Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Beternak kambing etawa

BAB I
PENDAHULUAN

          1.1 LATAR BELAKANG
Kambing perah sudah tidak  terasa asing bagi sebagian masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat Nusa Tenggara Barat. Namun kenyataannya, khasiat susu kambing ini telah disadari oleh sebagian masyarakat Indonesia berkhasiat dan dapat menyembuhkan beberapa penyakit seperti ashma, alergi, gangguan pencernaan, mencegah kanker, berfungsi untuk bahan kosmetik dan meningkatkan pertumbuhan tulang bagi anak-anak balita (Asih, 2004). Susu kambing ini masih sangat eksklusif karena ketersediaannya masih sangat terbatas, sehingga harganya menjadi relative lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi. Di Indonesia susu kambing dikonsumsi sebagai obat alternatif, bukan sebagaipelengkap gizi. Umumnya, orang mengonsumsi susu ini untuk membantu penyembuhan penyakit asma, tuberkolosis (TBC), eksim, membantu penyehatan kulit, mencegahpenuaan dini dan mencegah osteoporosis.  Pada masa laktasi kambing PE mampu menghasilkan 0,8 - 2,5 liter susu perhari, dengan harga jual antara Rp15.000 - 20.000 per liter. Sebagai gambaran jika seorang peternak memelihara 7-10 ekor, diperkirakan  yanglaktasi 5 ekor dan rata-rata menghasilkan 1 liter per hari, maka penghasilanpeternak tersebut setiap hari adalah sekitar 5 liter susu dengan hargarata-rata Rp. 15.000 perliter, maka pendapatan peternak tersebut adalah sekitar Rp.75.000/hari. (Zainal Mutakim, 2013).
Hal ini memberikan peluang bisnis yang sangat menarik bagi masyarakat Indonesia untuk beternak kambing perah, terutama Kambing Peranakan Etawah (PE) yang telah cukup lama beradaptasi dengan iklim Indonesia, dan sudah mulai disenangi oleh sebagian masyarakat NTB.
Pemeliharaan kambing Peranakan Etawa beberapa tahun terakhir ini menunjukkan perkembangan yang cukup pesat.  Hal ini disebabkan oleh ternak kambing PE ini cukup digemari oleh masyarakat Indonesia karena mempunyai beberapa keunggulan yaitu:
1.      Merupakan ternak multi purpose yaitu sebagai ternak penghasil daging, susu dan hasil ikutannya berupa kulit dan kompos.
2.      Bisa memproduksi susu lebih tinggi perbobot badan dibandingkan dengan ternak besar seperti sapi atau kerbau yaitu sekitar 1-4 liter perhari.
3.      Lebih efisien dalam memproduksi susu bila hijauan dan lingkungannya kurang baik dibandingkan dengan sapi perah.
4.      Mudah untuk dipelihara sehingga dapat dilakukan oleh semua anggota keluarga.
5.      Kambing juga dapat dijadikan lapangan kerja baru bagi masyarakat pedesaan, dibandingkan dengan ternak ruminansia besar.
6.      Modal yang dibutuhkan relative lebih kecil dibandingkan dengan ternak ruminansia besar.
7.      Perkembangbiakannya lebih cepat, umur pertama kali beranak lebih cepat yaitu 1,5 tahun dengan jumlah anak 1-4 ekor perkelahiran.
8.      Dapat pula dijadikan sebagai tabungan keluarga serta sebagai sumber protein hewani di pedesaan sehingga dapat meningkatkan status gizi, kesehatan dan kecerdasan masyarakat.
Pada dasarnya kambing PE ini merupakan ternak dwi guna. Artinya, kambing PE dipelihara dengan dua tujuan, yaitu menghasilkan susu dan daging. Kambing PE memiliki kemampuan memproduksi susu antara 1,0 – 3,0 liter perhari. Dengan kemampuan produksi susu tersebut maka kambing PE cukup berpotensi untuk dikembangkan sebagai ternak penghasil susu atau sebagai ternak perah (Setiawan, 2003). Permasalahan yang dihadapi peternak sekarang ini adalah bagaimana teknik pemeliharaan yang baik dan benar agar produksi susunya sesuai dengan harapan belum dipahami. Menurut Asih (2004), system pemeliharaan kambing perah berbeda pada setiap status physiologi yang berbeda seperti: anak pra-sapih, anak setelah sapih, anak sedang tumbuh, kambing dara, bunting dan laktasi. Kambing yang sedang laktasi sangat peka dengan lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang tidak sesuai dengan kebutuhan kambing laktasi dapat menurunkan produksi susu, dan akan berpengaruh terhadap produksi susu dan berpengaruh pula pada pertumbuhan anak pra-sapih. Berdasarkan hal tersebut, dipandang perlu untuk melakukan praktek kerja lapang (PKL) mengenai “penanganan induk kambing PE yang sedang laktasi di peternakan kambing Gopala, yang sedang memelihara relative cukup banyak kambing PE.


1.2  TUJUAN DAN KEGUNAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
1.2.1  Tujuan Pelaksanaan PKL
1.      Untuk mengetahui bagaimana manajemen pemeliharaan induk  kambing PE laktasi (Peranakan Ettawa) di Peternakan Kambing “Gopala”.
2.         Untuk mengetahui cara penanganan kesehatan kambing Peranakan Etawa secara optimal.
3.          Untuk mengetahui teknik-teknik pemerahan pada kambing perah
4.         Untuk mengetahui penanganan induk kambing sebelum dan sesudah melahirkan
1.2.2   Kegunaan Pelaksanaan PKL      
1.            Meningkatkan ilmu pengetahuan tentang manajemen pemeliharaan induk  Kambing Peranakan Etawa laktasi.
2.      Meningkatkan keterampilan dalam menangani Induk Kambing Peranakan Etawa yang sedang laktasi.




    1.3  Manfaat Kegiatan
                Adapun manfaat dari kegiatan ini adalah sebagai berikut :
 1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
1.                                      Mahasiswa dapat mengembangkan lebih lanjut ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah melalui praktek kerja lapang,
2.                                      Memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan secara langsung tentang penanganan induk laktasi  pada ternak kambing Peranakan Etawa.
3.                                      Mahasiswa dapat melihat secara langsung penanganan induk laktasi pada kelompok ternak kambing Peranakan Etawa di Peternakan “Gopala” kemudian membandingkan dengan ilmu yang didapat dibangku kuliah.

 1.3.2  Manfaat Bagi Tempat Praktek Kerja Lapang
1.      Pelaksanaan PKL ini cukup bermanfaat bagi tempat praktek kerja lapang karena mendapatkan tenaga kerja tambahan dalam hal pemeliharaan ternak kambing khususnya dalam pemeliharaan induk kambing perah ( kambing Peranakan Ettawa).
2.      Peternak dan praktikan dapat saling bertukar pikiran dan pengalaman untuk memperoleh hasil produk yang lebih baik.

