Konservasi tanah secara agroforesty
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Lahan sebagai sumberdaya alam
mempunyai peranan diantaranya sebagai penghasil komoditi pertanian dan
kehutanan. Meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan pokok telah menyebabkan
meningkatnya kebutuhan akan areal pertanian yang lebih luas dan diusahakan
lebih intensif. Berdasarkan hal ini maka diperlukan kegiatan pengelolaan lahan
yang optimal untuk mendapatkan hasil yang maksimal untuk memenuhi kebutuhan
yang makin meningkat tersebut. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk
pemanfatan lahan secara optimal adalah melalui kegiatan agroforestri.
Agroforestri merupakan sistem
tersendiri dan bukan sekedar campuran tanaman pertanian-kehutanan-peternakan.
Keberhasilan pemapanan agroforestri tergantung pada ketepatan memilih bentuk
dan menentukan sasaran menurut kebutuhan setempat dan ketergabungannya dengan
kebiasaan petani setempat. Ini berarti bahwa agroforestri merupakan suatu
penyelesaian suatu penyelesaian baik menurut tempat maupun waktu. Ciri-ciri
agroforestri adalah:
1. Budidaya tanaman menetap pada
sebidang lahan.
2. Mengkombinasikan tanaman semusim dan
tanaman tahunan secara berdampingan atau berurutan, tanpa atau dengan
pemeliharaan ternak.
3. Menerapkan pengusahaan budidaya
tanaman yang dapat digabungkan dengan kebiasaan petani setempat.
4. Merupakan sistem pemanfaatan lahan
dimana tanaman pertanian, kehutanan dan atau peternakan menjadi anasirnya, baik
secara struktur maupun fungsi.
Agroforestri memiliki banyak manfaat baik secara ekonomi,
ekologi dan sosial. Manfaat ekonomi adalah agroforestri dapat meningkatkan
hasil produksi suatu lahan dengan penanaman berbagai macam komoditi bernilai
ekonomi dan menyediakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Manfaat secara
ekologi adalah dengan adanya sistem agroforestri diharapkan dapat memenuhi
kaidah pengawetan tanah dan air. Pada sistem ini diharapkan pepohonan dapat melindungi
tanah dari butiran air hujan secara langsung yang dapat menyebabkan aliran
permukaan. Manfaat secara sosiala adalah dengan adanya sistem agroforestri
dapat meningkatkan kesejahtraan hidup masyarakat dan dapat menciptakan
masyrakat mandiri. Manfaat agroforestri yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah manfaat agroforestri dari segi ekologi yaitu pengawetan tanah dan air.
B.
Tujuan
1.
Apa itu Agroforestry?
2.
Bagaimana konservasi tanah secara Agroforestry?
3.
Bagaimana manfaat konservasi tanah secara Agroforestry?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN AGROFORESTRY
Agroforestry merupakan system
penggunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman berkayu (pepohonan, perdu,
bambu, rotan dan lainnya) dengan tanaman tidak berkayu atau dapat pula dengan
rerumputan (pasture), kadang-kadang ada komponen ternak atau hewan lainnya
(lebah, ikan) sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antara tanaman
berkayu dengan komponen lainnya (Huxley 1999). Hampir setiap ahli mengusulkan
definisi yang berbeda satu dari yang lain.
Agroforestri merupakan salah satu
sistem penggunaan lahan yang diyakini oleh banyak orang dapat mempertahankan
hasil pertanian secara berkelanjutan. Agroforestri memberikan kontribusi yang
sangat penting terhadap jasa lingkungan (environmental services) antara
lain mempertahankan fungsi hutan dalam mendukung DAS (daerah aliran sungai),
mengurangi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, dan mempertahankan
keanekaragaman hayati. Mengingat besarnya peran Agroforestri dalam
mepertahankan fungsi DAS dan pengurangan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer
melalui penyerapan gas CO2 yang telah ada di atmosfer oleh tanaman dan
mengakumulasikannya dalam bentuk biomasa tanaman, maka agroforestri sering
dipakai sebagai salah satu contoh dari “Sistem Pertanian Sehat” (Hairiah dan
Utami 2002).
