masyarakat Bali?
4.
Bagaimanakah kebiasaan masyarakat Bali?
5.
Bagaimana sistem pencaharian
masyarakat Bali?
6.
Bagaimana sistem pengetahuan
masyarakat Bali?
7.
Bagaimanakah sistem
kekerabatan masyarakat Bali?
8.
Bagaimana kesenian masyarakat Bali?
9.
Apakah makanan khas masyarakat Bali?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Tradisi
Atau Adat Istiadat Masyarakat Bali
1.
Upacara 3 Bulanan dan Otonan
Symbol (niyasa) yang digunakan dalam upacara Tiga Bulanan : Regek yaitu
anyaman 108 helai daun kelapa gading berbentuk manusia, sebagai symbol Nyama
Bajang; Papah yaitu pangkal batang daun kelapa gading sebagai symbol ari-ari,
Pusuh yaitu jantung pisang sebagai symbol getih (darah), Batu sebagai symbol
yeh-nyom, Blego sebagai symbol lamas, ayam sebagai symbol atma, sebuah periuk
tanah yang pecah sebagai symbol kandungan yang sudah melahirkan bayi, lesung
batu sebagai symbol kekuatan Wisnu, pane symbol Windu (Hyang Widhi), air dalam
pane symbol akasa, tangga dari tebu kuning sepanjang satu hasta diberi palit
(anak tangga) tiga buah dari kayu dapdap symbol Smara-Ratih (Hyang Widhi yang
memberi panugrahan kepada suami-istri).
Upacara otonan lebih sederhana dari tiga bulanan, karena tujuannya
mengucapkan syukur kepada Hyang Widhi atas karunia berupa panjang umur, serta
mohon keselamatan dan kesejahteraan. Yang diragukan oleh ortu anda, mungkin
masalah tirta dari Sanggah Pamerajan ketika upacaranya di Jakarta. Jika upacara
di Jakarta sudah seperti diatas, atau mendekati seperti itu, sudah cukup. Nanti
di Bali dibuatkan tataban di Sanggah pamerajan yang dinamakan upacara
"mapinton" yaitu memperkenalkan dan melaporkan kelahiran si bayi
kepada roh leluhur yang distanakan di Sanggah Pamerajan. Namun jika ortu
berkeras juga mau mengadakan upacara tiga bulanan dan otonan, sebaiknya turuti
saja, karena beliau mungkin ingin mencurahkan kasih sayangnya kepada cucunya.
Nah dengan demikian anda kan juga berbhakti kepada ortu dan membuat beliau
senang, asal saja biayanya terjangkau.
2.
Upacara Adat Kematian
Tata cara menurut Upacara Agama
Hindu dan Tata Cara Nasional.
Tata Cara Menurut Agama Hindu.
Perawatan Jenazah :
Terlebih
dahulu jenazah harus dimandikan dengan air tawar yang bersih dan sedapat
mungkin dicampur dengan wangi- wangian. Setelah itu diberi secarik kain putih
untuk menutupi bagian muka wajah dan bagian alat kelaminnya. Kemudian barulah
diberi pesalin dengan kain atau baju yang baru (bersih), rambutnya dirapikan
(perempuan : rambutnya digulung sesuai dengan arah jarum jam), posisi tangan
dengan sikap "menyembah" ke bawah. Setelah itu dibungkus dengan kain
putih.
Pada saat
membungkus jenazah tersebut supaya diperhatikan hal- hal sebagai berikut : Bila
jenazah itu laki- laki maka lipatan kainnya: yang kanan menutupi yang kiri, dan
bila perempuan maka lipatan kainnya: yang kiri menutupi yang kanan. Setelah
terbungkus rapi ikatlah bagian ujung (kepala dan kaki) serta bagian tengah
jenazah yang bersangkutan dengan benang atau sobekan kain pembungkus tadi.
Setelah selesai perawatan di atas, barulah jenazah tersebut disemayamkan di
tempat yang telah ditetapkan.
Tata Cara Pelaksanaan Upacara.
