Kerajaan Bali dan Majapahit
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerajaan Bali terletak pada sebuah Pulau
kecil yang tidak jauh dari daerah Jawa Timur. Dalam perkembangan sejarahnya,
Bali mempunyai hubungan erat dengan Pulau Jawa. Karena letak pulau itu
berdekatan, maka sejak zaman dulu mempunyai hubungan yang erat. Bahkan ketika
Kerajaan Majapahit runtuh, banyak rakyat Majapahit yang melarikan diri dan
menetap di sana. Sampai sekarang ada kepercayaan bahwa sebagian dari masyarakat
Bali dianggap pewaris tradisi Majapahit. Bali adalah tempat berkembangnya agama
Hindu dan Hampir seluruh Masyarakatnya menjadi penganutnya. Agama Hindu di Bali
mulai tumbuh dan berkembang sejak abad ke – 8, bersamaan dengan pertumbuhan
agama Hindu di Jawa Tengah, Agama Hindu banyak pengaruhnya terhadap kebudayaan
setempat, juga terhadap sistem pemerintah.
Majapahit adalah sebuah
kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia yang pernah berdiri dari
sekitar tahun 1293 hingga1550 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya
menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada
masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga1389. Kerajaan Majapahit adalah
kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah
satu dari negara terbesar dalam sejarah Menurut Negarakertagama, kekuasaannya
terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung, Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia
timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.
BAB II
PEMBAHASAN
KERAJAAAN
BALI
A. Letak
Kerajaan Bali
Kerajaan Bali merupakan sebuah kerajaan yang
terletak di sebuah pulau kecil yang tak jauh dari Jawa Timur dengan
nama yang sama. Kerajaan Bali umumnya bercorak agama Hindu. Dalam perkembangan
sejarahnya, Bali mempunyai hubungan erat dengan Pulau Jawa karena
letak kedua pulau ini berdekatan.
Bahkan ketika Kerajaan Majapahit runtuh,
banyak rakyat Majapahit yang
melarikan diri dan menetap disana. Sampai sekarang ada kepercayaan bahwa sebagian
dari masyarakat Bali dianggap sebagai pewaris tradisi Majapahit. Bali yang
dikenal sebagai “Pulau Dewata” pada zaman duhulu kala, sebelum kedatangan
majapahit terdapat sebuah kerajaan yang muncul pertama kali di bali yaitu
sekitar 914 M yang diketahui dari sebuah prasasti yang ditemukan di desa
blanjong dekat Sanur yang memiliki pantai matahari terbit.
Prasasti itu berangka tahun 836 saka yang
menyebutkan nama rajanya “Khesari Warmadewa” memiliki istana yang ada di
Singhadwala. Khesari Warmadewa adalah Ugrasena pada tahun 915 M - 942 M. Setelah
meninggal, Abu dari jenasah dari raja Ugrasena dicandikan di Air Madatu, lalu
beliau digantikan oleh mahkota Jayasingha Warmadewa (960 M - 975 M). Dikatakan
bahwa raja Jayasingha membangun dua pemandian di desa Manukraya, yang letaknya
sekarang. Pusat Kerajaan Bali pertama di Singhamandawa. Raja pertama
Sri Ugranesa. Beberapa prasasti yang ditemukan tidak begitu jelas menggambarkan
bagaimana pergantian diantara 1 keluarga raja dengan keluarga raja yang
lain. Prasasti yang ditemukan di Jawa Timur hanya menerangkan bahwa Bali pernah
dikuasaiSingasari pada abad ke – 10 & Majapahit abad ke – 14.
B. Penyebab
Kejayaan
1. Naik
tahtanya Dharmodayana. Pada masa pemerintahnnya, system pemerintahan Kerajaan
Bali semakin jelas.
2. Perkawinan
antara Dharma Udayana dengan Mahendradata yang merupakan putri dari raja
Makutawangsawardhana dari Jawa Timur, sehingga kedudukan Kerajaan Bali semakin
kuat.