Salah satu fungsi agroforestri pada
level bentang lahan (skala meso) yang sudah terbukti diberbagai tempat adalah
kemampuannya untuk menjaga dan mempertahankan kelestarian sumber daya alam dan
lingkungan, khususnya terhadap kesesuaian lahan. Beberapa dampak positif sistem
agroforestri pada skala meso ini antara lain: (a) memelihara sifat fisik dan
kesuburan tanah, (b) mempertahankan fungsi hidrologi kawasan, (c)
mempertahankan cadangan karbon, (d) mengurangi emisi gas rumah kaca, dan (e)
mempertahankan keanekaragaman hayati. Fungsi agroforestri itu dapat diharapkan
karena adanya komposisi dan susunan spesies tanaman dan pepohonan yang ada
dalam satu bidang lahan.
B.
KONSERVASI
TANAH SECARA AGROFORESTRY
Laju pertambahan penduduk yang sangat
cepat menimbulkan masalah yang kompleks akhir-akhir ini. Peningkatan jumlah
penduduk diikuti oleh peningkatan kebutuhan pangan, sandang, papan/perumahan
dan lain-lain. Lahan yang memadahi diperlukan untuk penyediaan kebutuhan
tersebut, terutama untuk budidaya pertanian.
Kualitas dan kuantitas lahan menurun
dengan peningkatan tekanan oleh manusia, karena adanya pengalihfungsian lahan
pertanian menjadi menjadi areal non-pertanian. Pengolahan lahan yang tidak
akrab dengan lingkungan akan mempercepat terjadinya degradasi kesuburan tanah.
Oleh karena itu, permasalahan lahan ini perlu mendapatkan perhatian yang
sungguh-sungguh dari semua pihak.
Sebagian besar hutan alam di
Indonesia termasuk dalam hutan hujan tropis. Banyak para ahli yang
mendiskripsi hutan hujan tropis sebagai ekosistem spesifik, yang hanya dapat
berdiri mantap dengan keterkaitan antara komponen penyusunnya sebagai kesatuan
yang utuh. Keterkaitan antara komponen penyusun ini memungkinkan bentuk
struktur hutan tertentu yang dapat memberikan fungsi tertentu pula seperti
stabilitas ekonomi, produktivitas biologis yang tinggi, siklus hidrologis yang
memadai dan lain-lain. Secara de facto tipe hutan ini memiliki
kesuburan tanah yang sangat rendah, tanah tersusun oleh partikel lempung yang
bermuatan negatif rendah seperti kaolinite dan illite.
Kondisi tanah asam ini memungkinkan besi dan almunium menjadi aktif di samping
kadar silikanya memang cukup tinggi, sehingga melengkapi keunikan hutan
ini. Namun dengan pengembangan struktur yang mantap terbentuklah salah
satu fungsi yang menjadi andalan utamanya yaitu ”siklus hara tertutup” (closed
nutrient cycling) dan keterkaitan komponen tersebut, sehingga mampu mengatasi
berbagai kendala/keunikan tipe hutan ini (Withmore, 1975).
Alih fungsi lahan hutan menjadi
lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan
tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan bahkan
perubahan lingkungan global. Masalah ini bertambah berat dari waktu ke waktu
sejalan dengan meningkatnya luas areal hutan yang dikonversikan menjadi lahan
usaha lain. Agroforestri adalah salah satu sistem pengelolaan lahan yang
mungkin dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih
fungsi lahan tersebut dan sekaligus untuk mengatasi masalah ketersediaan
pangan.
Agar dapat meningkatkan
produktivitas lahan terutama lahan pertanian di Indonesia saat ini, maka juga
berkaitan dengan faktor kesuburan tanah pada lahan tersebut. Dalam sistem
agroforestri terdapat interaksi ekologis dan ekonomis antara komponen-komponen
yang berbeda. Agroforestri ditujukan untuk memaksimalkan penggunaan energi
matahari, meminimalkan hilangnya unsurhara di dalam sistem, mengoptimalkan
efesiensi penggunaan air dan meminimalkan runoff serta erosi.