         1.3.3  Manfaat Bagi Fakultas
1.   Sebagai bahan masukan dari luar kepada Fakultas dalam meninjau kembali kurikulum yang telah ada.
2.      Sebagai sumber informasi bagi pembaca yang tertarik dalam usaha pengembangan Kambing Peranakan Etawa.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Usaha beternak kambing
Kambing banyak dipelihara oleh penduduk pedesaan Indonesia (Mulyono, 2003), karena pemeliharaannya lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan ternak ruminansia besar. Kambing cepat berkembang biak dan pertumbuhan anaknya juga tergolong cepat. Menurut Sarwono (1999), nilai ekonomis, social, dan budaya beternak kambing sangat nyata, karena peningkatan pendapatan keluarga bisa mencapai 14-25 % dari total pendapatan keluarga, semakin rendah perluasan lahan pertanian dan nilai sumber daya yang diusahakan dari beternak kambing.
Kambing EtawaBerasal dari wilayah Jamnapari India. Kambing ini paling popular di Asia Tenggara, termasuk tipe dwiguna yaitu penghasil susu dan penghasil daging. Ciri-cirinya postur tubuh besar, telinga panjang menggantung, bentuk muka cembung, bulu bagian paha sangat lebat, BB jantan mencapai 90 kg, BB betina 60 kg. produksi susu mencapai 235 kg/ms laktasi. Di Indonesia untuk perbaikan mutu kambing local maka menghasilkan kambing PE (Peranakan Etawa). Sentra terbesar kambing PE adalah di Kaligesing Purworejo Jawa Tengah (Anonim,2008).
Kambing Peranakan Etawa adalah ternak dwi guna, yaitu sebagai penghasil susu dan sebagai penghasil daging (Williamson dan Payne, 1993). Kambing PE adalah bangsa kambing yang paling populer dan dipelihara secara luas di India dan Asia Tenggara (Devendra dab Burns, 1994). Ciri-ciri kambing PE adalah warna bulu belang hitam putih atau merah dan coklat putih; hidung melengkung; rahang bawah lebih menonjol; baik jantan maupun betina memiliki tanduk; telinga panjang terkulai; memiliki kaki dan bulu yang panjang (Sosroamidjoyo, 1984). Kambing PE telah beradaptasi dengan baik terhadap kondisi dan habitat Indonesia (Mulyono, 2003).
Menurut Sarwono (1999), bila tata laksana pemeliharaan ternak kambing yang sedang bunting atau menyusui serta anaknya baik, maka bobot anak kambing bisa mencapai 10-14 kg/ekor ketika disapih pada umur 90-120 hari. Williamson dan payne (1993) menyatakan untuk kambing pedaging ada kecendrungan menunda penyapihan untuk memberikan kesempatan anak kambing memperoleh keuntungan yang maksimal dari susu induknya. Sedangkan untuk kambing perah, penyapihan harus dilakukan lebih awal, tanpa mengganggu pertumbuhan anaknya, agar kelebihan produksi induk dapat dimanfaatkan oleh peternak untuk meningkatkan pendapatan atau keperluan gizi keluarga (Asih, 2004).

2.2  Sistem Pemeliharaan Ternak Kambing PE
Menurut Williamson dan Payne (1993), sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya dilakukan di daerah yang padang pengembalaannya luas, kondisi iklim yang menguntungkan, dan untuk daya tampung kira-kira tiga sampai dua belas ekor kambing per hektar. Sistem pemeliharaan secara ekstensif, induk yang sedang bunting dan anak-anak kambing yang belum disapih harus diberi persediaan pakan yang memadai (Devendra dan Burns, 1994). Rata-rata pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara secara ekstensif dapat mencapai 20-30 gram per hari (Mulyono 2003).
Sistem pemeliharaan secara intensif memerlukan pengandangan terus menerus atau tanpa pengembalaan dan lebih terkontrol (Williamson dan Payne 1993). Kambing jantan dan betina dipisahkan begitu juga betina muda dari umur tiga bulan sampai cukup umur untuk dikembang biakkan. Kambing pejantan harus dipisahkan dengan yang betina (Devendra dan Burns, 1994). Pertambahan bobot badan pada sistem pemeliharaan intensif ini bisa mencapai 100-150 gram per hari dengan rata-rata 120 gram perhari (Sarwono, 1999).
Sistem pemelihraan semi intensif merupakan gabungan dari ekstensif dan intensif yaitu dengan pengembalaan terkontrol dan pemberian konsentrat tambahan (Williamson dan Payne 1993). Pertambahan bobot badan sistem ini bisa mencapai 30-50 gram per hari.

2.3  Pemeliharaan Induk Kambing Laktasi
Pemliharaan induk kambing laktasi dapat dilakukan dengan beberapa cara untuk memenuhi kebutuhan susu anaknya dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuhnya yaitu dengan melakukan penanganan pada waktu melahirkan, kemudian memperhatikan pakan dan air minum  yang diberikan dan juga sanitasi (kebersihan) kandang supaya terhindar dari sumber-sumber penyakit yang bisa mengurangi produktifitas induk kambing laktasi laktasi tersebut (Anonim, 2009).

2.4  Pemberian pakan pada induk kambing PE
Sarwono (1999) menyatakan, kambing membutuhkan jenis hijauan yang beragam. Kambing sangat menyukai daun-daunan dan hijauan selain itu kambing juga memerlukan pakan penguat untuk mencukupi kebutuhan gizinya. Pakan penguat bisa berupa dedak, bekatul padi, jagung atau ampas tahu dan dapat juga campurannya. Sodiq (2002) menjelaskan, kambing tergolong hewan herbivore atau hewan pemakan tumbuhan. Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan, tergantung dari jenis ternaknya, umur ternak, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting atau menyusui), kondisi tubuh dan lingkungan tempatnya hidup.
Pakan sangat dibutuhkan kambing untuk tumbuh dan berkembang biak (Sarwono, 1991). Pakan yang sempurna mengandung gizi seperti protein, karbohidrat lemak, vitamin dan mineral yang seimbang (Mulyono, 2003). Pemberian pakan yang efisien mempunyai pengaruh lebih besar dari pada faktor-faktor yang lainnya, dan merupakan cara yang sangat penting untuk peningkatan produktivitas (Devendra dan Burns, 1994).


2.5  Penanganan kesehatan induk kambing PE
Ternak kambing merupakan ternak yang umumnya dipelihara di pedesaan, sehingga banyak ditemukan penyakit-penyakit seperti scabies (kudis), belatungan (myasis), cacingan dan keracunan tanaman. Pengobatan yang biasa diberikan di pedesaan yaitu pengobatan tradisional, meskipun banyak obat-obatan terjual di toko. Namun demikian usaha pencegahan perlu dilakukan dengan menjaga kebersihan ternak dan lingkungannya, pemberian pakan yang cukup (kualitas dan kuantitas), bersih dan tidak beracun (Anonim, 2009).
Menurut Muljana (2001), Pengobatan ternak kambing khususnya penyakit scabies bisa menggunakan obat seperti Asuntol, Tiguvon, Neguvon, Termadex, Benzyl Benzonate dan bisa dilakukan dengan cara menempatkan ternak ditempat yang hangat dan pakan bergizi tinggi, rambut kambing dicukur dan dimandikan serta bisa juga menggunakan obat-obatan seperti serbuk belerang dicampur kunyit dan binyak kelapa yang dipanasi, kemudian dioleskan.
Penyakit belatung disebabkan oleh luka yang berdarah dan infeksi kemudian dihinggap lalat sehingga tumbuh larva belatung. Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan Gusanex dan obat anti biotik lainnya, atau bisa dilakukan dengan cara membersihkan luka kemudian obati dengan gerusan kamper/kapur barus kemudian luka ditutup dengan perban dan diulangi pada hari selanjutnya (Anonim, 2009).
Simon (2009) menjelaskan, Parasit pada sluran pencernaan kambing dapat mengganggu kesehatan dan menurunkan produktivitas atau menyebabkan kematian pada kasus akut. Penyakit ini bisa disebabkan oleh pakan hijauan yang telah terinfeksi larva parasit. Ciri penyakit ini adalah kepucatan pada lingkar putih mata, dibagian dalam mulut, rectum dan vagina serta kadang-kadang disertai mencret. Pengobatan penyakit ini bisa dilakukan dengan memberikan anti parasit setiap 2-3 bulan sekali. Jenis anti parasit yang diberikan sebaiknya rotasi setiap tahun untuk mencegah timbulnya resistensi terhadap anti parasit yang diberikan.