C. Penyebab
Kemunduran
Dikisahkan seorang raja
Bali yang saat itu bernama Raja Bedahulu atau yang dikenal dengan nama
Mayadenawa yang memiliki seorang patih yang sangat sakti yang bernama Ki Kebo
Iwa. Kedatangan Gadjah Mada dari kerajaan majapahit ke Bali adalah ingin
menaklukan Bali di bawah pimpinan Kerajaan Majapahit, namun karena tidak mampu
patih Majapahit itu mengajak Ki Kebo Iwa ke jawa dan disana disuruh membuat
sumur dan setelah sumur itu selesai Ki Kebo Iwa di kubur hidup-hidup dengan
tanah dan batu namun dalam lontar Bali Ki Kebo Iwa tidak dapat dibunuh dengan
cara yang mudah seperti itu. Tanah dan batu yang dilemparkan ke sumur balik
dilemparkan ke atas. Pada akhirnya dia menyerahkan diri sampai ia merelakan
dirinya untuk dibunuh baru dia dapat dibunuh. Setelah kematian Ki Kebo Iwa,
Bali dapat ditaklukan oleh Gadjah Mada pada tahun 1343.
1. Patih Kebo Iwa yang berhasil dibujuk untuk pergi ke
Majapahit, sesampainya di Majapahit Kebo Iwa dibunuh.
2. Patih Gajah Mada yang berpura-pura menyerah dan minta
diadakan perundingan di Bali, lalu ia menangkap raja Bali yaitu Gajah Waktra
sehingga kerajaan Bali berada di bawah kekuasaan Majapahit.
D. Peninggalan Kerajaan Bali
Di Bali hanya ditemukan sebuah kitab
yang memuat cerita tradisional Bali yang dapat dijadikan sebagai sumber sejarah, yakni kitab Usana
Bali. Di dalam prasasti-prasasti sebelum Raja Anak Wungsu, di sebut-sebut jenis
kesenian yang ada pada masa itu. Pada masa pemerintahan Raja Anak Wungsu
dikenal dua kelompok kesenian yaitu Seni
Kraton dan Seni Rakyat.
Seni Kraton dan Seni rakyat ini hanyalah nama pengelompokannya saja, mengingat dalam
praktiknya masing-masing terbuka untuk dilihat oleh siapa saja.
Prasasti
Bali yang tertua berangka tahun 804 S (882 M), Prasasti berangka tahun 818 S
(896 M) dan 883 S (911 M), Prasasti yang ditemukan di desa Blanjong, dekat
Sanur *Permukaan prasasti ditulis sebagian dengan huruf Nagari (huruf India)
dan sebagian dengan huruf Bali, dari bangsa asing kitab sejarah dinasti Tang.
KERAJAAN MAJAPAHIT
A.
Sejarah
Berdirinya Majapahit
Peta
wilayah kekuasaan Majapahit berdasarkan Nagarakertagama; keakuratan wilayah
kekuasaan Majapahit menurut penggambaran orang Jawa masih diperdebatkan.
Pada saat terjadi serangan
Jayakatwang, Raden Wijaya bertugas menghadang bagian utara, ternyata serangan
yang lebih besar justru dilancarkan dari selatan. Maka ketika Raden Wijaya
kembali ke Istana, ia melihat Istana Kerajaan Singasari hampir habis dilalap
api dan mendengar Kertanegara telah terbunuh bersama pembesar-pembesar lainnya.
Akhirnya ia melarikan diri bersama sisa-sisa tentaranya yang masih setia dan
dibantu penduduk desa Kugagu. Setelah merasa aman ia pergi ke Madura meminta
perlindungan dari Aryawiraraja. Berkat bantuannya ia berhasil menduduki tahta,
dengan menghadiahkan daerah tarik kepada Raden Wijaya sebagai daerah
kekuasaannya. Ketika tentara Mongol datang ke Jawa dengan dipimpin Shih-Pi,
Ike-Mise, dan Kau Hsing dengan tujuan menghukum Kertanegara, maka Raden Wijaya
memanfaatkan situasi itu untuk bekerja sama menyerang Jayakatwang. Setelah
Jayakatwang terbunuh, tentara Mongol berpesta pora merayakan kemenanganya.
Kesempatan itu pula dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk berbalik melawan
tentara Mongol, sehingga tentara Mongol terusir dari Jawa dan pulang ke
negrinya. Maka tahun 1293 Raden Wijaya naik tahta dan bergelar Sri Kertajasa
Jayawardhana.