Dengan demikian mempertahankan manfaat-manfaat yang dapat diberikan oleh
tumbuhan berkayu tahunan (perennial) setara dengan tanaman pertanian
konvensional dan juga memaksimalkan keuntungan keseluruhan yang dihasilkan dari
lahan sekaligus mengkonservasi dan menjaganya.
Kondisi tanah hutan ini juga
menunjukkan keunikan tersendiri. Aktivitas biologis tanah lebih bertumpu pada
lapisan tanah atas (top soil). Aktivitas biologis tersebut sekitar 80% terdapat
pada top soil saja. Kenyataan-kenyataan tersebut menunjukkan bahwa hutan
tropika basah merupakan ekosistem yang rapuh (fragile ecosystem), karena setiap
komponen tidak bisa berdiri sendiri. Disamping itu dijumpai pula fenomena lain
yaitu adanya ragam yang tinggi antar lokasi atau kelompok hutan baik
vegetasinya maupun tempat tumbuhnya (Marsono, 1991).
Dalam sistem agroforestri terdapat
interaksi ekologis dan ekonomis antara komponen-komponen yang berbeda.
Agroforestri ditujukan untuk memaksimalkan penggunaan energi matahari,
meminimalkan hilangnya unsur hara di dalam sistem, mengoptimalkan efesiensi
penggunaan air dan meminimalkan runoff serta erosi. Dengan
demikian mempertahankan manfaat-manfaat yang dapat diberikan oleh tumbuhan
berkayu tahunan (perennial) setara dengan tanaman pertanian konvensional dan
juga memaksimalkan keuntungan keseluruhan yang dihasilkan dari lahan sekaligus
mengkonservasi dan menjaganya.
Menurut Young dalam
Suprayogo et al (2003) ada empat keuntungan terhadap tanah yang diperoleh
melalui penerapan agroforestri antara lain adalah:
1. Memperbaiki kesuburan tanah,
2. Menekan terjadinya erosi
3. Mencegah perkembangan hama dan
penyakit,
4. Menekan populasi gulma.
Peran utama agroforestri dalam
mempertahankan kesuburan tanah, antara lain melalui empat mekanisme:
1. Mempertahankan kandungan bahan
organik tanah,
2.
Mengurangi
kehilangan hara ke lapisan tanah bawah,
3.
Menambah
N dari hasil penambatan N bebas dari udara,
4.
Memperbaiki
sifat fisik tanah,
Teknik konservasi tanah dan air pada daerah berlereng
dilakukan dengan pembuatan terasering atau melakukan penanaman mengikuti garis
kontur di dalam lorong dengan menggunakan tanaman penyangga berupa campura
tanaman tahunan (perkebunan, buah-buahan, polong-polongan dan tanama industri)
sayuran dan rumput untuk pakan ternak.
Sistem penamaman agroforestri pada daerah berlereng dapat
menggunakan Sistem Sloping Agricultural Land Technology (SALT),
suatu bentuk Alle Cropping (tanaman lorong). Sistem SALT diselenggarakan dalam
suatu proyek di Mindanao Baptist Rural Life Center Davao Del Sur. Dalam proyek
ini, dapat ditunjukkan bahwa cara bercocok tanam dan pengaturan letak tanaman
terutama di daerah berlereng, sangat berperan dalam konservasi tanah dan air
serta produksi hasil pertaniannya. Penggunaan mulsa lamtoro
(Leucaenleucocephala) dapat meningkatkan kesuburan tanah dan pendapatan petani
sedangkan bahaya erosi dapat diperkecil. Pendapatan para petani dapat meningkat
dua kali setelah mengikuti semua aturan yang ditentukan selama empat tahun.
Pokok-pokok aturan dalam penyelenggaraan SALT adalah sebagai berikut :
1.
Penanaman
lamtoro dua baris pada tanah yang telah diolah secara baik, dengan antara 0,5
meter. Setelah tingginya 3 – 4 meter dipangkas satu meter di atas tanah. Daun
dan ranting lamtoro diletakkan di bawah tanaman tahunan atau areal / lajur
tanaman pangan.