 2.6 Pemeliharaan Induk Bunting
Kebuntingan pada seekor induk dapat dianggap terjadi apabila induk tidak menunjukkan tanda birahi kurang lebih 3 minggu setelah terjadi perkawinan. Proses kebuntingan pada induk menimbulkan banyak perubahan fisiologis, sehingga setiap cekaman dari luar harus dapat dicegah semaksimal mungkin. Kepekaan induk bunting terhadap berbagai potensi cekaman ini semakin kuat seiring dengan bertambahnya usia kebuntingan. Kebuntingan biasanya menyebabkan kapasitas saluran cerna untuk menampung pakan menurun, sehingga secara fisik menekan konsumsi pakan, sedangkan kebutuhan nutrisi meningkat, sejalan dengan bertambahnya bobot fetus di dalam kandungan. Masa bunting pada   induk kambing sekitar 5 bulan (146-155 hari), namun periode paling kritis terjadi selama 6-8 minggu sebelum melahirkan, karena 80% pertumbuhan janin terjadi dalam masa tersebut. Oleh karena itu, mengetahui saat terjadi perkawinan menjadi sangat penting dalam menduga umur kebuntingan seekor induk .Kambing yang bunting harus ditempatkan di kandang terpisah untuk menghindari gangguan kambing lainnya untuk menghindari perkelahian sesama kambing. Perlu juga dijaga agar kandang tidak licin, karena bisa menyebabkan kambing yang sedang bunting tergelincir yang mengakibatkan keguguran. Untuk melancarkan proses kelahiran, setiap hari kambing bunting sebaiknya dikeluarkan dari kandang dan dibawa berjalan-jalan selama satu jam. Masa kebuntingan kambing selama 5 bulan.Selama periode bunting, kambing juga membutuhkan pakan yang lebih banyak dan lebih berkualitas untuk menunjang seluruh proses didalam tubuhnya. Di samping itu untuk menunjang proses laktasi setelah beranak. Pakan berupa hijauan yang bervariasi (dalam jumlah 10% berat badan) dan kosentrat 0,5-0,6 kg perhari sudah mampu mencukupi kebutuhan kambing bunting ( Sodiq dan Abidin.2002).

2.7  Pemeliharaan Induk Masa Laktasi
Masa laktasi adalah masa kambing perah mampu menghasilkan susu. Sesaat setelah melahirkan , ambing kambing sudah menghasilkan cairan yang disebut kolostrum. Kolostrum bisa keluar dengan cara diisap oleh cempe atau diperah. Untuk kambing-kambing perah, sebaiknya kolostrum dikeluarkan dengan cara diperah dan diberikan kepada cempe dengan menggunakan ambing buatan berupa botol susu bayi. Tujuannya untuk menghindari kotornya ambing yang akan menyebabkan susu kambing  yang akan dihasilkan tercemar. Kolostrum dihasilkan oleh ambing selama 2-7 hari, setelah itu ambing akan menghasikan susu normal. Atas dasar pertimbangan ekonomi , sebaiknya cempe diberi susu buatan, sedangkan susu kambing yang dihasilkan seluruhnya dijual (Sodiq dan Abidin.2002).

2.8  Penanganan kelahiran
2.8.1              Penanganan induk menjelang kelahiran
Pada saat sudah tampak bunting tua dan diprediksi sudah siap melahirkan , diusahakan ternak tersebut dapat langsung dimasukkan kedalam kandang khusus melahirkan. Pemisahan dan perlakuan khusus dikandang tersendiri ini bertujuan agar ternak menjadi tenang dan nyaman saat menannti saat-saat terjadi kelahiran. Pemisahan ini pun berguna untuk memudahkan peternak melakukan pemantauan terhadap ternak dan dapat sigap saat mengatasi situasi darurat.(Tony Setiawan.2003)
2.8.2              Penanganan induk setelah melahirkan
Biasanya kambing melahirkan anak dalam keadaan normal dan alamiah sehingga tidak memerlukan penanganan khusus. Artinya saat melahirkan sangat jarang terjadi ari-arinya masih tertahan pada organ reproduksi. Namun diperlukan beberapa perlakuan pada saat dan sesudah induk melahirkan anaknya (cempe).
Setelah 30 menit sejak  melahirkan, susu kolostrum diperah dari induk. Kolostrum merupakan susu pertama yang keluar dari ambing induk betina setelah melahirkan. Jumlah kolostrum diperah cukup 50 % dari jumlah susu biasanya. Ini dimaksudkan agar kambing yang baru saja melahirkan tidak mudah terserang penyakit milk fever akibat seuruh prodksinya susunya diperah.( Tony Setiawan.2003).
2.8.3 Tanda-tanda kambing akan melahirkan.
Setelah kandungan berusia kurang lebih 5 bulan, induk kambing biasanya menunjukan tanda-tanda melahirkan cempenya. Tanda-tanda umum adalah sebagai berikut:
·         Ternak gelisah, sering menggaruk-garukan kaki depan ke lantai kandang/tanah sambil mengembik-embik.
·         Vagina berlendir dan memerah disertai dengan mencekungnya pinggul atas.
·         sering memperhatikan bagian belakangnya sambil mengembik.
·         Proses kelahiran biasanya dilakukan dalam posisi induk terbaring.
Gambar tanda-tanda induk akan melahirkan
Sumber gambar: Raising Goat for milk and meat, page 50 by: Rosalee sinn
2.8.4  Proses Kelahiran
Setelah tanda-tanda tersebut diatas, biasanya segera akan terjadi proses kelahiran cempe. Jumlah anak yang dilahirkan biasanya adalah 2 ekor, namun sering juga terjadi 1,3 atau 4 ekor per kelahiran. Proses awal kelahiran adalah keluarnya ketuban dari vagina induk. Biasanya berbentuk bulat seperti bola berisi air, tak berapa lama gelembung keluar akan pecah diikuti oleh proses kelahiran cempe. Pada posisi  cempe normal, akan keluar dengan sendirinya tanpa memerlukan bantuan peternak. Posisi cempe yang normal pada perut induk menjelang kelahiran adalah sebagai berikut:
Sumber gambar: Raising Goat for milk and meat, page 51 by: Rosalee sinn
Penjelasan gambar diatas memperlihatkan posisi cempe pada kelahiran normal biasanya 2 kaki depan keluar dahulu diikuti bagian kepala dan yang lain hingga keluar sempurna. Selain itu posisi keluar yang didahului oleh 2 kaki belakang masih dikategorikan sebagai posisi normal. Selisih kelahiran antara cempe satu dengan yang lainnya biasanya dalam hitungan menit hingga setengah jaman.
Namun demikian, sering juga induk mengalami kesulitan kelahiran sebagai akibat dari posisi atau letak cempe yang tidak normal didalam kandungan. Pada keadaan seperti ini mutlak dibutuhkan bantuan manusia (peternak), hal ini untuk memudahkan kelahiran dan menghindarkan terjadinya kegagalan kelahiran akibat induk kehabisan tenaga dan cairan hingga menyebabkan kematian bagi induk dan cempe. Gambar posisi kelahiran tidak normal adalah sebagai berikut:
Sumber gambar: Raising Goat for milk and meat, page 52 by: Rosalee sinn
2.8.5  Penanganan persalinan untuk posisi tidak normal pada kambing
Pastikan tangan anda bersih dan kuku anda pendek, potong kuku jika panjang kemudian lanjutkan dengan mencuci tangan dengan menggunakan sabun.
Sumber gambar: Raising Goat for milk and meat, page 53 by: Rosalee sinn
Ada beberapa posisi tidak normal pada saat cempe akan lahir seperti tampak pada gambar diatas, masing-masing posisi memerlukan bantuan penanganan yang berbeda. Memang pada awalnya agak sulit, namun pelan tapi pasti saya yakin rekan-rekan sekalian mampu mempraktekannya. Saya berikan contoh penanganan pada posisi kelahiran satu kaki depan normal namun satu kaki lainnya posisinya tertekuk. Pada posisi ini masukan tangan anda pada organ kelahiran induk, jangan kuatir tangan anda akan bisa masuk karena tekstur organ kelahiran tersebut sangat elastis. Upayakan meraih kaki yang tertekuk dengan menggunakan jari telunjuk dengan memposisikan kepala cempe berada diantara jari telunjuk dan jari tengah. jika sulit, sedikit dorong bagian kepala kembali kedalam secara perlahan hingga tangan anda mampu meraih kaki yang tertekuk tersebut. Setelah itu posisikan kedua kaki depan sejajar (seperti posisi normal) dan tarik keluar secara perlahan mengikuti dorongan sang induk.Perhatikan, jangan menarik paksa tanpa mengikuti irama dorongan dari induk!!  ( Arief, 2010).
Sumber gambar: Raising Goat for milk and meat, page 53 by: Rosalee sinn

