Loyalitas merek Aqua dalam kemasan
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Air
pegunungan yang sangat segar dengan proses pemurnian air tanpa menghilangkan
kandungan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yaitu air Aqua. Saya
merasakan kalau air minum di rumah saya agaknya kurang menyegarkan karena
berbau amis dan kurang menyehatkan. Ibu saya terkena sakit jantung dan seorang
dokter menyarankan untuk mengkonsumsi air minum aqua entah apa alasannya yang
pasti karena air aqua mengandung mineral cukup tinggi beda dengan air yang direbus,
mieneral yang didalam air hampir hilang dan tidak mengadung vitamin didalamnya.
Air minum aqua sangat banyak mengadung air mineral dan berguna bagi tubuh kita
dan bisa menjaga dari berbagai penyakit. Diambil dari pegunungan yang masih
murni dan belum terjamah oleh limbah kotor yang banyak terjadi dikota kota
besar seperti Jakarta, tidak ada lagi air bersih di Jakarta, butuh kedalaman
yang cukup untuk mendapatkan air bersih. Maka itu konsumen lebih menyukai aqua.
Loyalitas
pelanggan terhadap merek produk merupakan konsep yang sangat
penting khususnya pada kondisi tingkat persaingan yang sangat ketat dengan
pertumbuhan yang rendah. Pada kondisi demikian loyalitas pada merek sangat
dibutuhkan agar perusahaan dapat bertahan hidup. Di samping itu, upaya
mempertahankan loyalitas merek ini merupakan upaya strategis yang lebih
efektif dibandingkan dengan upaya menarik pelanggan baru. Persoalan merek menjadi salah satu persoalan yang harus dipantau secara terus menerus oleh setiap perusahaan.
penting khususnya pada kondisi tingkat persaingan yang sangat ketat dengan
pertumbuhan yang rendah. Pada kondisi demikian loyalitas pada merek sangat
dibutuhkan agar perusahaan dapat bertahan hidup. Di samping itu, upaya
mempertahankan loyalitas merek ini merupakan upaya strategis yang lebih
efektif dibandingkan dengan upaya menarik pelanggan baru. Persoalan merek menjadi salah satu persoalan yang harus dipantau secara terus menerus oleh setiap perusahaan.
Merek
merek yang kuat, teruji, dan bernilai tinggi terbukti tidak hanya sukses
mengalahkan hitungan-hitungan rasional, tetapi juga canggih mengolah sisi -
sisi emosional konsumen. Merek bisa memiliki nilai tinggi karena ada brand
building activity yang bukan sekadar berdasarkan komunikasi, tetapi merupakan
segala macam usaha lain untuk memperkuat merek tersebut. Dari komunikasi, merek
bisa menjanjikan sesuatu, bahkan lebih dari janji, merek juga mensinyalkan
sesuatu (brand signaling). Merek akan mempunyai reputasi jika ia memiliki
kualitas dan karisma. Agar memiliki karisma, merek harus mempunyai aura, harus
konsisten, kualitasnya harus dijaga dari waktu ke waktu, selain tentunya juga
harus mempunyai kredibilitas. Agar tampil menjadi yang terbaik, tentu suatu
merek harus terlihat seksi di pasar hingga mampu membuat konsumen tertarik
membelinya. Agar terlihat seksi, merek tersebut harus memiliki costumer value
jauh di atas merek-merek yang lain. Selain itu, harus mampu meningkatkan
keterlibatan emosi pelanggan sehingga pelanggan mempunyai ikatan dan keyakinan
terhadap merek tersebut. Sebagai salah satu produsen air minum terbesar dan
pertama di Indonesia, tentu Aqua tidak menghendaki para pelanggannya beralih ke
produk lain.
Oleh
sebab itu, tuntutan untuk selalu menjadi yang terbaik harus menjadi komitmen organisasi
agar para pengguna air minum masih tetap setia untuk selalu mengkonsumsi air
minum Aqua. Kesetiaan pelanggan tidak dapat begitu saja diraih, tetapi memerlukan
proses panjang untuk meyakinkan bahwa Aqua merupakan air minum terbaik.