Arca Harihara,
dewa gabungan Siwa dan Wisnu sebagai penggambaran Kertarajasa. Berlokasi semula
di Candi Simping, Blitar, kini menjadi koleksi Museum Nasional Republik
Indonesia. Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan
paling kuat di Jawa. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti
Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi ke Singhasari yang
menuntut Uperi. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak
untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya
dan memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi
besar ke Jawa tahun 1293. Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah
menggulingkan dan membunuh Kertanegara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang
memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang
menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang membawa
surat berisi pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada
Jayakatwang. Jawaban dari surat diatas disambut dengan senang hati. Raden
Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa
baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja,
dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba,
Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang.
Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang
sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya
secara kalang-kabut karena mereka berada di negeri asing. Saat itu juga
merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat
pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang
asing.
Tanggal pasti
yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari
penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215
saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama
resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang
terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak
melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Pemberontakan
Ranggalawe ini didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi, Ra Jaran Waha, Ra
Lintang, Ra Tosan, Ra Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan dalam
Pararaton. Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan
konspirasi untuk menjatuhkan semua orang tepercaya raja, agar ia dapat mencapai
posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak
terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati.
Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.
B. Kejayaan Majapahit
Bidadari Majapahit yang anggun, arca cetakan emasapsara
(bidadari surgawi) gaya khas Majapahit menggambarkan dengan sempurna zaman
kerajaan Majapahit sebagai "zaman keemasan" nusantara. Hayam Wuruk,
juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389.
Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya,
Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih
banyak wilayah. Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan
Majapahit meliputi Sumatra, Semenajung Malaya, Kalimantan Sulawesi, kepulauan
Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) sebagian kepulauan Filipina.
Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan
Majapahit.
Namun demikian,
batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut
tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi
terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh
raja. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma
bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.
Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh
jalan diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan
politik, Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri
Kerajaan Sunda sebagai Permaisurinya. Pihak Sunda menganggap lamaran ini
sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga
dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan
dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sebagai peluang
untuk memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara
keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak
terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan
Sunda kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga
kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam. Tradisi menyebutkan bahwa sang putri
yang kecewa, dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh
diri untuk membela kehormatan negaranya. Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama
dalam naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali dan juga
naskah Carita Parahiyangan. Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi sama
sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama. Kakawin Nagarakretagama yang
disusun pada tahun 1365 menyebutkan budaya Keraton yang adiluhung, anggun, dan
canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem
ritual keagamaan yang rumit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sebagai
pusat mandala raksasa yang membentang dari Sumatra ke Papiua, mencakup
Semenanjung Malaya dan Maluku. Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara
masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi
pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya mencakup wilayah Jawa Timur
dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi luas,
pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka. Akan
tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas daerah
itu dapat mengundang reaksi keras.Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah
kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut untuk menumpas
pemberontakan di Palembang.
Meskipun
penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan
kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya
adalah mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan
Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai
memasuki kawasan ini.
C.
Jatuhnya
Majapahit
Sesudah
mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur
melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa
kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri
mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran
Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya
Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta. Perang saudara yang disebut
Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi
melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana,
semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara
ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang.
Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti
Ming yang dipimpin oleh laksamana Chaeng Ho, seorang jenderal muslim China,
tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun
1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab
di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tubah
dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa Wikramawardhana
memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang
memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana
dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat
dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia memerintah
hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhere Pamotan menjadi raja dengan
gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD.
