Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kebudayaan masyarakat Bali

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pulau Bali atau yang sering disebut Pulau Dewata ini merupakan Pulau yang terkenal hingga penghujung dunia. Bali yang sangat terkenal dengan keindahan alam yang dimiliki. Pulau Bali yang termasuk bagian dari Kepulauan Sunda Kecil ini beribukota di Denpasar, dan secara geografis terletak pada  8° LS dan 115° BT. Daerah ini pun memiliki iklim yang teropis seperti daerah Indonesia lainnya. Secara geografis provinsi Bali berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur dan Selat Bali di sebelah barat, Laut Bali di sebelah utara, Samudera Hindia di sebelah selatan, serta Selat Lombok di  bagian sebelah timur.
Tempat-tempat wisata yang sering dikunjungi selain kota Denpasar sendiri yaitu Ubud sebagai pusat seni yang terletak di Kabupaten Gianyar yang merupakan dataran tinggi di pulau ini. Sedangkan Kuta, Sanur, Seminyak, dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang menjadi tempat tujuan pariwisata, baik wisata pantai maupun hanya tempat untuk para wisatawan beristirahat.
Suku bangsa yang terdapat di Pulau Bali terbagi menjadi dua yaitu suku Bali Aga yang merupakan penduduk asli Bali, kebanyakan dari mereka tinggal di daerah Trunyan. Kemudian Suku Bali Mojopahit yang merupakan Bali Hindu atau Bali keturunan dari kerajaan Mojopahit. Kebudayaan Bali dapat dikatakan masih khas atau asli karena masyarakatnya sangat memegang teguh budaya dari nenek moyang mereka dan belum terpengaruh oleh budaya lain.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah tradisi atau adat istiadat Masyarakat Bali?
2.      Bagaimanakah bahasa Masyarakat Bali?
3.      Bagaimanakah kepercayaan/ agama masyarakat Bali?
4.      Bagaimanakah kebiasaan masyarakat Bali?
5.      Bagaimana sistem pencaharian masyarakat Bali?
6.      Bagaimana sistem pengetahuan masyarakat Bali?
7.      Bagaimanakah  sistem kekerabatan masyarakat Bali?
8.      Bagaimana kesenian masyarakat Bali?
9.      Apakah makanan khas masyarakat Bali?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Tradisi Atau Adat Istiadat Masyarakat Bali
1.      Upacara 3 Bulanan dan Otonan
Symbol (niyasa) yang digunakan dalam upacara Tiga Bulanan : Regek yaitu anyaman 108 helai daun kelapa gading berbentuk manusia, sebagai symbol Nyama Bajang; Papah yaitu pangkal batang daun kelapa gading sebagai symbol ari-ari, Pusuh yaitu jantung pisang sebagai symbol getih (darah), Batu sebagai symbol yeh-nyom, Blego sebagai symbol lamas, ayam sebagai symbol atma, sebuah periuk tanah yang pecah sebagai symbol kandungan yang sudah melahirkan bayi, lesung batu sebagai symbol kekuatan Wisnu, pane symbol Windu (Hyang Widhi), air dalam pane symbol akasa, tangga dari tebu kuning sepanjang satu hasta diberi palit (anak tangga) tiga buah dari kayu dapdap symbol Smara-Ratih (Hyang Widhi yang memberi panugrahan kepada suami-istri).
Upacara otonan lebih sederhana dari tiga bulanan, karena tujuannya mengucapkan syukur kepada Hyang Widhi atas karunia berupa panjang umur, serta mohon keselamatan dan kesejahteraan. Yang diragukan oleh ortu anda, mungkin masalah tirta dari Sanggah Pamerajan ketika upacaranya di Jakarta. Jika upacara di Jakarta sudah seperti diatas, atau mendekati seperti itu, sudah cukup. Nanti di Bali dibuatkan tataban di Sanggah pamerajan yang dinamakan upacara "mapinton" yaitu memperkenalkan dan melaporkan kelahiran si bayi kepada roh leluhur yang distanakan di Sanggah Pamerajan. Namun jika ortu berkeras juga mau mengadakan upacara tiga bulanan dan otonan, sebaiknya turuti saja, karena beliau mungkin ingin mencurahkan kasih sayangnya kepada cucunya. Nah dengan demikian anda kan juga berbhakti kepada ortu dan membuat beliau senang, asal saja biayanya terjangkau.