Membangun kepercayaan konsumen telah dilakukan oleh perusahaan air mineral Aqua
sejak didirikan. Hal ini dibuktikan dengan inovasi yang telah dilakukan oleh PT
Tirta Investama untuk selalu memberikan yang terbaik kepada konsumen. Inovasi
tersebut berupa selalu melakukan pengembangan dan diversifikasi terhadap produk
Aqua serta membangun aliansi dengan merek terkenal, yaitu Danome untuk
memperkuat pasar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Banyaknya
Responden Yang Tidak Suka dan Banyak Yang Sangat Tidak Puas
Bisnis
air minum dalam kemasan atau yang umum dikenal dengan AMDK semakin berkembang,
ditunjukkan dengan semakin besarnya pasar industri AMDK itu sendiri. Merek Aqua
dapat menguasai pasar hingga saat ini karena merupakan merek pionir untuk air
dalam kemasan di Indonesia. Nilai merek (brand value) dari Aqua berada di
posisi pertama sebagai merek yang diakui kualitasnya oleh konsumen.
Posisi
merek Aqua sebagai top of mind kategori produk AMDK menyebabkan merek tersebut
terjebak menjadi merek yang generik. Kondisi tersebut menyebabkan konsumen
mengidentikkan merek Aqua sebagai kategori produk AMDK dan tidak terlalu peduli
dengan merek yang mereka terima saat melakukan pembelian. Kepuasan konsumen
telah dicapai oleh Aqua, akan tetapi dalam pemasaran tidak berhenti begitu
konsumen merasa puas. Tujuan dari pemasaran sebenarnya adalah untuk membuat
konsumen setia (consumer loyalty) pada merek yang dikeluarkan perusahaan. Hal
tersebut belum terlihat pada Aqua.
Konsumen
Aqua umumnya tidak mempertanyakan brand switching pada aktivitas pembelian
mereka, yang berarti loyalitas konsumen sangat rendah. Meskipun konsumen
menunjukkan kepuasan mereka terhadap kualitas produk, sikap yang ditunjukkan
konsumen dalam pembelian merek kategori AMDK adalah sebaliknya.
Berdasarkan
latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah loyalitas
konsumen dan bagaimana bentuk hubungan antara kepuasan (Consumer Satisfaction)
dengan loyalitas konsumen (Consumer Loyalty) serta bagaimana kepuasan dan
loyalitas akan saling mempengaruhi. Dengan adanya gambaran mengenai loyalitas
konsumen maka dapat dipertimbangkan kemungkinan mereka untuk beralih kemerek
lain.
Penelitian
ini dilaksanakan dengan menganalisis perilaku (behaviour) loyalitas konsumen
merek Aqua sebenarnya dibandingkan dengan sikap (attitude) yang mereka
tunjukkan terhadap kinerja kualitas produk, kemudian mengelompokkan loyalitas
yang ditunjukkan oleh konsumen AMDK dan terakhir menganalisis pengaruh kinerja
kualitas AMDK merek Aqua terhadap kepuasan konsumen dan loyalitas konsumen
terhadap merek tersebut.
Penelitian
dilaksanakan pada bulan September hingga November 2006 yang mengambil lokasi di
wilayah kota Bogor. Responden adalah konsumen AMDK, baik pria atau wanita
berusia diantara 18 hingga 55 tahun yang dalam satu bulan terakhir pernah
mengkonsumsi merek Aqua. Responden yang diambil sebanyak 100 orang yang
ditentukan berdasarkan rule of thumb pengambilan sampel structural equation
modelling (SEM). Penentuan lokasi penelitian dari setiap wilayah tersebut dilakukan
secara simple random. Responden kemudian dipilih dari konsumen yang memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan (judgemental sampling).
Pengolahan
data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan
konsumen sebenarnya, analisis cluster untuk mengelompokkan loyalitas konsumen,
dan terakhir analisis structural equation modelling (SEM) untuk mengkaji
besarnya pengaruh kinerja kualitas terhadap kepuasan dan kepuasan terhadap
loyalitas.
