Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sistem Ekskresi urine

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sistem ekskresi adalah system yang berperan dalam proses pembuangan zat yang sudah tidak diperlukan atau zat yang membahayakan tubuh, dalam bentuk larutan. Urin atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian dikeluarkan dalam tubuh melalui proses urinasi. Urin normal berwarna jernih transparan warna kuning muda. Urin beraasal dari zat warna empedu. Urine berbau khas jika diberikan agak lama, berbau ammonia pada kisar 6.8-7.2. kandungan air, urea, asam urat, ammonia, keratin, asam oksalat, asam fosfat, asam sulfat, klorida. Volume urine normal, kisaran 900-1200ml
Manusia memiliki organ atau alat-alat ekskresi yang berfungsi membuang zat sisa hasil metabolisme. Zat sisa hasil metabolisme merupakan sisa pembongkaran zat makanan, misalnya: karbondioksida (CO2), air (H20), amonia (NH3), urea dan zat warna empedu.Zat sisa metabolisme tersebut sudah tidak berguna lagi bagi tubuh dan harus dikeluarkan karena bersifat racun dan dapat menimbulkan penyakit.

B.     Rumusan Masalah
Ada beberapa urin yang akan diuji, dari urin tersebut dibuktikan bahwa urin mengandung berbagai zat amonia, glukosa, protein, dan kandungan klorida

C.    Tujuan Penelitian
Mengetahui  kandungan amonia, glukosa, protein, kandungan klorida dalam urin

D.    Manfaat Penelitian
Dapat diketahui kandungan amonia, glukosa, protein, kandungan klorida dalam urin



BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Pengertian Urin
Urin atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial.          
Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.

B.     Ciri-Ciri Urin Normal
Urin normal memiliki ciri-ciri sebagai berikut, antara lain:
1.      Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk.
2.      Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
3.      Baunya tajam.
4.      Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
5.      Kadar gula dibawah 1%.
6.      Tidak mengandung protein dan sel darah merah.



C.    Fungsi Urin
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril.
Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat.

D.    Kandungan Urin
Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat, Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah Kristal kapur dsb) 
Urin normal memiliki kisaran pH antara 5-7 sehingga bisa disebut sedikit asam. Hal ini bergantung pada konsumsi. Urin lebih asam jika banyak mengkonsumsi protein, sebaliknya bagi vegetarian urin akan bersifat basa. Untuk mengukurnya bisa digunakan kertas indikator universal dan mencocokkannya dengan warna standar pH.

E.     Bau pada Urin
Jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya saja beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urin dan mengubah zat-zat di dalam urin dan menghasilkan bau yang khas terutama bau amonia yang dihasilkan dari urea. Inilah yang sering kita sebut bau pesing. hehe
Bau urin dapat bervariasi karena kandungan asam organik yang mudah menguap.
Diantara bau yang berlainan dari normal seperti: bau oleh makanan yang mengandung zat-zat atsiri seperti jengkol, petai, durian, asperse dll. Bau obat-obatan seperti terpentin, menthol dsb, Bau amoniak biasanya terjadi kalau urin dibiarkan tanpa pengawet atau karena reaksi oleh bakteri yang mengubah ureum di dalam kantong kemih. Bau keton sering pada penderita kencing manis, dan bau busuk sering terjadi pada penderita keganasan (tumor) di saluran kemih.

I.       Alat dan Bahan
Kegiatan 1:Uji Sifat Kimiawi Urin
Alat:
1.      Lima buah tabung reaksi
2.      Pipet pasteur
3.      Bunsen
4.      Penjepit tabung reaksi
5.      Gelas ukur
6.      Tripod
Bahan:
1.      Urin
2.      Reagen benedict
3.      Asam asetat 6%
4.      Larutan gula konsentrasi 10%
5.      Putih telur
6.      Air mendidih
Kegiatan 2: Glukosa dalam Urin
Alat:
1.      Tabung reaksi
2.      Pipet tetes
Bahan:
1.      Urin
2.      Larutan benedict

Kegiatan 3: Albumin dalam Urin
Alat:
1.      Tabung reaksi
2.      Pipet tetes
Bahan:
1.         Urin
2.         Asam Nitrit pekat

Kegiatan 4: Chlorida dalam Urin
Alat:
1.      Tabung reaksi
2.      Pipet tetes
Bahan:
1.      Urin
2.      Larutan AgNO3 10%