2.      Upacara Adat Kematian
Tata cara menurut Upacara Agama Hindu dan Tata Cara Nasional.
Tata Cara Menurut Agama Hindu.
Perawatan Jenazah :
Terlebih dahulu jenazah harus dimandikan dengan air tawar yang bersih dan sedapat mungkin dicampur dengan wangi- wangian. Setelah itu diberi secarik kain putih untuk menutupi bagian muka wajah dan bagian alat kelaminnya. Kemudian barulah diberi pesalin dengan kain atau baju yang baru (bersih), rambutnya dirapikan (perempuan : rambutnya digulung sesuai dengan arah jarum jam), posisi tangan dengan sikap "menyembah" ke bawah. Setelah itu dibungkus dengan kain putih.
Pada saat membungkus jenazah tersebut supaya diperhatikan hal- hal sebagai berikut : Bila jenazah itu laki- laki maka lipatan kainnya: yang kanan menutupi yang kiri, dan bila perempuan maka lipatan kainnya: yang kiri menutupi yang kanan. Setelah terbungkus rapi ikatlah bagian ujung (kepala dan kaki) serta bagian tengah jenazah yang bersangkutan dengan benang atau sobekan kain pembungkus tadi. Setelah selesai perawatan di atas, barulah jenazah tersebut disemayamkan di tempat yang telah ditetapkan.

Tata Cara Pelaksanaan Upacara.
Tata cara upacara yang mungkin dapat dilaksanakan adalah upacara darurat yang dalam hal ini harus dipimpin oleh seseorang yang beragama Hindu yang ada dalam kapal/ tempat tersebut yaitu : Paling tidak ada sebuah "punjung" atau hidangan yang materinya terdiri dari: sepiring nasi dilengkapi, dengan. lauk pauk seadanya, air minum, air wijikan, rokok dan lain- lain sebagaimana santapan biasa. Pimpinan upacara menyuguhkan mendiang untuk menikmati punjung/ hidangan tersebut disertai dengan ucapan bahasa sehari- hari: Catatan: Punjung/ hidangan disuguhkan di sebelah kanan jenazah yakni di antara leher dan pusarnya.
Selanjutnya pimpinan upacara mohon persaksian (sembahyang) yang kalau situasi memungkinkan agar memakai sarana dupa (api) ke hadapan Bhatara Surya (Sang Hyang Widhi/ Tuhan) dan ke hadapan Bhatara Baruna. Akhirnya jenazah tersebut supaya dititipkan ke hadapan ibu Pertiwi. Bila nanti oleh keluarga yang bersangkutan berniat untuk mengabenkannya, cukup ngendag dari setra (kuburan) dan pengulapan di marga tiga (simpang tiga).
Kemudian tibalah saatnya menurunkan jenazah ke tengah laut yang disertai dengan pesan seperlunya. Posisi jenazah pada saat diturunkan ke tengah laut kepalanya supaya mengarah pada matahari terbit. Pada saat ini diikuti dengan penghormatan terakhir oleh segenap hadirin, kalau mungkin disertai dengan taburan bunga.

Tata Cara Nasional.
Suatu kemungkinan dapat terjadi bahwa di tempat kejadian atau kapal tempat umat Hindu yang meninggal tersebut tidak terdapat umat Hindu lainnya yang masih hidup, yang dapat bertindak selaku pimpinan upacara maka tata upacara penyelesaiannya dengan ketentuan yang berlaku.

B.     Bahasa Masyarakat Bali
Bahasa Bali adalah sebuah bahasa yang berasal dari rumpun bahasa Austronesia, Malayo-Polinesia, Melayu-Sumbawa, Bahasa Bali-Sasak-Sumbawa, Bali. Bahasa ini digunakan di pulau Bali, pulau Lombok bagian barat, dan sedikit di ujung timur pulau Jawa.Bahasa Bali memiliki tingkatan dalam penggunaannya, yaitu Bali Alus, Bali Madya dan Bali Kasar. Bali halus dipergunakan dalam lingkup formal misalnya dalam pertemuan di tingkat desa adat, atau antara orang berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi. Bali madya dipergunakan di tingkat masyarakat menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang kasar dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau antara bangsawan dengan abdi dalemnya, Di Lombok bahasa Bali terutama dipertuturkan di sekitar kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa bahasa Bali terutama dipertuturkan di beberapa desa di kabupaten Banyuwangi. Bahasa Bali dipertuturkan oleh kurang lebih 4 juta jiwa.
Aksara Bali adalah aksara tradisional masyarakat Bali  dan berkembang di Bali. Aksara Bali merupakan suatu abugida yang berpangkal pada huruf Pallawa . Aksara ini mirip dengan aksara Jawa . Perbedaannya terletak pada lekukan bentuk huruf.Aksara Bali berjumlah 47 karakter, 14 di antaranya merupakan huruf vokal (aksara suara). Huruf konsonan (aksara wianjana) berjumlah 33 karakter. Aksara wianjana Bali yang biasa digunakan berjumlah 18 karakter. Juga terdapat aksara wianjana Kawi  yang digunakan pada kata-kata tertentu, terutama kata-kata yang dipengaruhi bahasa Kawi  dan Sanskerta .Meski ada aksara wianjana Kawi yang berisi intonasi nada tertentu, pengucapannya sering disetarakan dengan aksara wianjana Bali. Misalnya, aksaradirgha (pengucapan panjang) yang seharusnya dibaca panjang, seringkali dibaca seperti aksarahresua (pengucapan pendek).