Hasil
analisis menunjukkan bahwa profil demografi responden usia konsumen AMDK
terbesar berada pada kisaran usia 25 hingga 34 tahun yaitu 39 % dari
keseluruhan responden ; Jumlah konsumen wanita 54 % dan pria 46 % ; Tingkat
pendidikan adalah sarjana strata 1 (S1) yaitu 50 persen, SMA 20 % dan akademi 15
% ; Pekerjaan yang paling banyak dilakukan adalah pegawai swasta 33 %, pelajar
/ mahasiswa 27 %, dan wiraswasta 14 % ; Pendapatan Rp. 1 - 4 juta 46 % dan yang
kurang dari Rp. 1 juta 45 %.
Aktivitas
penggunaan (usage) yang ditunjukkan oleh konsumen dalam mengkonsumsi produk
dapat digunakan untuk menggambarkan bagaimana perilaku konsumsi konsumen AMDK.
Konsumen yang menggunakan Aqua sebagai merek yang terakhir dibeli sebanyak 62
%. Tempat pembelian yang paling banyak dikunjungi oleh konsumen AMDK adalah warung
dengan jumlah sebesar 44 %. Umumnya konsumen hanya melakukan pembelian dalam
jumlah kecil yaitu 0,25 hingga 1 liter, sebanyak 29 %. Meskipun Aqua merupakan
merek terakhir yang terbanyak digunakan oleh konsumen AMDK, ternyata sebagian
besar konsumen tidak hanya menggunakan satu merek saja dalam satu bulannya.
Konsumen yang hanya menggunakan satu merek saja dalam satu bulan terakhir
penggunaan AMDKnya 31 %, dan sisanya 69 % adalah konsumen yang tidak. Merek
2Tang adalah merek lain yang paling banyak digunakan atau dipilih konsumen
dengan jumlahnya mencapai 43 %, kemudian Ades 29 %, Vit 20 %, dan Prima 18 %.
Untuk
pemilihan AMDK terdapat beberapa alasan yang umumnya muncul dari konsumen
faktor kebiasaan merupakan alasan yang paling banyak diungkapkan oleh konsumen
yaitu 39 %, berikutnya adalah karena mereka sudah percaya dengan merek tersebut
21 %, tidak punya alasan tertentu sebanyak 16 %, dan sisanya adalah konsumen
yang beralasan bahwa yang tersedia hanya merek tertentu 15 % persen, harga
murah 7 %, dan bentuk kemasan menarik 7 %.
Menggunakan
analisis cluster 100 responden pengguna AMDK dikelompokkan kedalam tiga
kelompok konsumen berdasarkan kedekatannya dalam atribut loyalitas. Kelompok
ini dibagi berdasarkan pendapat dari Dowling dan Uncles (1997) yang menyatakan
bahwa loyalitas konsumen dikategorikan menjadi tiga yaitu : 1). Loyal
(undivided loyalty), 2). Loyalitas terbagi (Poligamous Loyalty), dan 3). Tidak
loyal (brand indifference atau switcher). Berdasarkan analisis menggunakan K -
Means Cluster, responden dikelompokkan menjadi tiga.
Kelompok
pertama adalah kelompok konsumen Aqua yang dapat dianggap tidak setia (brand
indifference atau switcher). Deskripsi konsumen dari kelompok ini adalah mereka
yang hanya kadang-kadang melakukan pembelian Aquanya dengan jumlah pembelian
sangat sedikit yaitu berkisar antara 0,25 hingga 1 liter. Dalam aktivitas
pembeliannya konsumen selalu berganti-ganti merek. Meskipun konsumen dalam
kelompok ini menganggap bahwa kualitas adalah sesuatu yang penting, anggapan kualitas
mereka tidak setinggi yang dimiliki oleh kelompok loyalitas lainnya atau selalu
berubah bentuknya tergantung kondisi lingkungan mereka pada saat itu. Perubahan
anggapan kualitas dapat saja dipengaruhi oleh faktor kampanye produk lain yang
memberikan klaim kualitas tertentu. Ketidakkonsistenan anggapan kualitas
konsumen tersebut dapat dilihat dari seringnya kelompok ini melakukan
pergantian merek. Meskipun konsumen ini adalah konsumen yang tidak loyal,
sebagian besar dari mereka kadang-kadang merekomendasikan penggunaan Aqua.