Tata cara upacara yang mungkin dapat dilaksanakan
adalah upacara darurat yang dalam hal ini harus dipimpin oleh seseorang yang
beragama Hindu yang ada dalam kapal/ tempat tersebut yaitu : Paling tidak ada
sebuah "punjung" atau hidangan yang materinya terdiri dari: sepiring
nasi dilengkapi, dengan. lauk pauk seadanya, air minum, air wijikan, rokok dan
lain- lain sebagaimana santapan biasa. Pimpinan upacara menyuguhkan mendiang
untuk menikmati punjung/ hidangan tersebut disertai dengan ucapan bahasa
sehari- hari: Catatan: Punjung/ hidangan disuguhkan di sebelah kanan jenazah
yakni di antara leher dan pusarnya.
Selanjutnya pimpinan upacara mohon persaksian (sembahyang)
yang kalau situasi memungkinkan agar memakai sarana dupa (api) ke hadapan
Bhatara Surya (Sang Hyang Widhi/ Tuhan) dan ke hadapan Bhatara Baruna. Akhirnya
jenazah tersebut supaya dititipkan ke hadapan ibu Pertiwi. Bila nanti oleh
keluarga yang bersangkutan berniat untuk mengabenkannya, cukup ngendag dari
setra (kuburan) dan pengulapan di marga tiga (simpang tiga).
Kemudian tibalah saatnya menurunkan jenazah ke tengah
laut yang disertai dengan pesan seperlunya. Posisi jenazah pada saat diturunkan
ke tengah laut kepalanya supaya mengarah pada matahari terbit. Pada saat ini
diikuti dengan penghormatan terakhir oleh segenap hadirin, kalau mungkin
disertai dengan taburan bunga.
Tata Cara Nasional.
Suatu kemungkinan dapat terjadi bahwa di tempat
kejadian atau kapal tempat umat Hindu yang meninggal tersebut tidak terdapat
umat Hindu lainnya yang masih hidup, yang dapat bertindak selaku pimpinan
upacara maka tata upacara penyelesaiannya dengan ketentuan yang berlaku.
B.
Bahasa Masyarakat Bali
Bahasa Bali
adalah sebuah bahasa yang berasal dari rumpun bahasa Austronesia,
Malayo-Polinesia, Melayu-Sumbawa, Bahasa Bali-Sasak-Sumbawa, Bali. Bahasa ini
digunakan di pulau Bali, pulau Lombok bagian barat, dan sedikit di ujung timur
pulau Jawa.Bahasa Bali memiliki tingkatan dalam penggunaannya, yaitu Bali Alus,
Bali Madya dan Bali Kasar. Bali halus dipergunakan dalam lingkup formal
misalnya dalam pertemuan di tingkat desa adat, atau antara orang berkasta
rendah dengan berkasta lebih tinggi. Bali madya dipergunakan di tingkat
masyarakat menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang kasar
dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau antara
bangsawan dengan abdi dalemnya, Di Lombok bahasa Bali terutama dipertuturkan di
sekitar kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa bahasa Bali terutama
dipertuturkan di beberapa desa di kabupaten Banyuwangi. Bahasa Bali
dipertuturkan oleh kurang lebih 4 juta jiwa.
Aksara Bali
adalah aksara tradisional masyarakat
Bali dan
berkembang di Bali. Aksara Bali merupakan suatu abugida yang berpangkal
pada huruf Pallawa . Aksara ini mirip dengan aksara Jawa . Perbedaannya terletak pada lekukan bentuk
huruf.Aksara Bali berjumlah 47 karakter, 14 di antaranya merupakan huruf vokal
(aksara suara). Huruf konsonan (aksara wianjana) berjumlah 33 karakter. Aksara
wianjana Bali yang biasa digunakan berjumlah 18 karakter. Juga terdapat aksara
wianjana Kawi yang digunakan pada kata-kata tertentu, terutama
kata-kata yang dipengaruhi bahasa Kawi dan Sanskerta .Meski ada aksara wianjana Kawi yang berisi intonasi
nada tertentu, pengucapannya sering disetarakan dengan aksara wianjana Bali.
Misalnya, aksaradirgha (pengucapan panjang) yang seharusnya dibaca panjang,
seringkali dibaca seperti aksarahresua (pengucapan pendek).