Limbah merupakan bahan yang timbul setelah proses produksi selesai, yang umumnya dibuang. Limbah kandang dan tanaman dapat berbentuk padar, cair maupun gas. Demikian halnya limbah yang dihasilkan dari ternak kambing/domba berupa air kencing yang menyengat akan dapat menimbulkan polusi bau, kotoran mencemari lingkungan sekitarnya dan masih banyak masalah social yang ditimbulkan.
Sebetulnya bila dimanfaatkan secara baik kotoran tersebut bukan merupakan polusi justru merupakan suatu penghasilan yang bisa menghasilkan kompos (pupuk organic) yang berkualitas bila diolah dengan teknologi pengolahan menggunakan decomposer (Biostarter) bahkan menghasilkan uang yang tidak sedikit nilainya.

Pengolahan Limbah Inthil
Petani kita umumnya menggunakan pupuk kandang secara langsung, hal ini tanpa disadari pupuk tersebut masih banyak kelemahannya. Kelemahan tersebut antara lain terdapat bibit gulma, hama dan penyakit serta diperlukan dalam jumlah yang cukup besar. Agar dihasilkan pupuk organic yang berkualitas baik dan hemat dalam pemakainya, pupuk kandang (inthil) perlu diolah atau dilakukan dekomposisi dalam kondisi tertentu yang dapat dilakukan secara biologis dengan menggunakan mikroba tertentu.
Karakteristik inthil berbentuk butiran-butiran kecil, tingkat kadar air yang rendah merupakan factor yang penting dalam hal mudah dalam pengolahan dan kualitas kompos lebih baik dibanding dengan ternak yang lain, seperti sapi maupun kerbau.

Prinsip Pembuatan Kompos
Prinsip pengomposan atau composting adalah proses merubah limbah organic menjadi pupuk organic secara biologis dibawah kondisi yang terkontrol. Tujuan pengomposan limbah ternak melalui kondisi yang terkontrol adalah untuk membuat keseimbangan porses pembusukan bahan organic dalam limbah, mengurangi bau ,membunuh  biji-biji gulma dan organisme pathogen sehingga menjadi pupuk yang sesuai dengan lahan pertanian. Apabila kondisi tidak atau kurang terkontrol akan terjadi pembusukan sehingga timbul bau yang menyengat, timbul cacing dan insekta.

Membuat Kompos Dengan Biostater
Biostater yang dapat digunakan untuk pembuatan kompos sudah banyak beredar dimasyarakat dengan bermacam-macam merk dagang dengan dosis dan bahan yang bermacam-macam namun sama dalam hal tujuan yaitu untuk mempercepat proses dekomposisi.
Kompos yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik, dosis penggunaan pada tanaman lebih hemat dibanding pupuk kandang tanpa diolah dahulu.
Kompos inthil yang dihasilkan memberikan nilai tambah pengusahaan ternak karena memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan tanpa pengomposan.

Bahan :
Bahan yang diperlukan dalam pembuatan limbah inthil kambing / domba, antara lain :
1. Inthil kambing / domba            : 1.000 kg
2. Bio starter stardec                  :     2,5 kg
3. Serbuk gergaji                        :    100 kg
4. Abu sisa pembakaran             :      50 kg
5. Kapur tohor / gamping            :      50 kg
6. Pupuk urea                            :     2,5 kg
7. Pupuk SP-36                         :     2,5 kg
8. Air secukupnya

*) Bahan-bahan tersebut boleh dikurangi sesuai ketersediaan didaerah tersebut. Minimal dapat digunakan bahan berupa kotoran dan stardec, namun semakin lengkap bahan yang digunakan semakin baik kualitas kompos yang dihasilkan.