Kegiatan 5: Amonia dalam Urin
Alat:
1.      Tabung reaksi
2.      Pipet tetes
3.      Bunsen
Bahan:
1.      Urin
Kegiatan 6: Urea dalam Urin
Alat:
1.      Objek gelas
2.      Pipet tetes
Bahan:
1.      Urin
2.      Larutan jenuh Asam Oksalat
3.      Larutan Sodium Hipobromide

II.    Prosedur Kerja
Kegiatan 1: Uji Sifat Kimiawi Urin
a.       Langkah 1:
1.      Siapkan 4 tabung reaksi beri nomor 1 sampai dengan 4
2.      Isi tabung 1 dengan setetes larutan glukosa 10% , tabung 3 dengan 1ml putih telur, tabung 2 isi dengan 1 ml urin, tabung 4 dengan 2/3 urin dari volume tabung
3.      Pada tabung 1 dan 2 selanjutnya diberi masing-masing 5 tetes reagen benedict. Selanjutnya kedua tabung dimasukan ke dalam air mendidih selama sekita 5 menit, bersama tabung 3.
4.      Amatilah perubahan yang terjadi mengennai warnanya, bandingkan warna tabung 1 dan 2.
b.      Langkah 2:
1.      Panasi permukaan tabung 4 selama 30 detik di atas bunsen melalui bantuan pemegang tabung reaksi
2.      Amatilah perubahan warna yang terjadi. Jika keruh kemungkinan ada 3 penyebab yaitu adanya protein, kalsium fosfat atau kalsium karbonat.
3.      Selanjutnya tetskan sebanyak 3-5 tetes asam asteat 6%. Amatilah perubahan yang terjadi mengenai kekeruhannya.

Kegiatan 2: Glukosa dalam Urin
1.      Didihkan 5 ml larutan Benedict dalam tabung reaksi
2.      Tambahkan 8 tetes ke dalam larutan tadi dan panaskan lagi selama 1-2 menit, kemudian biarkan dingin.
3.      Amatilah adanya perubahan warna (endapan) yang terjadi, bila :
a. Hijau : kadar glukosa 1 %
b. Merah : kadar glukosa 1,5%
c. Oranye : kadar glukosa 2%
d. Kuning : kadar glukosa 5%

Kegiatan 3: Albumin dalam Urin
1.      Masukkan 5 ml asam nitrit pekat ke dalam tabung reaksi.
2.      Miringkan tabung reaksi tersebut kemudian tetesi urin dengan mempergunakan pipet tetes secara perlahan hingga urin turun melalui sepanjang tabung.
3.      Bila urin mengandung albumin akan terlihat adanya cincin berwarna putih yang terdapat pada daerah kontak urin dan asam nitrit.

Kegiatan 4: Chlorida dalam Urin
1.      Masukkan 5 ml urin ke dalam tabung reaksi kemudian tetesi dengan larutan AgNO3 beberapa tetes.
2.      Amati perubahan yang terjadi, endapan putih menunjukkan adanya Chlorida radikal.

Kegiatan 5: Amonia dalam Urin
1.      Masukkan 1 ml urin ke dalam tabung reaksi.
2.      Panaskan dengan menggunakan bunsen.
3.      Ciumlah bagaimana baunya?

Kegiatan 6: Urea dalam Urin
1.      Teteskan beberapa urin pada objek gelas, kemudian hadapkan pada cahaya matahari biarkan sebagian dari urin tersebut menguap.
2.      Tambahkan setetes larutan jenuh asam oksalat.
3.      Amati kristal urea yang terbentuk.
4.      Tambahkan beberapa tetes larutan sodium hipobromide.
5.      Pemuaian nitrogen tampak akibat dekomposisi urea.

III. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Uji Sifat Kimiawi Urin
Tabung reaksi
Komposisi
Reaksi Perubahan Warna
Keterangan
1
Glukosa 10% + reagen benedict
Merah Bata
Kadar glukosa 1,5 %
2
Urine + reagen benedict
Hijau
Kadar glukosa 1 %
3
Putih telur
Putih
Tidak ada glukosa
4
Urine dipanaskan
Tidak ada perubahan
Tidak ada kalsium fosfat atau kalsium karbonat

Tabel 2. Glukosa Dalam Urine
Komposisi
Reaksi Perubahan Warna
Hasil Uji Glukosa


Urine+benedict
Hijau
Kadar Glukosa 1%

Tabel  3. Albumin Dalam Urine
Komposisi
Reaksi
Hasil Uji Albumin

Urine + 5 ml  asam nitrit pekat
Tidak terbentuk cincin putih
(-)

Tabel  4. Chlorida Dalam Urine
Komposisi
Reaksi
Hasil Uji Chlorida

Urine+ larutan AgNO3
Terbentuk endapan putih
(+)

Tabel  5.  Amonia Dalam Urine
Komposisi
Reaksi setelah dipanaskan
Hasil Uji Amonia

Urine
Ada
(+)

Tabel 6. Urea Dalam Urine
Komposisi
Reaksi
Hasil Uji Urea

Urine + asam oksalat + sodium hipobromide

Tidak tampak pemuaian nitrogen

(-)

IV. Pembahasan
Pada uji sifat kimiawi urin disiapkan 4 botol dan diberi label botol 1 yang berisi glukosa 10%, botol ke 2 urine, botol 3 putih telur dan botol ke 4 urine. Hasilnya setelah botol ke 1 dan 2 ditetesi reagen benedict dan botol ke 4 dipanaskan, ke 4 botol memberikan warna yang berbeda. Botol 1 berwarna endapan merah bata, botol 2 berwarna hijau, botol 3 putih dan botol ke 4 bening. Hal ini membuktikan bahwa botol 1 mengandung glukosa dan sekaligus menjadi indikator. Botol ke 2 memberi endapan berwarna hijau, hal ini berarti bahwa mengandung glukosa dengan kadar 1%. Sedangkan botol ke 2 tetap putih karena putih telur tidak mengandung glukosa, dan botol ke 4 tidak mengandung protein, kalsium fosfat atau kalsium karbonat karena kondisi urine bening setelah dipanasi.
Percobaan yang ke 2 mengenai uji glukosa pada urine. Setelah dilakukan percobaan dengan menggunakan reagen benedict ternyata memberikan endapan berwarna hijau. Endapan ini terjadi karena adanya reaksi yang terjadi antara glukosa dan larutan benedict. Larutan benedict adalah larutan yang dibuat dari campuran kuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion C++ ­kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O. Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat membuat pereaksi Benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata. Warna endapan ini tergantung pada konsentrasi glukosa yang diperiksa. Semakin banyak kandungan glukosa dalam urine maka endapan yang terjadi akan semakin banyak dan berwarna kuning. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada urine tersebut mengandung glukosa. Namun kadar glukosa dari kedua urine tersebut berbeda, yakni pada urine penderita DM mengandung kadar glukosa sebanyak 5% dan pada urine tersebut kadar glukosa sebanyak 1%.
Berdasarkan hasil tes yang dilakukan, urine tidak ada albumin (tidak terbentuk cincin putih). Hal ini menunjukkan bahwa  ginjal penghasil sampel urine ini normal atau masih dapat menyaring albumin dengan baik. Sedangkan pada urine yang mengandung albumin ditandai dengan terbentuknya cincin putih pada daerah kontak urine dan asam nitrit. Idealnya, di dalam urine tidak terdapat albumin. Hal ini dikarenakan ukuran molekul albumin yang cukup besar sehingga dapat disaring dalam proses filtrasi oleh glomerulus di ginjal. Namun, apabila di dalam urine terdapat albumin maka dapat diindikasikan bahwa ginjal tidak bekerja dengan baik terutama pada proses filtrasi. Protein albumin jika terkena asam nitrat pekat akan terjadi denaturasi protein di permukaan dan membentuk cincin putih diantara urine dan asam nitrit pekat. Sehingga asam nitrat pekat ini sangat berguna untuk membantu mengidentifkasi adanya kandungan albumin dalam urine.
Dari hasil tes chlorida urine yang dilakukan, urine yang diuji mengandung chlorida radikal. Hal ini ditandai dengan adanya endapan putih pada setiap urine setelah ditetesi larutan perak nitrat (AgNO3) beberapa tetes. Endapan putih ini berasal dari Reagent AgNO3 yang digunakan saat pengujian yang bereaksi dengan Cl- yang terkandung di dalam urine dan membentuk AgCl. Kelarutan yang rendah di dalam pelarut menyebabkan AgCl akan mengendap. Chlorida dalam urine berasal dari NaCl yang terdapat pada hampir setiap makanan yang dikonsumsi. NaCl ini kemudian diuraikan menjadi Natrium dan Chlorida. Kemudian chlorida tersebut akan diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh kemudian sisanya yang bersifat racun dikeluarkan melalui urine.
Dari hasil pengamatan, sampel urine ini tercium bau pesing, bau ini menandakan adanya kandungan amonia di dalam urine. Perbedaannya yaitu terdapat pada tingkatan bau yang terdapat di setiap urine. Sebelum melakukan tes bau amonia pada urine, mula-mula urine tersebut dipanaskan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat reaksi atau penguapan pada urine karena urine memiliki kandungan air yang jika dipanaskan akan menguap dan uap air tersebut akan membawa molekul-moleku amonia. Sehingga praktikan dapat dengan mudah mencium bau urine. Urine dalam kondisi normal memang berbau, tetapi tidak sangat menusuk hidung (tajam).  Bau urine  dapat dideskripsikan bau amis, busuk, manis atau bau seperti belerang atau amonia. Pada beberapa kasus, bau urine yang sangat menusuk bisa disebabkan karena berbagai kondisi yang pada umumnya tidak membahayakan. Misalnya saja karena makanan atau minum obat yang akan berefek pada urine. Selain kondisi yang normal (fisiologis), bau urine yang menyengat itu juga bisa menunjukkan kemungkinan penyakit atau ketidaknormalan (patologis). Bau urine bisa merupakan gejala antara lain infeksi, radang, atau kondisi lain dari saluran kencing kita (mulai ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra). Selain itu bau menyengat pada urine bisa juga disebabkan karena penyakit yang diderita sebelumnya, seperti kencing manis (diabetes) dan dehidrasi (kekurangan cairan) yang pada akhirnya mempengaruhi saluran kencing dan juga sistem organ yang lain.
Setelah melakukan  uji kandungan urea dalam urine, tidak terdapat kristal oksalat yang terbentuk. Hal ini membuktikan bahwa urine tersebut tidak mengandung urea. Sebelum melakukan pengamatan, urine terlebih dahulu diuapkan sebagian. Hal ini dilakukan agar kandungan air dalam urine berkurang. Kandungan urea dalam urine dapat dideteksi dengan memberikan larutan oksalat untuk mengamati ada tidaknya kristal urea oksalat, dan kemudian ditambahkan larutan sodium hipobromide. Penambahan larutan ini berguna untuk melihat kristal yang lebih tajam. Perubahan yang terjadi pada proses ini karena adanya pemuaian nitrogen akibat adanya penguraian urea.







BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum, kandungan glukosa, albumin, klorida, amoniak dan urea pada urine sampel menunjukkan hasil yang normal. Hal ini ditunjukkan dengan indikator setiap percobaan yaitu :
1.      Glukosa dalam urine, indikator berwarna biru kehijauan menunjukkan kandungan glukosa dalam urine sedikit (normal) menandakan fungsi ginjal baik.
2.      Albumin dalam urine, indikatornya tidak terdapat struktur cincin putih yang menandakan bahwa tidak terdapatnya albumin dalam urine, menunjukkan ginjal masih berfungsi dengan baik.
3.      Klorida dalam urine, indikatornya terdapat endapan putih, menunjukkan urin tersebut mengandung klorida
4.      Amoniak dalam urine, indikatornya terdapat bau pesing menandakan urin tersebut mengandung amoniak.
5.      Urea dalam urine, indikatornya terdapat kristal oksalat yang menunjukkan adanya urea dalam urine tersebut. Namun pada hasil praktikum kami tidak terbentuk kristal oksalat.















DAFTAR PUSTAKA

Ganong, William F. 2003. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Slamet, Adeng. M. Tibrani. 2013. Penuntun Praktikum Fisiologi Manusia dan Hewan. Universitas Sriwijaya : Inderalaya.
Tibrani, Mgs. M. 2013. Diktat Panduan Belajar Fisiologi Manusia. Universitas Sriwijaya: Inderalaya


Post a Comment for "Sistem Ekskresi urine"