C.    Kepercayaan/ Agama Masyarakat Bali
Mayoritas masyarakat bali adalah beragama Hindu. Dalam kehidupan beragama, masyarakat bali yang beragama Hindu percaya adanya satu tuhan dalam bentuk Trimurti yang Esa yaitu Brahmana (yang menciptakan), Wisnu (yang melindung dan memelihara), dan siwa (yang merusak). Selain itu masyarakat bali juga percaya kepada berbagai Dewa yana lain yang kedudukannya yang lebih rendah dari Trimurti, seperti dewa Wahyu (dewa angin), dan Dewa Indra (dewa perang). Agama Hindu di Bali juga mempercayai adanya roh abadi (Otman), buah dari setiap perbuatan (Karmapala), kelahiran kembali dari jiwa (Punarbawa) dan kebebasan jiwa (moksa), semua ajaran-ajaran itu berada di kitab Wedha.
Tempat untuk melakukan persembahyangan (ibadah) agama Hindu di Bali dinamakan Pura atau Sangeh. Tempat ibadah ini berupa sekelompok bangunan-bangunan suci yang sifatnya berbeda-beda. Ada yang bersifat umum seperti Pura desa dan ada yang sifatnya khusus yaitu Pura keluarga. Di bali terdapat beribu-ribu pura atau sangeh yang masing-masing pura tersebut mempunyai hari upacara (hari perayaan) tertentu sesuai denga perayaan leluhur mereka yang telah ditentukan oleh sistem tanggalanya sendiri-sendiri.
Upacara tradisional khas Bali yang mempunyai daya tarik bagi wisatawan adalah upacara Ngaben. Ngaben adalah upacara pembalkaran mayat di Bali. Dengan demikian, setiap orang yang sudah meninggal tidak cikubur melainka dibakar. Upacara  ini memerlukan biaya yang cukup besar, dan biasanya dilakukan oleh orang-orang yang mampu saja. Sebalum dibakar terlebih dahulu orang yang meninggal diletakan di sebuah tandu panjang (seperti keranda), kemudian dibawa ketempat pembakaran. Tandu ini biasanya diangkat oleh empat sampai delapan orang yang merupakan kerabat atau saudara dekat dari orang yang meninggal. Dalam perjalanan pengiring mengucapkan puji-pujian dan nyanyian sebagai pemujaan yang dipimpin oleh pemangku setelah sampai di tempat pembakaran, sebelum masuk pintu, tandu tersebut diputar-putar sebanyak tiga kali, sebagai tanda penghormatan dan izin untuk memasuki tempat pembakaran. Setelah dibakar, kemudian abu tersebut di buang kelaut, ada juga yang disimpan di tempat khusus. Selain upacara Ngaben, ada juga upacara lain seperti upacara hariraya Nyepi, Ngebak Geni, Hari Raya Kuningan, Hari raya Galungan, dll. Keseluruhan upacara di bali dapart di kelompokan sebagai berikut:
1.      Manusia Nyadan, yaitu upacara siklus dari anak-anak sampai dewasa
2.      Putra Nyadan, yaitu upacara untuk roh-roh
3.      Dewa Nyadan, yaitu upacara pembesaran
4.      Buta Nyadan, yaitu upacara yang ditunjukan untuk roh-roh jahat