Terjadi jeda
waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta. Girisawardhana, putra
Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan digantikan
oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap
Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja Majapahit. Ketika
Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai
memasuki Nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh
Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah
kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka,
mulai muncul di bagian barat Nusantara. Di bagian barat kemaharajaan yang mulai
runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka
yang pada pertengahan abad ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan
kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan
Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri
dari kekuasaan Majapahit. Sebuah tampilan model kapal Majapahit di Museum
Negara Malaysia, Kuala Lumpur Malaysia Singhawikramawardhana memindahkan ibu
kota kerajaan lebih jauh ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kediri)
dan terus memerintah di sana hingga digantikan oleh putranya Ranawijaya pada
tahun 1474. Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dan mempersatukan
kembali Majapahit menjadi satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun waktu
1474 hingga 1519 dengan gelar Girindrawardhana. Meskipun demikian kekuatan
Majapahit telah melemah akibat konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya kekuatan
kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa. Waktu berakhirnya Kemaharajaan
Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478 (tahun 1400 saka, berakhirnya
abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan berakhirnya suatu
pemerintahan) hingga tahun 1527. Dalam tradisi Jawa ada sebuah Kronogram atau
candasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini
konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu
tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah
kemakmuran bumi”. Namun demikian yang sebenarnya digambarkan oleh
candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit,
oleh Girindrawardhana. prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia
telah mengalahkan Kertabhumi dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri).
Peristiwa ini memicu perang antara Daha dengan Kesultanan Demak, karena
penguasa Demak adalah keturunan Kertabhumi.
Peperangan ini
dimenangi Demak pada tahun 1527. Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta,
dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini
kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak akibat
selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi. Dengan jatuhnya Daha
yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, kekuatan kerajaan Islam pada awal
abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit. Demak dibawah
pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah), diakui sebagai
penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak,
legitimasi Raden Patah karena ia adalah putra raja Majapahit Brawijaya V dengan
seorang putri China.
D. Peninggalan Kerajaan Majapahit
Arca
Emas
Arca ini menggambarkan Bidadari Majapahit yang
anggun. Arca cetakan emaspara ini (bidadari surgawi) gaya khas Majapahit
menggambarkan dengan sempurna zaman kerajaan Majapahit sebagai “zaman keemasan”
nusantara.
Uang
Gobog Majapahit
Benda yang zaman dahulu ini pernah digunakan sebagai
salah satu mata uang Kerajaan Majapahit ini terbuat dari tembaga. Di sisi depan
terdapat relief berupa gambar wayang, alat-alat persenjataan berbentuk cakra,
dan pohon beringin.
Candi Sukuh
Candi
ini digolongkan kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan karena
banyaknya obyek-obyek lingga dan yoni yang melambangkan seksualitas. Candi
Sukuh telah diusulkan ke UNESCO untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia
sejak tahun 1995.
Candi Cetho
Candi
Cetho merupakan sebuah candi bercorak agama Hindu peninggalan masa akhir
pemerintahan Majapahit (abad ke-15). Laporan ilmiah pertama mengenainya dibuat
oleh Van de Vlies pada 1842. A.J. Bernet Kempers juga melakukan penelitian
mengenainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerajaan Bali muncul pada abad ke 9 yang di
perintah oleh Raja Sri Kesariwarmadewa, Udayana dan anak Wungsu. Tahun 915 Raja
Bali Ugrasena berhasil membangun Kerajaan Bali dan berkembang dan serta
menjalin persahabatan Mataram, dan di tandai perkawinana Udayana Wamadewa
(956-1022) kawin dengan putri Makutawangsa Whardana yang bernama Mahendratta,
hubungan berlanjut setelah putra Udayana yang bernama Airlangga menikah dengan
putri Darmawangsa Tguh sampaia khirnya terjadi perlaya 1016. Karena diserang
oleh Raja Wurawari dari Wengker yang merupakan sekutu Sriwijaya. Pada masa pemerintahan
anak Wungsu (1049-1077) berhasil dibangun Candi Tampak Siring. Pengganti Anak
Wungsu, Jaya Sakti, Jayapangus dan Bedahulu adalah raja lemah dan akhirnya
ditaklukan oleh Gajah Mada dalam meluaskan KerajaanMajapahit.
Pada masanya
Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada.
Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak
wilayah. Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan
Majapahit meliputi Sumatra, Semenajung Malaya, Kalimantan Sulawesi, kepulauan
Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) sebagian kepulauan Filipina.
Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan
Majapahit.
B. Saran
Tiada sesuatupun yang sempurna di dunia ini, begitu juga
dengan makalah yang penulis susun ini juga masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran akan penulis terima dengan senang hati demi
melengkapi makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
Post a Comment for "Kerajaan Bali dan Majapahit"