C. Kepercayaan/ Agama Masyarakat Bali
Mayoritas masyarakat bali adalah beragama Hindu. Dalam
kehidupan beragama, masyarakat bali yang beragama Hindu percaya adanya satu
tuhan dalam bentuk Trimurti yang Esa yaitu Brahmana (yang menciptakan), Wisnu
(yang melindung dan memelihara), dan siwa (yang merusak). Selain itu masyarakat
bali juga percaya kepada berbagai Dewa yana lain yang kedudukannya yang lebih
rendah dari Trimurti, seperti dewa Wahyu (dewa angin), dan Dewa Indra (dewa
perang). Agama Hindu di Bali juga mempercayai adanya roh abadi (Otman), buah
dari setiap perbuatan (Karmapala), kelahiran kembali dari jiwa (Punarbawa) dan
kebebasan jiwa (moksa), semua ajaran-ajaran itu berada di kitab Wedha.
Tempat untuk melakukan persembahyangan (ibadah) agama
Hindu di Bali dinamakan Pura atau Sangeh. Tempat ibadah ini berupa sekelompok
bangunan-bangunan suci yang sifatnya berbeda-beda. Ada yang bersifat umum
seperti Pura desa dan ada yang sifatnya khusus yaitu Pura keluarga. Di bali
terdapat beribu-ribu pura atau sangeh yang masing-masing pura tersebut
mempunyai hari upacara (hari perayaan) tertentu sesuai denga perayaan leluhur
mereka yang telah ditentukan oleh sistem tanggalanya sendiri-sendiri.
Upacara tradisional khas Bali yang mempunyai daya
tarik bagi wisatawan adalah upacara Ngaben. Ngaben adalah upacara pembalkaran
mayat di Bali. Dengan demikian, setiap orang yang sudah meninggal tidak cikubur
melainka dibakar. Upacara ini memerlukan biaya yang cukup besar, dan
biasanya dilakukan oleh orang-orang yang mampu saja. Sebalum dibakar terlebih
dahulu orang yang meninggal diletakan di sebuah tandu panjang (seperti
keranda), kemudian dibawa ketempat pembakaran. Tandu ini biasanya diangkat oleh
empat sampai delapan orang yang merupakan kerabat atau saudara dekat dari orang
yang meninggal. Dalam perjalanan pengiring mengucapkan puji-pujian dan nyanyian
sebagai pemujaan yang dipimpin oleh pemangku setelah sampai di tempat
pembakaran, sebelum masuk pintu, tandu tersebut diputar-putar sebanyak tiga
kali, sebagai tanda penghormatan dan izin untuk memasuki tempat pembakaran.
Setelah dibakar, kemudian abu tersebut di buang kelaut, ada juga yang disimpan
di tempat khusus. Selain upacara Ngaben, ada juga upacara lain seperti upacara
hariraya Nyepi, Ngebak Geni, Hari Raya Kuningan, Hari raya Galungan, dll. Keseluruhan
upacara di bali dapart di kelompokan sebagai berikut:
1. Manusia
Nyadan, yaitu upacara siklus dari anak-anak sampai dewasa
2. Putra
Nyadan, yaitu upacara untuk roh-roh
3. Dewa Nyadan,
yaitu upacara pembesaran
4. Buta Nyadan,
yaitu upacara yang ditunjukan untuk roh-roh jahat
D.
Kebiasaan
Masyarakat Bali
Pulau bali adalah salah satu dari sekian
banyak pulau-pulau di Indonesia yang mempunyai kekayaan budaya dan mampu
memeliharanya walaupun era globalisasi dengan segala dampaknya menerjang dengan
intensitas yang tinggi, namun Bali yang dijuluki surganya wisata. Masyarakatnya
tetap konsisten dengan budayanya sendiri yang sudah diwariskan oleh nenek
moyangnya dari berbagai generasi. Walaupun Pulau Bali dikunjungi oleh wisatawan
dari dalam negeri maupun manca Negara dimana tidak menutup kemungkinan
terselipnya pola hidup barat disekitarnya, namun kehidupan masyarakat Bali dan
kultur budayanya tak mengalami pergeseran.
Pola kehidupan
masyarakat Bali sangat rigid dan terikat pada norma-norma baik agama maupun
sosial. Dalam konteks norma agama misalnya, setiap pemeluk Hindu Bali wajib
untuk melaksanakan sembahyang atau pemujaan pada pura tertentu diwajibkan pada
satu tempat tinggal bersama dalam komunitas, dalam kepemilikan tanah pertanian
diwajibkan dalam satu subak tertentu, diwajibkan dalam status sosial
berdasarkan warna, pada ikatan kekerabatan diwajibkan menurut prinsip
patrilineal.