Cara Pembuatan Kompos :
  1. Tiap bahan dibagi menjadi 6 – 8 bagian
  2. Kotoran inthil ditumpuk dengan ketinggian 25 – 30 cm.
  3. Ditaburkan biostarter, serbuk gergaji, abu dan kapur masing-masing 1 bagian sambil disiram air untuk kelembaban.
  4. Ulangi tumpukan kedua seperti no. 3 begitu seterusnya sehingga semua bahan habis.
  5. Tumpukan dibuat denganetinggian minimal 1,5 m.
  6. Tumpukan dibawah naungan untuk menghindari adanya sinar matahari langsung dan air hujan
  7. Untuk menjaga suhu dan suplai oksigen, tumpukan dibalik sekali tiap minggu
  8. Untuk menjaga kelembaban 60 %, saat membalik tumpukan dilakukan penyiraman dengan air menggunakan gembor
  9. Pada minggu ke 5 pupuk siap digunakan.
Pengemasan
Setelah kompos jadi maka selanjutnya bisa dipakai untuk memupuk tanaman, namun apabila dijual dikemas terlebih dahulu agar kelihatan praktis dan lebih rapi. Tiap kemasan berbeda-beda sesuai dengan permintaan pasar, biasanya bobot kompos tiap kemasan antara lain : 3 kg (plastic), 5 kg (plastic), 10 kg (karung) dan 25 kg (karung).














BAB  III
METODE PELAKSANAAN

 3.1 Lokasi dan Waktu PKL
Peraktik Kerja Lapang dilaksanakan selama 1 bulan 15 hari dengan kisaran 6 jam kerja per  hari. Praktik Kerja Lapang (PKL) dimulai pada tanggal 16 Juni 2013 dan berakhir pada tanggal 31 Juli 2013 di Peternakan “GOPALA” Gunung Pengsong, Lombok Barat.

3.2 Metode
Metode yang digunakan dalam PKL ini adalah partisipasi aktif dalam melakukan  proses pemeliharaan dan observasi secara langsung yaitu dengan melakukan seara langsung proses pemeliharaan di Peternakan Kambing “Gopala”. Kegiatan yang dilakukan dalam PKL ini antara lain : pengenalan ternak, kegiatan mengelola induk laktasi dan penanganan induk laktasi , mengelola anak kambing Pra-sapih dan kebersihan.

3.3 Sebelum Pelaksanaan PKL
3.3.1 Pengenalan ternak
Pengenalan ternak merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting untuk memulai sebuah kegiatan, untuk mengetahui gambaran umum mengenai ternak yang akan dipelihara pada saat PKL. Kegiatan ini dilakukan oleh fasilitator PKL dengan cara menjelaskan gambaran tentang ternaknya sambil memperlihatkan kepada praktikan dan juga menghitung berapa jumlah ternak yang akan dipelihara.


3.4 Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang
·      Menentukan jumlah induk kambing PE
Penentuan jumah induk kambing sangat perlu diketahui karena akan bersangkutan dengan kambing tersebut laktasi atau sebaliknya. Kambing yang laktasi akan terlihat menyusui anaknya sedangkan yang tidak laktasi akan terihat tidak menyusui anaknya.
.
·      Menimbang berat awal induk kambing PE
Penimbangan ternak dilakukan dengan timbangan  yang terbuat dari logam, penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui berat dari kambing yang berada di lokasi PKL. Penimbangan diakukan dengan memasukkan kambing kedalam karung yang sudah di beri ubang agar mudah mengontrol ternak untuk ditimbang
·      Mendeteksi induk kambing PE bunting dan laktasi
Pendeteksian induk diakukan dengan mengamati induk yang terihat perutnya besar dan buncit kambing tersebut bunting. Kambing yang bunting terihat putting susunya akan mengembang secara perlahan.

·      Melakukan penanganan induk kambing PE sebelum melahirkan
- Mengamati tingkah laku induk kambing PE menjelang melahirkan
Induk kambing yang akan melahirkan memisahkan diri dari keompok dan mencari tempat-tempat pojok untuk dapat melahirkan. Induk kambing menggosokkan badannya pada tembok atau pohon dan sambil mengeden, pada vulva induk kambing keluar cairan bening berbentuk balon besar. Setelah cairan yang dibungkus tersebut pecah maka kelahiran anak kambing akan lahir.

·      Membantu penanganan induk  kambing PE yang akan melahirkan
- Membantu kelahiran yang tidak normal
Kelahiran kambing yang tidak normal diketahui dengan kaki keluar hanya satu , hal ini perlu bantuan dari peternak untuk membantu proses keahiran agar menjadi lancar, proses membantu kelahiran yang tidak normal dibantu dengan memasukkan tangan secara perlahan pada vulva kambing dan secara perlahan menarik seiring dengan kambing mengeden agar terjadiproses keahiran yang lancar, sebeum memasukkan tangan harus di beri pelicin seperti sabun, minyak , dan vaselin hal ini bertujuan agar mudah membantu proses kelahiran yang tidak norma dan mencegah rasa sakit pada kambing.

·      Melakukan penanganan induk kambing PE setelah melahirkan
- Menyemprotkan gusanex pada lubang vulva agar tidak terinfeksi oleh lalat
Penyemprotan gusanex pada lubang vulva bertujuan untuk menghindarkan induk kambing dari lalat setelah melahirkan karena keadaan induk kambing yang masih mengeluarkan lendir dari vulva agar larva lalat tidak berkembang.

·      Melakukan penanganan induk kambing PE laktasi
- Pemberian pakan sesuai kebutuhan
Pemberian pakan dan minum induk kambing laktasi ini dilakukan dengan cara: terlebih dahulu rumput lapangan atau hijauan, yang akan diberikan dipotong kecil-kecil (5 - 10 cm) dengan menggunakan parang, begitu juga dalam pemberian kulit pisang dan kulit ubi juga dicacah terlebih dahulu dengan menggunakan parang. Setelah itu hijauan yang dipotong dimasukkan ke dalam karung sebagai penampungan sementara, kemudian untuk memudahkan dalam pemberian  pakan digunakan ember sebagai takaran. Kulit pisang dan ubi diberikan terlebih dahulu, setelah itu diberikan hijauan, sedangkan konsentrat diberikan sekali sehari pada sore hari.

- Pemberian air minum sesuai kebutuhan
Air minum disediakan secara adlibitum, setelah air habis dari bak atau ember maka diisi kembali agar ternak tidak kekurangan air.
- Melakukan pemerahan untuk mengetahui produksi susu yang dihasilkan.
Pemerahan pada induk kambing tidak diakukan karena produksi susu dari induk untuk cempe belum maksima tercukupi kebutuhannya, maka pemerahan tidak dilakukan agar tidak menurunkan kebutuhan susu untuk anak kambing (cempe)
·      Melakukan penanganan induk kambing yang sedang sakit
- Mengobati induk kambing PE yang sedang sakit
Pengobatan ternak sakit dengan cara disuntik menggunakan spuit/alat injeksi, penyuntikan ini dilakukan dengan cara intramuscular dan sub-cutan, kemudian obat yang diberikan disesuaikan dengan penyakit yang diderita oleh ternak seperti:
1.        Mencret/diare obat yang diberikan adalah Pyroxi dan sulfa strong dengan dosis 4 cc/50 kg BB.
2.        Gangguan pernapasan obat yang diberikan Medoxi-L dengan dosis 4 cc/50 kg BB secara intramuskuler.
3.        Penyakit yang disebabkan oleh parasit/scabies obat yang diberikan adalah Wormectine dengan dosis 1 cc/50 kg BB secara sub-cutan.
4.        Kurang nafsu makan vitamin yang diberikan adalah vitamin B kompleks dengan dosis 3 cc/50 kg BB secara intramuskuler.
5.        Pertumbuhan terganggu, anemia atau kelemahan umum vitamin yang diberikan adalah vitamin B12 dengan dosis 3 cc/50 kg BB secara intramuskuler.
6.        Khusus untuk ternak yang mengalami luka pengobatan dilakukan dengan cara menggunakan Gussanex (obat luka) dengan cara disemprotkan kebagian tubuh yang luka.