Kelompok
kedua adalah kelompok konsumen Aqua yang dapat dianggap memiliki kesetiaan
terbagi (polygamous loyalty). Deskripsi konsumen dari kelompok ini adalah
mereka yang sering membeli Aqua dengan jumlah pembelian yang besar yaitu di
atas 9 liter perbulannya. Dalam aktivitas pembeliannya, konsumen kelompok ini
selalu menggunakan Aqua dengan diselingi dengan menggunakan merek-merek lain
sesekali. Sama seperti kelompok pertama, kelompok ini juga menganggap bahwa
mereka akan melakukan penggantian merek jika terdapat merek lain yang
menawarkan produk dengan kualitas yang mendekati Aqua tetapi dengan harga yang
lebih rendah. Meskipun konsumen menunjukkan bahwa mereka memiliki anggapan
kualitas yang baik terhadap Aqua, hal tersebut tidak mereka tunjukkan melalui
bentuk loyalitas lainnya yaitu keinginan untuk merekomendasikan merek tersebut
ke orang lain.
Kelompok
terakhir adalah kelompok yang dianggap sebagai kelompok konsumen yang loyal.
Melalui tingkat pembelian yang mereka lakukan ditunjukkan bahwa mereka selalu
membeli merek yang sama yaitu Aqua. Jumlah produk yang dibeli dalam satu
bulannya lebih dari 9 liter. Konsumen yang menyatakan dirinya tidak pernah
membeli merek lain selain Aqua ini menunjukkan bahwa mereka adalah kelompok yang
rentan terhadap perubahan harga. Melalui pernyataan ini pula dapat diasumsikan
bahwa konsumen kelompok loyal ini merupakan orang-orang yang sudah terbiasa
menggunakan merek Aqua sejak lama. Sebagai kelompok yang loyal, konsumen
kelompok ini menunjukkan loyalitas mereka dengan seringnya anggota
merekomendasikan penggunaan Aqua. Jumlah konsumen dalam kelompok yang
merekomendasikan Aqua bervariasi dari yang hanya kadang-kadang merekomendasikan
hingga sering melakukannya.
Melalui
penyebaran kelompok loyalitas dapat dilihat bahwa kelompok loyal yang sangat
diinginkan oleh merek ini hanya merupakan bagian terkecil dari keseluruhan
konsumen pengguna Aqua dengan jumlahnya sebesar 19 %. Sebaliknya, lebih dari
setengah yaitu sebesar 54 % konsumen Aqua termasuk kedalam kelompok yang tidak
loyal dan suka berpindah-pindah merek. Sisanya yaitu sebesar 27 % merupakan
konsumen Aqua yang selalu menggunakan merek Aqua, tetapi diselingi dengan
penggunaan merek lainnya. Dalam kelompok tidak loyal, konsumen yang puas hanya
57,4 persen, kelompok loyalitas terbagi 77,8 persen, dan kelompok loyal 94,7
persen. Data tersebut juga menunjukkan bahwa kepuasan konsumen semakin besar
untuk tiap kelompok loyalitas, atau dapat ditunjukkan bahwa jumlah konsumen
yang merasa puas paling banyak berada pada kelompok loyal.
Melalui
analisis structural equation modelling (SEM) dapat diketahui besarnya pengaruh
yang diberikan oleh kualitas produk terhadap kepuasan konsumen dan kemudian
kepuasan konsumen terhadap loyalitasnya. Pengaruh dimensi kualitas terhadap
kepuasan adalah 1,29 ; sedangkan besarnya pengaruh yang diberikan oleh kepuasan
terhadap loyalitas hanya 0,52. Nilai pengaruh kualitas-kepuasan dua kali lebih
besar dibandingkan nilai pengaruh kepuasan-loyalitas. Menggunakan nilai yang
ditunjukkan, dapat digambarkan bahwa konsumen merek Aqua memang menunjukkan
bahwa mereka merasa puas terhadap kualitas produk yang ditawarkan oleh
perusahaan. Banyak dari konsumen yang menyatakan bahwa mereka merasa puas
terhadap merek, kemudian juga menggunakan merek lain, atau hanya membeli dalam
jumlah sedikit, atau tidak pernah merekomendasikan penggunaan merek Aqua. Hasil
analisis ini menggambarkan keadaan sebenarnya dari konsumen Aqua yang seperti
diketahui bahwa mereka tidak peduli dengan terjadinya penggantian merek saat
transaksi pembelian. Meskipun konsumen ini menyadari bahwa kualitas Aqua lebih
memuaskan dibandingkan dengan merek lain, ketika penjual menyodorkan merek lain
mereka dapat menerima penggantian merek.