2.
Jarak
barisan tanaman lamtoro 4 – 6 meter, tergantung pada kemiringan lahan.
3.
Tanaman
keras ditanam bersamaan dengan lamtoro dengan cara cemplongan, jarak 4 – 7
meter.
4.
Tanaman
pangan dimulai setelah batang lamtoro sebesar jari.
C. MANFAAT KONSERVASI TANAH SECARA AGROFORESTRI
Penerapan sistem agroforestri
sebagai pemanfaatan lahan memberi manfaat ekologi melalui penggunaan
lahan yang diterapkan. Manfaat ekologi yang dapat dirasakan melalui sistem
agroforestri secara tidak langsung akan melindungi pepohonan kehutanan dari
perambahan masyarakat sekitar, sehingga fungi ekologi dari tegakan pohon
tersebut tetap berfungsi dengan baik. Pohon tersebut akan menghalangi air hujan
turun langsung ke permukaan tanah, sehingga energi kinetik dari air hujan
menjadi lebih kecil saat turun di atas permukaan tanah. Tajuk tersebut juga
akan menghambat air hujan turun semua ke permukaan tanah melalui proses
intersepsi. Pada proses intersepsi, air hujan yang tertahan di tajuk pohon akan
diuapkan kembali ke atmosfer. Selain itu, dengan adanya tanaman sela seperti
tanaman pertanian akan mengurangi energi kinetik yang lepas dari tajuk pohon.
Adanya penutupan lahan yang optimal oleh serasah daun pohon maupun tanaman
pertanian akan mengurangi laju aliran permukaan (surface run off). Menurunnya
laju surface run off akan melindungi bahan organik atau lapisan top soil yang
ada di atas permukaan tanah. Dengan demikian, laju erosi pun dapat diperkecil.
Semakin luas permukaan tanah yang
tidak tertutup oleh vegetasi, maka semakin besar kehilangan tanahnya. Sehingga
dengan adanya sistem agroforestri yang memanfaatkan lahan dengan pentupan
vegetasi optimal, akan memperkecil kehilangan tanah. Akan tetapi, faktor
pengelolaan tanah juga sebanding dengan besar kehilangan tanah. Sehingga
pengelolaan tanah yang kurang tepat akan memperbesar kehilangan tanah. Pada
sistem agroforestri, pengelolaan tanah sebelum penanaman dan saat pemanenan
adalah tahap yang rentan terhadap hilangnya bagian tanah (erosi). Pada tahap
ini, penutupan lahan belum optimal, sehingga diperlukan cover crops untuk
melindungi tanah dari erosi. Cover crops tersebut dapat berupa tanaman
leguminosea yang cepat tumbuh maupun rerumputan.
Pada daerah dengan topogarfi miring,
konservasi tanah tidak hanya memerhatikan penutupan tanah, tetapi juga metode
penanaman yang digunakan. Lahan dengan topografi miring lebih rentan terhadap
surface run off dan erosi, sehinggga diperlukan adanya guludan. Guludan
tersebut akan menghambat lapisan tanah yang dapat terbawa oleh aliran
permukaan. Pembuatan guludan dapat dilakukan dengan jarak 5 meter atau dapat
disesuaikan dengan kemiringan lereng. Oleh karena rentannya erosi pada
topografi miring dan pengelolaan tanah, maka diperlukan jenis yang dipanen
adalah hasilnya seperti kopi, coklat, maupun buah-buahan, terutama jika faktor
erodibilitas tanahnya tinggi.
Selain sistem agroforestri dapat
mengkonservasi tanah, agroforestri juga dapat mengkonservasi air. Vegetasi yang
menutupi tegakan akan menyimpan air hujan dan menahan air limpasan yang
turun ke dalam tanah melalui proses infiltrasi. Seperti yang diungkapkan oleh
Murdiyarso dan Kurnianto 2007, banjir akan bisa menjadi lebih besar jika
penyimpan air (water saving) tidak bisa menahan air limpasan. Hal ini
bisa terjadi ketika hutan yang berfungsi sebagai daya simpan air tidak mampu
lagi menjalankan fungsinya. Hutan dapat mengatur fluktuasi aliran sungai karena
peranannya dalam mengatur limpasan dan infiltrasi. Strata pohon yang ada pada
sistem agroforestri menyerupai strata yang ada pada hutan, sehingga lahan tetap
mampu menyimpan air oleh vegetasi yang ada.