D.    Kebiasaan Masyarakat Bali
Pulau bali adalah salah satu dari sekian banyak pulau-pulau di Indonesia yang mempunyai kekayaan budaya dan mampu memeliharanya walaupun era globalisasi dengan segala dampaknya menerjang dengan intensitas yang tinggi, namun Bali yang dijuluki surganya wisata. Masyarakatnya tetap konsisten dengan budayanya sendiri yang sudah diwariskan oleh nenek moyangnya dari berbagai generasi. Walaupun Pulau Bali dikunjungi oleh wisatawan dari dalam negeri maupun manca Negara dimana tidak menutup kemungkinan terselipnya pola hidup barat disekitarnya, namun kehidupan masyarakat Bali dan kultur budayanya tak mengalami pergeseran. 
Pola kehidupan masyarakat Bali sangat rigid dan terikat pada norma-norma baik agama maupun sosial. Dalam konteks norma agama misalnya, setiap pemeluk Hindu Bali wajib untuk melaksanakan sembahyang atau pemujaan pada pura tertentu diwajibkan pada satu tempat tinggal bersama dalam komunitas, dalam kepemilikan tanah pertanian diwajibkan dalam satu subak tertentu, diwajibkan dalam status sosial berdasarkan warna, pada ikatan kekerabatan diwajibkan menurut prinsip patrilineal.

E.     Mata Pencaharian Masyarakat Bali
Mata pencarian penduduk beranekaragam yang meliputi pekerjaan sebagai petani, pengerajin, pedagang dan berbagai jasa khususnya bidang kepariwisataan. Pertanian merupakan mata pencarian pokok masyarakat dan sebagian besar masyarakat bali adalah petani. Jenis pertanian meliputi pertanian sawah dan perkebunan. Didalam system pertanian di bali subak memegang peranan yang sangat penting. Saat ini di Bali terdapat sekitar 1.482 subak dan subak abian sekitar 698. Subak merupakan satu kesatuan ekonomi, social dan keagamaan.
Subak adalah organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali, Indonesia . Subak ini biasanya memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik, atau Pura Bedugul, yang khusus dibangun oleh para petani dan diperuntukkan bagi dewi kemakmuran dan kesuburan dewi Sri. Sistem pengairan ini diatur oleh seorang pemuka adat yang juga adalah seorang petani di Bali. Revolusi hijau telah menyebabkan perubahan pada sistem irigasi ini, dengan adanya varietas padi yang baru dan metode yang baru, para petani harus menanam padi sesering mungkin, dengan mengabaikan kebutuhan petani lainnya. Ini sangatlah berbeda dengan sistem Subak, di mana kebutuhan seluruh petani lebih diutamakan. Metode yang baru pada revolusi hijau menghasilkan pada awalnya hasil yang melimpah, tetapi kemudian diikuti dengan kendala-kendala seperti kekurangan air, hama dan polusi akibat pestisida baik di tanah maupun di air. Akhirnya ditemukan bahwa sistem pengairan sawah secara tradisional sangatlah efektif untuk menanggulangi kendala ini.
Subak telah dipelajari oleh Clifford Geertz , sedangkan J. Stephen Lansing telah menarik perhatian umum tentang pentingnya sistem irigasi tradisional. Ia mempelajari pura- pura di Bali, terutama yang diperuntukkan bagi pertanian, yang biasa dilupakan oleh orang asing. Pada tahun 1987 Lansing bekerja sama dengan petani-petani Bali untuk mengembangkan model komputer sistem irigasi Subak. Dengan itu ia membuktikan keefektifan Subak serta pentingnya sistem ini. Pada tahun 2012 ini UNESCO, mengakui Subak (Bali Cultur Landscape), sebagai Situs Warisan Dunia ,pada sidang pertama yang berlangsung di Saint Petersburg, Rusia.

F.     Sistem Pengetahuan Masyarakat Bali
Banjar atau bisa disebut sebagai desa adalah suatu bentuk kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan wilayah, kesatuan sosial disebut diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara keagamaan. Banjar dikepalai oleh klian banjar yang bertugas sebagai menyangkut segala urusan dalam lapangan kehidupan sosial dan keagamaan, tetapi sering kali juga harus memecahkan soal-soal yang mencakup hukum adat tanah dan hal-hal sifatnya administrasi pemerintahan. 
Masyarakat bali telah mengenal dan berkembang sistem pengairan yaitu sistem subak yang mengatur pengairan dan penanaman di sawah-sawah. Dan mereka juga sudah mengenal arsitektur yang mengatur tata letak ruangan dan banguanan yang menyerupai bangunan feng shui. Arsitektur merupakan ungkapan perlambang komunikatif dan edukatif. Bali juga memiliki senjata tradisional yaitu salah satunya kris. Selain untuk membela diri menurut kepercayaan bila kris pusaka di rendam dalam air putih dapat menyembuhkan orang yang terkena gigitan binatang berbisa. 