·      Mencegah penyebaran penyakit melalui penanganan lingkungan ternak seperti:
- Membersihkan tempat pakan, kandang dan lingkungan kandang
Kebersihan ini dilakukan dilingkungan kandang, kandang dan tempat pakan dan air minum, kegiatan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sisa pakan yang ada dalam tempat pakan dan ditaruh ke dalam karung. Sedangkan rumput maupun fesesnya  yang berceceran dilantai kandang dikumpulkan dengan menggunakan  penggaruk. Setelah terkumpul sisa rumput yang bercampur dengan kotoran atau feses dipisahkan dengan menggunakan sapu lidi, dan diangkat ke troli dengan menggunakan sekop, dan dibuang ketempat pembuangan sampah organic. Feses yang telah dikumpulkan diangkat ke troli dan dibuang ke tempat pembuatan kompos. Setelah itu lantai kandang dibersihkan, disiram dengan menggunakan air mengalir sambil memebersihkan lantainya dengan sapu lidi sampai benar-benar bersih
·         Mencegah penyebaran penyakit melalui peningkatan manajemen pemeliharaan ternak seperti:
- Pemberian pakan sesuai dengan kebutuhan dan penyuntikan dengan wormectine secara rutin untuk mencegah induk kambing PE terserang scabies dan pemberian obat cacing secara rutin untuk mencegah penyakit cacingan.














BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Keadaan Umum
Lokasi Peternakan Kambing “Gopala” di Desa Sengkongo Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat, memiliki batas wilayah disebelah timur gunung Pengsong dan sebelah barat daerah persawahan. Peternakan kambing “Gopala” juga berada dibelakang permukiman penduduk, yang sangat strategis guna dalam proses pemeliharan yang tidak akan mengganggu masyarakat.
keadaan Peternakan Kambing “Gopala” sesuai dengan kondisi kebutuhan kambing karena berada tepat di kaki pegunungan yang memiliki suhu relative rendah. Oleh karena itu pakan untuk ternak kambing di Peternakan kambing “Gopala” sangat berlimpah kerena wilayah Sengkongo merupakan daerah yang cukup subur. Peternakan ini memiliki tempat yang cukup strategis karena lokasinya dekat dengan jalan raya serta tidak mengganggu masyarakat setempat dengan keberadaannya.


4.3         Pemberian Pakan
Jenis pakan yang diberikan di Peternakan Kambing “Gopala” adalah Hijauan segar yang berupa rumput lapangan, dedaunan seperti daun mangga, daun turi, dau lamtoro, daun gamal, daun kelor dll. Hijauan tersebut bisa didapatkan dengan cara mencari sendiri pakan tersebut dan bisa juga dengan membelinya pada penduduk setempat. Sementara untuk pakan tambahan berupa kulit pisang dan kulit ubi (limbah industri makanan kecil) serta kulit nangka yang diambil sendiri di pasar. Sedangkan konsentrat yang diberikan berupa campuran dari sisa gorengan, dedak, urea dan mineral dengan perbandingan 49:49:1:1. Dengan cara memperoleh pakan seperti ini agar menekan pembekakan biaya pakan.
Hijauan yang diberikan kepada ternak kambing Peranakan Etawa di Peternakan Kambing “Gopala”, baik rumput lapangan maupun dedaunan diberikan dalam keadaan kering (tidak basah atau berembun) agar ternak terhindar dari penyakit kembung. Oleh karena itu pemberian hijauan berupa rumput lapangan dilakukan pada pukul 08.30-09.30 WITA untuk pagi hari, sedangkan pada sore hari diberikan pukul 16.00-18.00 WITA. Hijauan merupakan pakan yang mengandung serat kasar atau bahan tidak tercerna relative tinggi sebaliknya konsentrat mengandung serat kasar yang lebih rendah.
Sebagai makanan tambahan kambing Peranakan Etawa di Peternakan Kambing “Gopala” juga diberikan kulit pisang dan kulit ubi sedangkan pakan tambahan berupa konsentrat (campuran gorengan, dedak, urea dan mineral) sebagai tambahan energi yang mudah dicerna dan mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak kambing. Hal ini dilakukan karena hijauan harganya lebih mahal, karena sebagian bahan konsentrat (rontokan gorengan) merupakan limbah gratis, hanya biaya transportasi dan tenaga. Sedangkan hijauan rumput lapangan harus dibeli Rp. 350/kg. dengan penambahan pakan berasal dari limbah ini dapat menekan biaya pakan.
Pemberian kulit ubi diberikan pada 12.00-13.30 WITA,  pemberian kulit ubi pada siang hari dilakukan karena ketersediaan kulit ubi di pasar sekitar pukul 11.00 WITA. Sebelum kulit ubi diberikan terlebih dahulu kulit ubi tersebut dicacah dengan ukuran 2 cm supaya mudah dimakan oleh kambing. Cara ini dapat meminimalisir banyaknya pakan tang tersisa dan terbuang yang disebabkan oleh ketidak mampuan kambing untuk memotong sendiri dengan giginya untuk pakan yang ukurannya besar dan relative keras.
Pemberian konsentrat dilakukan setiap hari yaitu pada sore hari sekitar pukul 16.00-18.00 WITA, sebelum konsentrat diberikan pada kambing terlebih dahulu konsentrat dibuat sendiri yaitu dengan campuran 49% gorengan, 49% dedak, 1% urea dan 1% mineral. Jumlah konsentrat yang diberikan pada kambing sebesar 200 gr – 300 gr/ ekor.
Sementara pemberian kulit pisang dilakukan pada malam hari sekitar pada pukul 22.00-23.00 WITA, pemberian kulit pisang pada malam hari dikarenakan oleh ketersediaan kulit pisang dari penjual gorengan yang berkisar antara pukul 20.00-21.00 WITA. Sama halnya dengan pemberian kulit ubi sebelum kulit pisang diberikan kepada kambing terlebih dahulu dicacah dengan ukuran 1 buah pisan untuk memudahkan kambing dalam memakan kulit pisang dan mengurangi banyaknya pakan yang terbuang.
Pakan hijauan (rumput) disediakan oleh petugas yaitu Bapak Saimi yang berasal dari desa Sengkongo dengan harga pakan Rp. 10.000 per satu pikul dan petugas menyediakan 3 pikul perhari, jadi setiap hari harga pakan yang dikeluarkan adalah Rp. 30.000. maka total pembayaran Rp. 900.000 perbulan. Tapi dengan jumlah kambing yang bisa dikatakan cukup banyak maka kita juga pergi menyabit rumput dipematangan sawah dan mencari dedaunan yang bisa diberikan kepada kambing.
Pemberian air minum pada kambing Peranakan Etawa dilakukan secara adlibitum, jadi terus dikontrol ketersediaannya.