Menurut Michon dan Deforestra
1995 dalam Michon dan Deforesta 2000 menyebutkan bahwa salah
satu manfaat dari sistem pengelolaan hutan bersama masyarakat dengan
model agroforestry ialah konservasi tanah dan air. Seperti halnya hutan alam,
agroforestry juga memiliki sistem stratifikasi tajuk yang dari segi konservasi
tanah dan air akan lebih berdampak pada pengaturan tata air dan hujan tidak
secara langsung jatuh ke tanah sehingga dapat mencegah erosi permukaan. Hal ini
terlihat dari komposisi jenis dan pola tanam, jenis pohon di ladang, dan hutan
rakyat. Sebagai contoh peran pohon dalam peresapan air seperti Calliandra
callothyrsus 56%, Parkia javanica 63,9%, dan Dalbergia latifolia 73,3%
(Pudjiharta 1990).
Di dalam ekosistem, hubungan tanah,
tanaman, hara dan air merupakan bagian yang paling dinamis. Tanaman menyerap
hara dan air dari dalam tanah untuk dipergunakan dalam proses-proses
metabolisme dalam tubuhnya. Sebaliknya tanaman memberikan masukan bahan organik
melalui serasah yang tertimbun di permukaan tanah berupa daun dan ranting serta
cabang yang rontok. Bagian akar tanaman memberikan masukan bahan organik
melalui akar-akar dan tudung akar yang mati serta dari eksudasi akar. Di dalam
sistem agroforestri sederhana, misalnya sistem budidaya pagar, pemangkasan
cabang dan ranting tanaman pagar memberikan masukan bahan organik tambahan.
Bahan organik yang ada di permukaan tanah ini dan bahan organik yang telah ada
di dalam tanah selanjutnya akan mengalami dekomposisi dan mineralisasi dan
melepaskan hara tersedia ke dalam tanah. Dengan kata lain, adanya pohon dalam
agroforestry memberi manfaat terhadap lingkungan yakni terjadinya siklus hara
yang efisien sehingga akan mendukung produktivitas lahan melalui penyuburan
oleh berkembangnya mikroba tanah. Tersedianya konsentrasi bahan organik, C, dan
N tanah dari serasah akan berpengaruh pada biomasa mikroba tanah, termasuk
mikoriza yang aktif menyerap dan menyediakan unsur mikro P, N, Zn, Cu, dan S
kepada tumbuhan inang, sehingga siklus hara pada agroforestry bersifat efisien
dan tertutup (Riswan et al., 1995).
Pohon memberikan pengaruh positif
terhadap kesuburan tanah, antara lain melalui: (a) peningkatan masukan bahan
organik (b) peningkatan ketersediaan N dalam tanah bila pohon yang ditanam dari
keluarga leguminose, (c) mengurangi kehilangan bahan organik tanah dan hara
melalui perannya dalam mengurangi erosi, limpasan permukaan dan pencucian, (d)
memperbaiki sifat fisik tanah seperti perbaikan struktur tanah, kemampuan
menyimpan air (water holding capacity), (e) dan perbaikan kehidupan
biota.
Beberapa proses yang terlibat dalam
perbaikan kesuburan tanah oleh pohon dalam sistem agroforestri sebagai berikut:
§ Lewat proses-proses dalam tanah
1) Mengurangi erosi tanah.
2) Mempertahankan kandungan bahan
organik tanah
3) Memperbaiki dan mempertahankan sifat
fisik tanah (lebih baik dibanding tanaman semusim).
4) Menambah jumlah kandungan N tanah
melalui fiksasi N dari udara oleh tanaman legume
5) Sebagai jaring penyelamat hara yang tercuci
di lapisan tanah bawah, dan menciptakan daur ulang ke lapisan tanah atas
melalui mineralisasi seresah yang jatuh di permukaan tanah.