Atribut
yang dianggap paling mempengaruhi anggapan terhadap kualitas produk adalah
reputasi merek dengan nilai sebesar 1,00 kemudian adalah harga dengan nilai
faktor muatannya adalah 0,84. Atribut keamanan produk dengan faktor muatan 0,84
adalah faktor yang berpengaruh selanjutnya, kemudian kemasan 0,49, rasa air
sebesar 0,40, nilai kejernihan air sebesar 0,23, dan nilai kontribusi terhadap
kesehatan sebesar 0,56 dengan arah negatif. Atribut yang dianggap paling
mempengaruhi loyalitas jumlah pembelian dengan nilai 2,11 kemudian adalah
variasi merek yang dibeli 1,17, tingkat pembelian, rekomendasi dan terakhir
adalah kemungkinan beralih merek. Nilai relatif faktor muatan untuk atribut
jumlah pembelian jauh lebih besar dibandingkan atribut lainnya.
Melalui
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kinerja
kualitas dengan kepuasan konsumen dan kepuasan konsumen dengan loyalitasnya.
Model kualitas produk - kepuasan - loyalitas menunjukkan keadaan sebenarnya
dari konsumen Aqua yang puas terhadap kualitas produk tetapi hanya sedikit yang
menjadi loyal. Konsumen Aqua dapat dibagi kedalam tiga kelompok loyalitas yaitu
konsumen yang tidak loyal, konsumen yang loyalitasnya terbagi dan konsumen yang
loyal. Atribut penggantian merek dan rekomendasi tidak sepenuhnya memenuhi pola
yang seharusnya terbentuk. Pada atribut penggantian merek, konsumen loyal
berpendapat bahwa jika terjadi kenaikan harga mereka lebih memilih untuk
langsung berganti merek. Atribut loyalitas lain yang tidak menunjukkan pola adalah
konsumen dengan loyalitas terbagi yang tidak pernah merekomendasikan. Terakhir,
faktor yang memberikan pengaruh paling besar terhadap loyalitas adalah jumlah
pembelian.
Berdasarkan
hasil penelitian dapat disarankan untuk melakukan analisis bentuk-bentuk
hubungan tidak langsung antara kepuasan dan loyalitas, dan bentuk dimensi
penghubung antara kepuasan tersebut dapat memperbesar nilai loyalitas yang
diberikan konsumen terhadap produk. Perlu dicari bentuk indikator pengukuran
lain yang memiliki asosiasi berbeda agar model yang digunakan untuk mengukur
kepuasan - loyalitas konsumen AMDK tersebut dapat lebih sempurna.
B.
Banyaknya
Responden Yang Pindah Ke Merek Lain Karena Faktor Harga
Menurut Paloloang (2003), kecenderungan
konsumsi air naik secara eksponensial sedangkan ketersediaan air bersih
cenderung melambat akibat kerusakan alam dan pencemaran, yaitu diperkirakan
sebesar 15% - 30% perkapita pertahun. Saat ini masyarakat, terutama di
Kota-kota besar tidak dapat lepas dari air minum dalam kemasan (AMDK). Sebagian
besar kebutuhan air minum tersebut selama ini dipenuhi dari sumber air sumur
atau dari air permukaan yang telah diolah oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM). Semakin rendahnya kualitas air sumur, dan semakin menurunnya kemampuan
PDAM untuk memasok air dalam jumlah dan kualitas yang baik mengakibatkan
konsumsi AMDK cenderung meningkat. Hal ini menjadikan bisnis AMDK sangat
prospektif dan mendorong pertumbuhan industri AMDK di Kota-kota besar di
Indonesia.