4.4         Pengelolaan induk laktasi
4.4.1        Pemberian Pakan Induk Laktasi
Pemberian pakan dan minum induk kambing laktasi sebanyak 1 ember kira-kira 3 kg/ekor/hari hijauan (rumput lapangan), kulit pisang 0,5 kg/ekor/hari, dan kulit pisang juga 0,5 kg/ekor/hari, sedangkan konsentrat diberikan sekali sehari pada sore hari sebanyak 0,3 kg/ekor/hari. Ketersediaan pakan pakan maupun air minum pada induk laktasi dilakukan secara adlibitum (terus-menerus) tetap dikontrol tempat pakan tidak boleh kosong, karena induk laktasi mebutuhkan pakan yang banyak untuk memproduksi susu dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuhnya.

4.4.2        Penanganan Kesehatan Induk Kambing Laktasi
Setelah induk kambing melahirkan, biasanya disekitar vagina (vulva) terdapat bercak darah sebagai akibat dari keluarnya sisa darah dalam uterus. Hal ini terjadi sampai 1-2 minggu setelah melahirkan. Dalam keadaan normal bercak atau cairan tersebut akan semakin berkurang dan seiring dengan berjalannya waktu. Namun, apabila cairan tersebut tidak berhenti dan tetap berwarna merah serta volumenya cendrung meningkat disertai dengan bau yang tajam, maka dicurigai adanya infeksi pasca melahirkan dan perlu diberikan antibiotika seperti penicillin, atau Medoxy-L agar infeksi tidak bertambah parah. Untuk menghindari infeksi vulva, induk kambing yang baru melahirkan dicuci setiap hari, kemudian disemprotkan dengan Gusanex, supaya lalat tidak ada yang bersarang dan mencegah berkembangnya bakteri yang menyebabkan infeksi pada vulva.
Ada beberapa penyakit yang ditangani pada induk kambing laktasi pada saat PKL antara lain sebagai berikut :

4.4.2.1  Penanganan Penyakit Mastitis
Penyakit mastitis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri akibat dari sanitasi/kebersihan yang kurang baik. Penyakit mastitis bisa ditandai dengan pembengkakan ambing yang disebabkan oleh kontaminasi bakteri. Gejala induk kambing laktasi yang terserang mastitis adalah : demam/temperature tubuh meningkat, ternak terlihat kesakitan bila ambing disentuh dan putting membengkak. Ambing yang terinfeksi terasa dingin dan berubah warna dari warna normal merah muda menjadi kemerahan atau menghitam. Warna air susu kemerahan/kuning kehijauan, dan sangat kental. Di Peternakan Kambing “Gopala” Pengobatan penyakit mastitis dilakukan dengan menggunakan suntikan antibiotik yaitu Medoxy-L pada ambing (intramammary) dan cukup berhasil.
4.4.2.2  Penanganan Penyakit Cacingan
Parasit pada saluran pencernaan kambing dapat mengganggu kesehatan dan menurunkan produktivitas atau menyebabkan kematian pada kasus akut. Induk terkontaminasi cacing parasit karena mengkonsumsi hijauan yang telah terinfeksi larva parasit. Pengendalian cacing parasit di Peternakan Kambing “Gopala” dilakukan dengan memberikan anti parasit setiap 2-3 bulan sekali. Jenis anti parasit yang digunakan adalah obat cacing ascaris dengan cara oral (diminumkan) kemudian pengguanaannya dirotasi setiap tahun dengan obat cacing dalam bentuk tablet untuk mencegah timbulnya resistensi terhadap anti parasit yang diberikan.
4.4.2.3  Penanganan Penyakit Scabies atau Kudis/Kurap
Penyakit ini disebabkan oleh tungu atau parasit karena kondisi lingkungan disekitar kandang kotor, kemudian ternak kambing menggosok-gosok badannya ketembok, dinding atau pohon sehingga luka pada badannya. Di peternakan Kambing “Gopala” penanganan dan pencegahan penyakit scabies ini dilakukan menggunakan Wormectine yaitu dengan menyuntikkan (subcutan) secara rutin setiap 3 bulan sekali. Dan kalau ada kambing yang sering menggaruk-garuk badannya, menggosok-gosok badan ke dinding, segera disuntikkan Wormectine secara sub-cutan dengan dosis 1 cc.

4.5         Pengelolaan Anak Kambing (Cempe) Pra-Sapih
Pertumbuhan anak kambing sejak lahir hingga menjelang disapih merupakan periode kritis. Pada periode ini kelangsungan hidup maupun pertumbuhannya sangat tergantung pada gizi yang diperoleh dari air susu induk, dan pakan lainnya seperti konsentrat, karena rumennya masih belum berfungsi dengan sempurna.
Manajemen atau pengelolaan anak kambing pra-sapih di Peternakan Kambing “Gopala”, sangat mendapat perhatian, hal ini bertujuan untuk meminimalisir  angka kematian anak kambing pra-sapih, selain itu juga untuk mempertahankan rata-rata pertumbuhan dan perkembangan anak kambing pra-sapih. Dan diusahakan dengan konsumsi air susu induknya 1,2-1,6 l/hari hingga berumur 7 sampai 10 minggu. Kalau produksi susunya kurang, terutama yang lahir kembar akan ditambahkan dari induk yang mempunyai anak tunggal.

4.6         Permasalahan dan Pemecahannya
4.6.1   Permasalahan  
1.  Jumlah kambing tidak sesuai dengan jumlah tenaga kerja.
2.  Kebersihan lingkungan kandang agak jarang dibersihkan karena tenaga kerja terbatas.
3.  Tempat pakan tidak rutin dibersihkan sebelum pemberian pakan (3 hari sekali) sehingga sisa pakan menumpuk dan menimbulkan bau yang tidak sedap.
4.  Pakan diberikan 2 kali sehari , karena keterbatasan waktu pemilik peternakan, sehingga banyak pakan tercecer (tebuang), yang biasanya kambing tidak mau memakannya.
5.  Penanganan terhadap induk kambing laktasi perlu ditingkatkan agar kelancaran suatu proses kelahiran dan kelanjutan hidup ternak yang terlahir.


4.6.2        Pemecahannya
1.    Penambahan tenaga kerja, peternakan kambing “Gopala” hendaknya memiliki seorang pegawai tetap supaya lebih terkontrol/teratur dalam pemberian pakan, dan pengontrolan terhadap kesehatan ternak, karena peternakan kambing “Gopala” ini jumlah ternaknya sudah tergolong cukup banyak mencapai 103 ekor dan kandang areal kandang yang cukup luas. Dengan tenaga pemilik peternakan kambing PE ini saja sangat tidak cukup karena pemiliknya merupakan seorang dosen yang waktunya lebih banyak digunakan dikantor sehingga waktu yang dimiliki untuk mengurus ternak kambing relatife sedikit.
2.    Dengan penambahan tenaga kerja, kebersihan kandang akan selalu diperhatikan, supaya lingkungan kandang tetap bersih dan kondusif bagi ternak yang dipelihara, serta menghindari timbulnya berbagai penyakit berbagai penyakit yang bisa merugikan ternak kambing dan peternak itu sendiri.
3.    Tempat pakan tetap dibersihkan sebelum diberikan pakan lagi, supaya sisa-sisa pakan tersebut tidak menumpuk, membusuk dan menimbulkan bau yang tidak sedap karena itu bisa mengurangi nafsu makan dari ternak kambing.
4.    Frekuensi pemberian pakan ditambah, dengan pemberian pakan dilakukan antara 3-4 kali sehari dengan tujuan supaya konsumsi pakan ternak kambing jadi meningkat dan untuk meminimalisir sisa pakan yang dibuang.
5.    Pengawasan terhadap induk laktasi dilakukan secara intensif agar mudah terkontrol dan mudah ditangani jika terjadi suatu hambatan pada saat ternak melahirkan maupun menyusui.
1.       