G.    Sistem Kekerabatan Masyarakat Bali
Perkawinan merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan manusia, demikian juga dengan masyarakat bali yang memperoleh hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sebagai warga masyarakat, untuk melakukan perkawinan. Menurut ajaran adat lama yang banyak dipemgaruhi oleh sistem klan-klan (dadra) dan sistem kasta (wangsa), perkawinan dilakukan antara warga se-klan atau antara warga yang sianggap sederajat dalam kasta. Sementara perkawinan yang dianggap pantangan adalah perkawinan Bentukar (makadengan ngad) yaitu perkawinan antara perempuan suami dengan saudara laki-laki istri, perkawinan ini dianggap pantangan karena menurut kepercayaan dapat mendatangkan bencana. Selain itu, perkawinan pantangan lain yang merupakan dosa besar adalah perkawinan antara seseorang dengan anaknya, seseorang dengan saudara kandungnya atau saudara tirinya dan antara seseorang dengan anak dari saudara perempuan maupun laki-lakinya.
Pada umumnya pemuda di bali dapat memperoleh seorang istri dengan dua cara yaitu cara memina kepada keluarga si gadis atau dengan melarikan sigadis.kedua cara tersebut merupakan adat-adat perkawinan di bali. Kedua cara tersebut dilakukan dengan melakukan kunjungan resmi dari keluarga si pemuda kepada si gadis, guna meminang si gadis atau dengan memberitahukan kepada keluarga si gadis bahwa si gadis telah di bawa lari untuk di kawinkan. Kemudian diadakan upacara perkawinan dan kunjunga resmi dari keluarga si pemuda kerumah orang  tua si gadis untuk meminta diri kepada roh nenek moyang si gadis.
Setelah menikah, biasanya pasangan suami istri baru menetap di kompleks perumahan dari orang tua si suami. Tetapi tidak sedikit suami istri baru menetap di rumah baru. Sebaliknya ada pula suatu adat perkawinan dimana pasangan suami istri baru menetap di kompleks perumahan keluarga si istri.



H.    Sistem Kesenian Masyarakat Bali
Sistem kesenian di bali antara lain tari-tarian Bali, rumah adat dan pakaian adat bali. Tari-tarian Bali seperti tari Legong dan tari Kecak sanat disukai oleh wisatawan. Tari Legomg merupakan tari yang menceritakan kisah cinta raja Lasem, sementara tari Kecak mengiahkan tentang Bola Tantra Kera Hanoman dan Sugriwa.
Beberapa rumah adat di bali antara lain gapura candi Bentar yang merupakan pintu masuk istana raja. Balai Bengong yaitu tempat peristirahatan raja beserta kori Babetelan yaitu pintu masukuntuk upacara keluarga.
Pakaian adat bali pria adalah ilat kepala (destar) kain songket Saput dan sbilah Keris yang diselipkan kepinggang bagian belakang. Sedangkan untuk wanita umumnya menggunakan dua helai kain songket, stangen Songket dan selendang, serta memakai hiasan bunga emas da bunga kamboja.
Di Bali terdapat berbagai jenis perangkat/ansambel gamelan yang bila ditilik dari segi umurnya ada yang sudah berusia ratusan tahun yang merupakan peninggalan dari zaman kerajaan Bali dan ada pula buatan akhir-akhir ini pada abad ke-20. Ada gambelan yang hanya mengiringi upacara sajaa, tentu ada ansambel-ansambel yang berfungsi sebagai pengiring tarian-tarian, baik  tari lepas, tari lakon, maupun sendratari. Sampai sekarang secara tradisi dapat diikuti bahwa beberapa jenis gambelan mempunyai fungsi sebagai berikut.
1.      Gong Gede disamping ditabuh secara instrumental sebagai pengiring suatu upacara agama, berfungsi pula sebagao pengirinh berbagai jenis ari baris gede yang digolongkan tari wali (dewayadnya),
2.      Angklung untuk pengiring upacara pitrayadnya (orang meninggal, ngaben, mukur, dan sebagainya),
3.      Gambang pada umumnya untuk mengiringi Upacara ngaben, kecuali di daerah Karangasem yang berfungsi pula di dalam Dewayadnya,
4.      Gender Wayang dan Semara Pegulingan pada umumnya berfungsi mengiringi upacara Manusiayadnya (ualang tahun, Potong gigi, perkawinan),
5.      Balaganjur/Paleganjur di samping berfungsi sebagai pengiring upacara mecaru (buthayadnya) juga untuk Dewayadnya.



