Laring
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tumor ganas
laring bukanlah hal yang jarang ditemukan di bidang THT. Sebagai gambaran,
diluar negeri tumor ganas laring menempati urutan pertama dalam urutan
keganasan di bidang THT. Tumor Ganas laring lebih sering mengenai laki-laki
dibanding perempuan, dengan perbandingan 5 : 1. Terbanyak pada usia 56-69
tahun. Etiologi pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan
beberapa hal yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu :
rokok, alkohol, sinar radioaktif, polusi udara radiasi leher dan asbestosis.
Untuk menegakkan diagnosa tumor ganas laring masih belum memuaskan, hal ini
disebabkan antara lain karena letaknya dan sulit untuk dicapai sehingga
dijumpai bukan pada stadium awal lagi. Biasanya pasien datang dalam keadaan
yang sudah berat sehingga hasil pengobatan yang diberikan kurang memuaskan.
Maka dari
itu, kami mengangkat makalah yang berjudul “Tumor Laring”, sekiranya
dapat dijadikan sebagai acuan dasar untuk mengenali konsep tumor laring, hingga
kelak yang menderita tumor tersebut dapat memproleh terapi pengobatan lebih
awal.
B. Tujuan
Penulisan
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep penyakit yang berhubungan
dengan Tumor Laring serta Asuhan Keperawatan pada klien dengan Tumor Laring.
2.
Tujuan
Khusus
a. Untuk
mengetahui pengertian dari Tumor Laring?
b. Untuk
mengetahui Etiologi dari Tumor Laring?
c. Untuk
mengetahui patofisiologi Tumor Laring?
d. Untuk
mengetahui manifestasi klinis Tumor Laring?
e. Untuk
mengetahui pemeriksaan diagnostik Tumor Laring?
f. Untuk
mengetahui terapi / penatalaksanaan dari Tumor Laring?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Laring adalah struktur epitel kartilago
yang menghubungkan faring dan trakea Fungsi utama laring adalah untuk
memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan napas bawah
dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
Kanker merupakan massa jaringan
abnormal tumbuh terus menerus, tidak pernah mati, tumbuh dan tidak
terkoordinasi dengan jaringan lain, akibatnya merugikan tubuh dimana ia tumbuh.
(Brunner and Suddarth, 2001 )
Kanker laring adalah keganasan pada pita suara,
kotak suara (laring) atau daerah lainnya di tenggorokan. (Erfansah . 2010)
Kanker laring merupakan tumor ganas
ketiga menurut jumlah tumor ganas di bidang THT dan lebih banyak terjadi pada
pria berusia 50-70 tahun. Yang tersering adalah jenis karsinoma sel skuamosa (Kepacitan.
2010)
B. Anatomi dan Fisiologi Laring
Laring atau
organ suara adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan antara faring
dan trakea. Laring juga sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
a. Epiglotis
Daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah
laring selama menelan
b. Glotis
Ostium antara pita suara dalam laring
c. Kartilago
tiroid
Kartilago terbesar pada trakea, sebagian darai
kartilago ini membentuk jakun ( Adam ‘s Apple).
d. Kartilago
krikoid
Satu satunya cincin kartilago yang komplit dalam
laring( terletak di bawah kartilago tiroid).
e. Kartilago aritenoid
Digunakan dalam gerakan pita
suara dengan kartilagotiroid
f. Pita Suara
Ligamen yang dikontrol oleh
gerakan otot yang menghasilkan bunyisuara , pita suara melekat pada
lumen laring.
C. Etiologi
Penyebab pasti sampai saat ini belum
diketahui, namun didapatkan beberapa hal yang berhubungan erat dengan
terjadinya keganasan laring yaitu : rokok, alkohol, sinar radio aktif, polusi
udara,dan radiasi leher. Ada peningkatan resiko terjadinya tumor ganas laring
pada pekerja-pekerja yang terpapar dengan debu kayu.
D. Patifisiologi
Karsinoma laring banyak dijumpai
pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan pada orang laki-laki.Hal ini
mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu,
kimia toksik atau serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui
secara pasti oleh para ahli.Kanker kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua
penyakit keganasan.Terutama neoplasma laringeal 95% adalah karsinoma sel
skuamosa.Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan
lambat.Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase
kearah kelenjar limfe.Bila kanker melibatkan epiglotis (ekstrinsik) metastase
lebih umum terjadi.Tumor supraglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum
mengenai pita suara sehingga mengakibatkan suara serak.Tumor pita suara yang
sejati terjadi lebih dini biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerakan
E.