E.
Mata Pencaharian Masyarakat Bali
Mata pencarian penduduk beranekaragam yang meliputi
pekerjaan sebagai petani, pengerajin, pedagang dan berbagai jasa khususnya
bidang kepariwisataan. Pertanian merupakan mata pencarian pokok masyarakat dan
sebagian besar masyarakat bali adalah petani. Jenis pertanian meliputi
pertanian sawah dan perkebunan. Didalam system pertanian di bali subak memegang
peranan yang sangat penting. Saat ini di Bali terdapat sekitar 1.482 subak dan
subak abian sekitar 698. Subak merupakan satu kesatuan ekonomi, social dan
keagamaan.
Subak adalah organisasi kemasyarakatan yang khusus
mengatur sistem pengairan sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali,
Indonesia . Subak ini biasanya memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik,
atau Pura Bedugul, yang khusus dibangun oleh para petani dan diperuntukkan bagi
dewi kemakmuran dan kesuburan dewi Sri. Sistem pengairan ini diatur oleh
seorang pemuka adat yang juga adalah seorang petani di Bali. Revolusi hijau
telah menyebabkan perubahan pada sistem irigasi ini, dengan adanya varietas
padi yang baru dan metode yang baru, para petani harus menanam padi sesering
mungkin, dengan mengabaikan kebutuhan petani lainnya. Ini sangatlah berbeda
dengan sistem Subak, di mana kebutuhan seluruh petani lebih diutamakan. Metode
yang baru pada revolusi hijau menghasilkan pada awalnya hasil yang melimpah,
tetapi kemudian diikuti dengan kendala-kendala seperti kekurangan air, hama dan
polusi akibat pestisida baik di tanah maupun di air. Akhirnya ditemukan bahwa
sistem pengairan sawah secara tradisional sangatlah efektif untuk menanggulangi
kendala ini.
Subak telah dipelajari oleh Clifford Geertz ,
sedangkan J. Stephen Lansing telah menarik perhatian umum tentang pentingnya
sistem irigasi tradisional. Ia mempelajari pura- pura di Bali, terutama yang
diperuntukkan bagi pertanian, yang biasa dilupakan oleh orang asing. Pada tahun
1987 Lansing bekerja sama dengan petani-petani Bali untuk mengembangkan model
komputer sistem irigasi Subak. Dengan itu ia membuktikan keefektifan Subak
serta pentingnya sistem ini. Pada tahun 2012 ini UNESCO, mengakui Subak (Bali
Cultur Landscape), sebagai Situs Warisan Dunia ,pada sidang pertama yang
berlangsung di Saint Petersburg, Rusia.
F. Sistem Pengetahuan Masyarakat Bali
Banjar atau bisa disebut sebagai
desa adalah suatu bentuk kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan
wilayah, kesatuan sosial disebut diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara
keagamaan. Banjar dikepalai oleh klian banjar yang bertugas sebagai menyangkut
segala urusan dalam lapangan kehidupan sosial dan keagamaan, tetapi sering kali
juga harus memecahkan soal-soal yang mencakup hukum adat tanah dan hal-hal
sifatnya administrasi pemerintahan.
Masyarakat bali telah mengenal dan
berkembang sistem pengairan yaitu sistem subak yang mengatur pengairan dan
penanaman di sawah-sawah. Dan mereka juga sudah mengenal arsitektur yang
mengatur tata letak ruangan dan banguanan yang menyerupai bangunan feng shui.
Arsitektur merupakan ungkapan perlambang komunikatif dan edukatif. Bali juga
memiliki senjata tradisional yaitu salah satunya kris. Selain untuk membela
diri menurut kepercayaan bila kris pusaka di rendam dalam air putih dapat
menyembuhkan orang yang terkena gigitan binatang berbisa.