I.       Makanan Khas Masyarakat Bali
1.      Ayam Betutu adalah lauk yang terbuat dari ayam atau bebek yang utuh yang berisi bumbu, kemudian dipanggang dalam api sekam. Betutu ini telah dikenal di seluruh kabupaten di Bali. Salah satu produsen betutu adalah desa Melinggih, kecamatam payangan kabupaten Gianyar. Ayam betutu juga merupakan makanan khas Gilimanuk. Betutu digunakan sebagai sajian pada upacara keagamaan dan upacara adat serta sebagai hidangan dan di jual.
2.      Srombotan adalah sayuran khas Klungkung Bali, terbuat dari sayur buah botor muda atau paku, toge, kobis yang dimasak setengah matang. kemudian diberi bumbu disebut kalas yang terdiri dari santan yang diberi tumbukan kunyit, lengkuas, bawang merah dan bawang putih, ketumbar dan sedikit kencur.
3.      Nasi jenggo (atau nasi jinggo) adalah makanan khas Bali yang serupa dengan nasi kucing, namun lauk disediakan sangat berbeda, umumnya adalah mie goreng, sambal, serundeng, dan ayam yang disuwir-suwir pedas. Namun nasi jenggo dapat ditambahkan dengan telur, tempe, dan tahu. Nasi jenggo umumnya dibungkus dengan daun pisang.
4.      Sate susu yang memang menjadi makanan khas kampung jawa terutama saat ramadan. Sate susu ini rasanya tidak seperti sate yang banyak kita temukan di jawa atau dimana-mana seperti sate madura atau sate klatak yang ada di jogja. Selain karena bahan dasar yang di gunakan berbeda, bumbu dan cara memasaknya juga berbeda. Dan karena sate susu ini berada di kampung jawa yang memang mayoritas penduduknya berasal dari jawa maka bisa dibilang rasa sate susu ini adalah perpaduan masakan jawa dan bali.
5.      Jaja Bali adalah kue-kue basah ala Bali. Rasa kuee di Bali itu cenderung manis, selain suka pedas lidah orang Bali suka manis. Dari deretan kue-kue basah yang cukup terkenal di Bali, misalnya laklak, kelepon, dan bulung biasanya selalu menawarkan rasa manis. Orang Bali biasa membuat pemanisnya dari gula kelapa atau mereka menyebutnya dengan gula Bali.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pulau Bali atau yang sering disebut Pulau Dewata ini merupakan Pulau yang terkenal hingga penghujung dunia. Bali yang sangat terkenal dengan keindahan alam yang dimiliki. Pulau Bali yang termasuk bagian dari Kepulauan Sunda Kecil ini beribukota di Denpasar, dan secara geografis terletak pada  8° LS dan 115° BT. Daerah ini pun memiliki iklim yang teropis seperti daerah Indonesia lainnya. Secara geografis provinsi Bali berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur dan Selat Bali di sebelah barat, Laut Bali di sebelah utara, Samudera Hindia di sebelah selatan, serta Selat Lombok di  bagian sebelah timur.
Suku bangsa yang terdapat di Pulau Bali terbagi menjadi dua yaitu suku Bali Aga yang merupakan penduduk asli Bali, kebanyakan dari mereka tinggal di daerah Trunyan. Kemudian Suku Bali Mojopahit yang merupakan Bali Hindu atau Bali keturunan dari kerajaan Mojopahit. Kebudayaan Bali dapat dikatakan masih khas atau asli karena masyarakatnya sangat memegang teguh budaya dari nenek moyang mereka dan belum terpengaruh oleh budaya lain.

B.     Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Brosur Mutiara Wisata. 2007. Pedoman Penyusun Karya Tulis Siswa SMA Negeri 3 Pemalang. Pemalang.
Astika, Ketut Sudhana. 1999. Analisis Kebudayaan. Jakarta : Depdikbud.
Tim Antropologi. 1996. Panduan Belajar Antropologi kelas 3 SMU. Jakarta:   Yudhistira.


Post a Comment for "Kebudayaan masyarakat Bali"