Pathway
Faktor
predisposisi
(alkohol,
rokok, radiasi)
↓
Proliferasi sel
laring
↓
Diferensiasi
buruk sel laring
↓
Ca. Laring
Metastase supraglotik
↓
Obstruksi lumen oesophagus
↓
Disfagia progresif
↓
Intake kurang
↓
BB turun
↓
Gangg.
Pemenuhan nutrisi
|
Plica vocalis
↓
Suara parau
↓
Afonia
↓
Gangg.
Komunikasi verbal
|
Menekan/ mengiritasi serabut syaraf
↓
Nyeri dipersepsikan
↓
Gangg.
Rasa nyaman : nyeri
|
Obstruksi jalan napas
↓
Mengiritasi sel laring
↓
Infeksi
↓
Akumulasi sekret
↓
Bersihan
jalan napas tak efektif
|
F.
Manisfestasi
klinis
1. Serak
Suara serak adalah hal pertama yang akan tampak pada
pasien dengan kanker pada daerah glotis karena tumor mengganggu kerja pita
suara selama berbicara. Suara mungkin terdengar parau dan puncak suara rendah.
2. Dispneu dan
stridor.
Gejala ini merupakan gejala yang disebabkan oleh
sumbatan jalan nafas dan dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini
disebabkan oleh gangguan jalan nafas oleh massatumor, penumpukkan kotoran atau
sekret,maupun oleh fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik atau transglotik
terdapat dua gejala tersebut. Sumbatan dapat terjaadi secara perlahan-lahan
dapat dikompensasi oleh pasien. Pada umumnya dispneu dan stridor adalah tanda
dan prognosis kurang baik.
3. Nyeri
tenggorok
Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai
rasa nyeri yang tajam.
4. Disfagia (
Kesulitan Menelan)
Adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik,
hipofaring dan sinus piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling
sering pada tumior ganas postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan (odinofagi) menandakan
adanya tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.
5. Batuk dan
hemoptisis.
Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik,
biasanya timbul dengan tertekannya hipofaring disertai sekret yang mengalir ke
dalam laring. Hemoptisis sering terjadi pada tumor glotik dan supraglotik.
6. Gejala lain
berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, batuk hemoptisis dan
penurunan berat badan menandakan perluasan tumor ke luar jaringan atau
metastase lebih jauh.
7. Pembesaran
kelenjar getah bening leher dipertimbangkan sebagai metastasis tumor ganas yang
menunjukkan tumor pada stadium lanjut.
8. Nyeri tekan
laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi tumor yang
menyerang kaartilago tiroid dan perikondrium
G.
Pemeriksaan
Penunjang
a. Laringoskopi
Untuk menilai lokasi tumor dan penyebaran tumor.
b. Foto thoraks
Untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses
spesifik dan metastasis di paru.
c. CT-Scan
Memperlihatkan keadaan tumor/penjalaran tumor pada
tulang rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah
bening leher.
d. Biopsi
laring
Untuk pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil
patologi anatomik yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa
H.
Penatalaksanaan
Pada kasus
Ca laring dapat dilakukan pengobatan dengan radiasi dan pengangkatan laring
(Laringektomi). Pengobatan dipilih berdasar stadiumnya. Radiasi diberikan pada
stadium 1 dan 4. Alasannya mempunyai keuntungan dapat mempertahankan suara yang
normal, tetapi jarang dapat menyembuhkan tumor yang sudah lanjut,lebih-lebih
jika sudah terdapat pembesaran kelenjar leher.Oleh karena itu radioterapi
sebaiknya dipergunakan untuk penderita dengan lesi yang kecil saja tanpa
pembesaran kelenjar leher.