2.       
3.      j
TABEL 1 Pertumbuhan bobot badan cempe
No.
Induk
Cempe
Bobot Badan Pada Minggu Ke- (kg)
BB Awal
I
II
III
IV
V
VI
1
A
C1
2,2
3,0
4,0
4,9
5,8
6,6
7,4
C2
1,5
2,3
3,1
4,0
4,8
   5,7
6,5
C3
1,5
2,1
2,9
3,6
4,4
5,1
5,9
2
B
C4
2,0
2,8
3,8
4,7
5,5
6,3
7,3
3
C
C5
2,7
3,3
4,5
5,2
6,0
6,8
7,7
C6
2,0
2,7
3,5
4,3
5,2
6,0
6,9
4
D
C7
3,0
4,0
4,9
5,8
6,7
7,6
8,5
5
E
C8
1,9
2,7
3,5
4,3
5,2
6,0
6,8
6
F
C9
2,5
3,2
4,0
4,8
5,7
6,6
7,4
C10
3,0
3,8
4,7
5,6
6,4
7,2
8,1
7
G
C11
3,0
3,8
4,6
5,4
6,2
7,0
7,9
C12
3,0
4,0
4,8
5,7
6,5
7,3
8,2
8
H
C13
2,7
3,6
4,5
5,5
6,4
7,3
8,1
9
I
C14
3,5
4,4
5,5
6,4
7,4
8,3
9,1

TABEL 2 Bobot badan induk
NO
Induk kambing
BB  Awal
BB Akhir
1
A
56
39
2
B
50
40
3
C
55
42
4
D
60
46
5
E
40
32
6
F
49
39
7
G
55
41
8
H
56
44
9
I
54
43






BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.        Jumlah ternak kambing di Peternakan Kambing “Gopala” tergolong cukup banyak dan cepat berkembang jika dilihat dari tahun berdirinya dan jumlah kambing yang ada sekarang setelah dilakukan beberapa kali penjualan.

2.        Sistem pemeliharaan yang diterapkan di Peternakan Kambing “Gopala” adalah sistem pemeliharaan semi intensif  dalam arti dibiarkan berkeliaran didalam kandang, namun terkontrol, diberikan konsentrat dan sistem perkandangannya memudahkan dalam pemberian pakan ternak serta memantau kesehatan ternak.

3.        Pakan yang diberikan kepada ternak kambing PE di Peternakan Kambing “Gopala” merupakan limbah-limbah industri kecil yang dianggap sampah yang mencemari lingkungan sepeti rerontokan gorengan, kulit pisang, kulit ubi dll. Dengan menajmen itu di Peternakan kambing ini bisa menekan biaya pakan.


4.        Manajemen  kesehatan terhadap induk dan anak kambing (cempe) di Peternakan Kambing “Gopala” cukup baik, hal ini terlihat dari ketersedian obat-obatan serta peralatan untuk melakukan pengobatan terhadap ternak yang sakit, sehingga penanganan ternak yang sakit dapat dilakukan secepat mungkin.


4.2  Saran
1.        Peternakan Kambing “Gopala” hendaknya memiliki seorang pegawai supaya lebih terkontrol/teratur pakan yang diberikan, dan pengontrolan terhadap kesehatan ternak,  karena Peternakan Kambing “Gopala” ini sudah tergolong besar mengingat jumlah kambingnya yang sekarang hampir mencapai 103 ekor.

2.        Kebersihan kandang di Peternakan kambing “Gopala” harus selalu diperhatikan, supaya lingkungan kandang tetap bersih dan kondusif bagi ternak yang dipelihara, serta menghindari timbulnya berbagai penyakit yang dapat merugikan peternak itu sendiri.

3.        Tempat pakan seharusnya tetap dibersihkan sebelum diberikan pakan lagi, supaya sisa-sisa pakan tersebut tidak membusuk dan mengeluarkan bau yang mengurangi nafsu makan ternak kambing.

4.        Untuk meminimalisir sisa pakan perlu dilakukan penambahan frekuensi pemberian pakan, disamping untuk meningkatkan konsumsi pakan












DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008 .   Kambing Perah.
( diakses pada tanggal 16 april 2014 ).
Anonim, 2009. Penyakit Umum Yang Menyerang Pada Kambing.
http://klinikhewan09.wordpress.com  ( diakses pada tanggal 16 april 2014 ).
Arif, 2010. Penanganan Proses Kelahiran Pada Ternak Kambing. Penanganan Proses Kelahiran Pada Ternak.
Penanganan Proses Kelahiran Pada Ternak Kambing   Kandang Bambu    Management.html  ( diakses pada tanggal 16 april 2014 ).
Asih, A.R.S. 2004. Manajemen Ternak Perah. UNRAM Press. Mataram.
Devendra C. dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit ITB. Bandung.
Ginting, Simon P.2009. Pedoman Teknis Pemeliharaaan Induk dan Anak Kambing
  Masa Pra-Sapih. Loka Penelitian Kambing Potong. Sumatra Utara.
Muljana, W, 2001. Cara Beternak Kambing. CV. Aneka Ilmu. Semarang.
Mulyono, S. 2003. Ternak Pembibitan Kambing dan Domba. Cetakan Ke-V. Penerbit; PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mutakim, Zainal, Ciri ciri dan informasi mengenai Kambing Etawa (PE).
  http://peternakankambingberdikari.blogspot.com/
Sarwono, B. 1991. Beternak Kambing Unggul. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
---------------. 1999. Beternak Kambing Unggul. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sarwono, D dan Matnur, R. 1993. Sifat Produksi dan Produktifitas Kambing Lokal. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Mataram.


Setiawan, T. dan Tainus, A. 2003. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa.
  Penebar Surabaya. Jakarta.
Simon, P. Ginting. 2009.  Pedoman Teknis Pemeliharaan Indukan dan Anak Kambing Masa Pra-sapih. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Sumatera Utara.
Sinderejo, S., 1996. Pedoman Pemeliharaan Kambing Perah. Balai Pustaka. Jakarta.

Sodiq, A.dan Abidin, Z.2002. Kambing Peranakan Ettawa Penghas Susu Berkhasiat Obat. PT. Agro Media Pustaka.Tanggerang.
Sosoroamidjojo, M.S. 1984. Ternak Potong dan Kerja. CV. Yasa Guna Jakarta. Jakarta.
Williamson dan Payne. 1993. Animal Feeding and Nutrition. Seventh Edition. Kendal/Hunt Publishing Company, Dubuque.


Post a Comment for "Beternak kambing etawa"