6) Membentuk kurang lebih sistem
ekologi yang tertutup (yaitu menahan semua, atau hampir semua, atau sebagian
besar unsur hara di dalam sistem)
7) Mengurangi kemasaman tanah (melalui
pelepasan kation dari hasil mineralisasi seresah)
8) Mereklamasi tanah yang terdegradasi
9) Memperbaiki kesuburan tanah lewat
masukan biomass dari sistem perakaran pohon dan kontribusi dari bagian atas
pohon
10) Memperbaiki aktivitas biologi tanah
dan mineralisasi N lewat naungan pohon
11) Memperbaiki asosiasi mikoriza lewat
interaksi tanaman dan pohon
12) Lewat interaksi biofisik
a. Memperbaiki penyerapan hujan, cahaya
dan nutrisi mineral, sehingga meningkatkan produksi
b. Biomass.
c. Memperbaiki efisiensi penyerapan
hujan, cahaya dan nutrisi mineral yang dipakai. Terhindar dari penyebaran dan
kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit
13) Keuntungan lingkungan yang lain dari
pohon atau semak
a. Meningkatkan fiksasi N pohon legume
melalui peningkatan jumlah bintil akar bila akar pohon legume tersebut tumbuh
berdekatan atau kontak langsung dengan akar tanaman bukan pemfiksasi N (mungkin
dikarenakan adanya perpindahan langsung dari unsur N atau rendahnya ketersediaan
N dalam tanah yang meningkatkan efektifitas bintil akar).
b. Tajuk pohon dapat melindungi tanah
dari bahaya erosi
c. Pepohonan memberikan peneduh bagi
tanaman yang membutuhkan naungan (misalnya kopi) dan menekan populasi
rerumputan yang tumbuh dibawahnya.
Apabila terjadi perubahan sistem agroforestry akan
mengakibatkan berbagai kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh timbulnya
erosi tanah dan degradasi lahan. Hal ini menyebabkan punahnya komponen-komponen
penting agroforestry seperti fungsi tata air, penghasil serasah dan
humus, habitat satwa liar, perlindungan varietas dan jenis tumbuhan lokal
sehingga banyak tumbuhan lokal sebagai sumber pangan buah buahan, bahan
bangunan, kayu bakar, dan bahan baku obat-obatan sudah sangat langka. Di lain
pihak, usaha budidaya jenis-jenis yang terancam punah tersebut sangat minim
(Setyawati dan Bismark, 2002).
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Agroforestry merupakan system penggunaan lahan yang
mengkombinasikan tanaman berkayu (pepohonan, perdu, bambu, rotan dan lainnya)
dengan tanaman tidak berkayu atau dapat pula dengan rerumputan (pasture),
kadang-kadang ada komponen ternak atau hewan lainnya (lebah, ikan) sehingga
terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antara tanaman berkayu dengan
komponen lainnya (Huxley 1999). Hampir setiap ahli mengusulkan definisi yang
berbeda satu dari yang lain.
Agroforestri merupakan salah satu sistem penggunaan lahan
yang diyakini oleh banyak orang dapat mempertahankan hasil pertanian secara
berkelanjutan. Agroforestri memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap
jasa lingkungan (environmental services) antara lain mempertahankan
fungsi hutan dalam mendukung DAS (daerah aliran sungai), mengurangi konsentrasi
gas rumah kaca di atmosfer, dan mempertahankan keanekaragaman hayati. Mengingat
besarnya peran Agroforestri dalam mepertahankan fungsi DAS dan pengurangan
konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer melalui penyerapan gas CO2 yang telah
ada di atmosfer oleh tanaman dan mengakumulasikannya dalam bentuk biomasa
tanaman, maka agroforestri sering dipakai sebagai salah satu contoh dari
“Sistem Pertanian Sehat” (Hairiah dan Utami 2002).
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Maka penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang
akan datang. Penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
http://baskara90.wordpress.com/2012/10/13/peran-agroforestri-dalam-konservasi-tanah-dan-air/
Post a Comment for "Konservasi tanah secara agroforesty"