Kasus yang
ideal adalah pada tumor yang terbatas pada satu pita suara, dan masih mudah
digerakkan. Sembilan dari sepuluh penderita dengan keadaan yang demikian dapat
sembuh sempurna dengan radioterapi serta dapat dipertahankannya suara yang
normal. Fiksasi pita suara menunjukkan penyebaran sudah mencapai lapisan otot. Jika
tumor belum menyebar kedaerah supraglotik atau subglotik, lesi ini masih dapat
diobati dengan radioterapi, tetapi dengan prognosis yang lebih buruk.
Penderita
dengan tumor laring yang besar disertai dengan pembesaran kelenjar limfe leher,
pengobatan terbaik adalah laringektomi total dan diseksi radikal
kelenjar leher. Dalam hal ini masuk stadium 2 dan 3. Ini dilakukan pada
jenis tumor supra dan subglotik. Pada penderita ini kemungkinan sembuh tidak
begitu besar, hanya satu diantara tiga penderita akan sembuh sempurna.
Laringektomi diklasifikasikan kedalam :
1. Laringektomi
parsial.
Tumor yang terbatas pada pengangkatan hanya satu pita
suara dan trakeotomi sementara yang di lakukan untuk mempertahankan jalan
napas. Setelah sembuh dari pembedahan suara pasien akan parau.
2. Hemilaringektomi
atau vertikal.
Bila ada kemungkinan kanker termasuk
pita suara satu benar dan satu salah.Bagian ini diangkat sepanjang kartilago
aritenoid dan setengah kartilago tiroid.Trakeostomi sementara dilakukan dan
suara pasien akan parau setelah pembedahan.
3. Laringektomi
supraglotis atau horisontal.
Bila tumor berada pada epiglotis atau pita suara yang
salah, dilakukan diseksi leher radikal dan trakeotomi. Suara pasien masih utuh
atau tetap normal.Karena epiglotis diangkat maka resiko aspirasi akibat makanan
peroral meningkat.
4. Laringektomi
total.
Kanker tahap lanjut yang melibatkan
sebagian besar laring, memerlukan pengangkatan laring, tulang krikoid,
kartilago krikoid,2-3 cincin trakea, dan otot penghubung ke laring.
Mengakibatkan kehilangan suara dan sebuah lubang (stoma) trakeostomi yang
permanen. Dalam hal ini tidak ada bahaya aspirasi makanan peroral, dikarenakan
trakea tidak lagi berhubungan dengan saluran udara – pencernaan. Suatu sayatan
radikal telah dilakukan dileher pada jenis laringektomi ini. Hal ini meliputi
pengangkatan pembuluh limfatik, kelenjar limfe di leher, otot
sternokleidomastoideus, vena jugularis interna, saraf spinal asesorius,
kelenjar salifa submandibular dan sebagian kecil kelenjar parotis (Sawyer,
1990). Operasi ini akan membuat penderita tidak dapat bersuara atau berbicara.
Tetapi kasus yang dermikian dapat diatasi dengan mengajarkan pada mereka
berbicara menggunakan esofagus (Esofageal speech), meskipun kualitasnya tidak
sebaik bila penderita berbicara dengan menggunakan organ laring. Untuk latihan
berbicara dengan esofagus perlu bantuan seorang binawicara
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ca laring merupakan
keganasan yang sering dijumpai di bidang THT. Hal-hal yang saling mempengaruhi
kesembuhan penyakit ini antara lain kecepatan dan ketepatan diagnosa, penentuan
stadium tumor, fasilitas dan sarana yang ada, kondisi pasien serta pilihan
pengobatan yang diberikan.
B. Saran
1.
Bagi
para pembaca, diharapkan dapat memetik pemahaman dari uraian yang dipaparkan
diatas, sehingga dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan tambahan.
2.
Bagi
dosen pembimbing, diharapkan dapat memberi masukan, baik dalam proses
penyusunan maupun dalam pemenuhan referensi untuk membantu kelancaran dan
kesempurnaan pembuatan makalah kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C.2001. Buku ajar
keperawatan Medikal bedah Brunner dan Suddarth editor Suzzanne C. Smeltzer,
Brenda G. Bare : alih bahasa, agung waluyo...(et al) editor edisi bahasa
indonesia, monika ester. Ed. 8 Jakarta:EGC.
Carpenito,Lynda Juall.2006.Buku saku diagnosis keperawatan.Edisi 10,
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
Nanda.2007. Diagnosa Nanda.Jakarta:EGC
Post a Comment for "Laring"