G. Sistem Kekerabatan Masyarakat Bali
Perkawinan merupakan hal yang paling
penting dalam kehidupan manusia, demikian juga dengan masyarakat bali yang
memperoleh hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sebagai warga masyarakat, untuk
melakukan perkawinan. Menurut ajaran
adat lama yang banyak dipemgaruhi oleh sistem klan-klan (dadra) dan sistem
kasta (wangsa), perkawinan dilakukan antara warga se-klan atau antara warga
yang sianggap sederajat dalam kasta. Sementara perkawinan yang dianggap
pantangan adalah perkawinan Bentukar (makadengan ngad) yaitu perkawinan antara
perempuan suami dengan saudara laki-laki istri, perkawinan ini dianggap
pantangan karena menurut kepercayaan dapat mendatangkan bencana. Selain itu,
perkawinan pantangan lain yang merupakan dosa besar adalah perkawinan antara
seseorang dengan anaknya, seseorang dengan saudara kandungnya atau saudara
tirinya dan antara seseorang dengan anak dari saudara perempuan maupun
laki-lakinya.
Pada umumnya pemuda di bali dapat
memperoleh seorang istri dengan dua cara yaitu cara memina kepada keluarga si
gadis atau dengan melarikan sigadis.kedua cara
tersebut merupakan adat-adat perkawinan di bali. Kedua cara tersebut dilakukan
dengan melakukan kunjungan resmi dari keluarga si pemuda kepada si gadis, guna
meminang si gadis atau dengan memberitahukan kepada keluarga si gadis bahwa si
gadis telah di bawa lari untuk di kawinkan. Kemudian diadakan upacara
perkawinan dan kunjunga resmi dari keluarga si pemuda kerumah orang tua
si gadis untuk meminta diri kepada roh nenek moyang si gadis.
Setelah menikah, biasanya pasangan suami
istri baru menetap di kompleks perumahan dari orang tua si suami. Tetapi tidak
sedikit suami istri baru menetap di rumah baru. Sebaliknya ada pula suatu adat
perkawinan dimana pasangan suami istri baru menetap di kompleks perumahan
keluarga si istri.
H. Sistem Kesenian Masyarakat
Bali
Sistem kesenian di bali antara lain
tari-tarian Bali, rumah adat dan pakaian adat bali. Tari-tarian Bali seperti
tari Legong dan tari Kecak sanat disukai oleh wisatawan. Tari Legomg merupakan
tari yang menceritakan kisah cinta raja Lasem, sementara tari Kecak mengiahkan
tentang Bola Tantra Kera Hanoman dan Sugriwa.
Beberapa rumah adat di bali antara lain
gapura candi Bentar yang merupakan pintu masuk istana raja. Balai Bengong yaitu
tempat peristirahatan raja beserta kori Babetelan yaitu pintu masukuntuk
upacara keluarga.
Pakaian adat bali pria adalah ilat
kepala (destar) kain songket Saput dan sbilah Keris yang diselipkan kepinggang
bagian belakang. Sedangkan untuk wanita umumnya menggunakan dua helai kain
songket, stangen Songket dan selendang, serta memakai hiasan bunga emas da
bunga kamboja.
Di Bali terdapat berbagai jenis
perangkat/ansambel gamelan yang bila ditilik dari segi umurnya ada yang sudah
berusia ratusan tahun yang merupakan peninggalan dari zaman kerajaan Bali dan
ada pula buatan akhir-akhir ini pada abad ke-20. Ada gambelan yang hanya
mengiringi upacara sajaa, tentu ada ansambel-ansambel yang berfungsi sebagai
pengiring tarian-tarian, baik tari lepas, tari lakon, maupun sendratari.
Sampai sekarang secara tradisi dapat diikuti bahwa beberapa jenis gambelan
mempunyai fungsi sebagai berikut.
1.
Gong
Gede disamping ditabuh secara instrumental sebagai
pengiring suatu upacara agama, berfungsi pula sebagao pengirinh berbagai jenis
ari baris gede yang digolongkan tari wali (dewayadnya),
2.
Angklung untuk pengiring upacara pitrayadnya (orang meninggal, ngaben, mukur,
dan sebagainya),
3.
Gambang pada umumnya untuk mengiringi Upacara ngaben, kecuali di daerah
Karangasem yang berfungsi pula di dalam Dewayadnya,
4.
Gender
Wayang dan Semara Pegulingan pada umumnya berfungsi
mengiringi upacara Manusiayadnya (ualang tahun, Potong gigi, perkawinan),
5. Balaganjur/Paleganjur di samping berfungsi sebagai pengiring upacara mecaru
(buthayadnya) juga untuk Dewayadnya.
I. Makanan Khas Masyarakat Bali
1. Ayam Betutu adalah
lauk yang terbuat dari ayam atau bebek yang utuh yang berisi bumbu, kemudian
dipanggang dalam api sekam. Betutu ini telah dikenal di seluruh kabupaten di
Bali. Salah satu produsen betutu adalah desa Melinggih, kecamatam payangan
kabupaten Gianyar. Ayam betutu juga merupakan makanan khas Gilimanuk. Betutu
digunakan sebagai sajian pada upacara keagamaan dan upacara adat serta sebagai
hidangan dan di jual.
2. Srombotan adalah sayuran khas Klungkung Bali, terbuat dari sayur buah botor muda
atau paku, toge, kobis yang dimasak setengah matang. kemudian diberi bumbu
disebut kalas yang terdiri dari santan yang diberi tumbukan kunyit, lengkuas,
bawang merah dan bawang putih, ketumbar dan sedikit kencur.
3. Nasi jenggo (atau nasi jinggo)
adalah makanan khas Bali yang serupa dengan nasi kucing, namun lauk disediakan
sangat berbeda, umumnya adalah mie goreng, sambal, serundeng, dan ayam yang disuwir-suwir pedas. Namun nasi jenggo dapat
ditambahkan dengan telur, tempe, dan tahu. Nasi jenggo umumnya dibungkus dengan
daun pisang.
4. Sate susu yang memang menjadi makanan khas
kampung jawa terutama saat ramadan. Sate susu ini rasanya tidak seperti sate
yang banyak kita temukan di jawa atau dimana-mana seperti sate madura atau sate
klatak yang ada di jogja. Selain karena bahan dasar yang di gunakan berbeda,
bumbu dan cara memasaknya juga berbeda. Dan karena sate susu ini berada di
kampung jawa yang memang mayoritas penduduknya berasal dari jawa maka bisa
dibilang rasa sate susu ini adalah perpaduan masakan jawa dan bali.
5. Jaja Bali adalah kue-kue basah ala Bali. Rasa kuee di Bali itu
cenderung manis, selain suka pedas lidah orang Bali suka manis. Dari deretan
kue-kue basah yang cukup terkenal di Bali, misalnya laklak, kelepon, dan bulung
biasanya selalu menawarkan rasa manis. Orang Bali biasa membuat pemanisnya dari
gula kelapa atau mereka menyebutnya dengan gula Bali.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pulau Bali
atau yang sering disebut Pulau Dewata ini merupakan Pulau yang terkenal hingga
penghujung dunia. Bali yang sangat terkenal dengan keindahan alam yang
dimiliki. Pulau Bali yang termasuk bagian dari Kepulauan Sunda Kecil ini
beribukota di Denpasar, dan secara geografis terletak pada 8° LS dan 115°
BT. Daerah ini pun memiliki iklim yang teropis seperti daerah Indonesia
lainnya. Secara geografis provinsi Bali berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur
dan Selat Bali di sebelah barat, Laut Bali di sebelah utara, Samudera Hindia di
sebelah selatan, serta Selat Lombok di bagian sebelah timur.
Suku bangsa
yang terdapat di Pulau Bali terbagi menjadi dua yaitu suku Bali Aga yang
merupakan penduduk asli Bali, kebanyakan dari mereka tinggal di daerah Trunyan.
Kemudian Suku Bali Mojopahit yang merupakan Bali Hindu atau Bali keturunan dari
kerajaan Mojopahit. Kebudayaan Bali dapat dikatakan masih khas atau asli karena
masyarakatnya sangat memegang teguh budaya dari nenek moyang mereka dan belum
terpengaruh oleh budaya lain.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka
penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Brosur Mutiara Wisata. 2007. Pedoman Penyusun Karya Tulis Siswa SMA
Negeri 3 Pemalang. Pemalang.
Astika, Ketut Sudhana. 1999. Analisis Kebudayaan.
Jakarta : Depdikbud.
Tim Antropologi. 1996. Panduan Belajar Antropologi
kelas 3 SMU. Jakarta: Yudhistira.
Post a Comment for "Kebudayaan masyarakat Bali"