Saat ini Merek produk AMDK yang beredar
di pasar mencapai 800-an merek dari sekitar 466 industri AMDK dan lebih dari
2,000 industri Air Minum Depot Isi Ulang (AMDIU) yang tersebar di beberapa kota
besar, terutama Jakarta dan Surabaya. Menurut riset Frontier (2004) dalam
Irawan (2005), tingkat konsumsi AMDK di Indonesia masih rendah, yaitu sebesar
47.66 liter perkapita pertahun, bila dibandingkan dengan negara maju, seperti
Amerika Serikat tingkat konsumsinya sebesar 80 liter, Perancis 130 liter dan di
Italia 170 liter, sedangkan di negara Asia seperti Uni Emirat Arab tingkat
konsumsi perkapitanya dapat mencapai 113 liter, sementara itu di Thailand
tingkat konsumsinya dapat mencapai 75 liter. Saat ini PT. Aqua Golden
Mississippi (AGM) sebagai produsen AMDK merek Aqua telah menguasai lebih dari 42
% pangsa pasar AMDK di Indonesia (Tunggal, 2003).
Pangsa pasar yang besar tersebut
sangatlah sulit untuk dapat dipertahankan, hal ini disebabkan sedikitnya
barriers to entry dalam industri AMDK. Sejak Januari 2003 PT. AGM telah
mengoreksi target penjualannya berkisar dari 3.5 – 3.6 milyar liter menjadi 3.2
– 3.3 milyar liter karena kondisi pasar yang tidak menguntungkan. Hal ini
disebabkan meningkatnya harga bahan baku plastik kemasan dan semakin
meningkatnya jumlah AMDIU yang memasarkan produknya dengan harga lebih murah
dibandingkan dengan harga AMDK. Munculnya produk inovatif air dalam kemasan
lainnya seperti produk air heksagonal (air yang diperkaya kandungan oksigennya)
dapat juga mempengaruhi pemasaran produk AMDK merek Aqua. Selain itu juga ada
rencana PT. PAM Lyonase Jaya (Palyja) di Jakarta untuk melakukan joint venture
dengan perusahaan air minum swasta asing. PT PAM Lyonase Jaya berkeinginan
untuk dapat membotolkan air produksinya dan dapat dijual secara eceran, dengan
demikian akan diperoleh AMDK yang lebih murah dibandingkan dengan merek-merek
yang sudah ada saat ini.
Salah satu kebijakan yang berpengaruh
besar dalam keberhasilan pemasaran adalah kebijakan harga. Harga menjadi
pertimbangan yang penting, karena harga merupakan bagian yang sangat peka bagi
konsumen. Konsumen melihat harga sebagai faktor yang harus disesuaikan dengan
daya beli yang dimiliki. Agar harga dapat memberikan keuntungan yang optimum
maka dalam menetapkan harga suatu produk, perusahaan harus menganalisa terlebih
dahulu keadaan dan perilaku pasar dimana produk tersebut 2dipasarkan. Oleh
karena itu, untuk dapat menentukan perubahan penetapan harga produk, perusahaan
memerlukan informasi mengenai tingkat sensitivitas produk terhadap perubahan
harga. Salah satu alternatif untuk mengetahui sensitivitas harga suatu produk
adalah dengan menggunakan analisis data preferensi.
Tujuan dari penelitian ini adalah
menganalisa preferensi konsumen terhadap produk AMDK dan menganalisa hubungan
perubahan harga (sensitivitas harga) dengan loyalitas konsumen AMDK merek Aqua.
Teknik penentuan sampel dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu convenient
sampling artinya penentuan responden ditentukan berdasarkan ketersediaan elemen
dan kemudahan untuk mendapatkannya. Elemen sampling yang menjadi responden
adalah konsumen AMDK yang telah berusia lebih dari 15 tahun yang mewakili
masyarakat kelas atas, menengah dan bawah berdasarkan tingkat pengeluaran
pribadi perkapita perbulan. Untuk dapat menganalisis data preferensi salah satu
metode yang dapat digunakan adalah metode Huisman.
Berdasarkan pendekatan metode Huisman,
dari ketiga merek AMDK yang dipilih oleh responden usia 16-54 tahun dari
berbagai kelas sosial masyarakat, diperoleh kenyataan bahwa semua merek AMDK
mengalami penurunan pangsa preferensi pada setiap kenaikan harga. Namun
demikian dugaan nilai rataan pangsa preferensi dan dugaan nilai rataan
sensitivitas harga terhadap berbagai merek AMDK menunjukan bahwa merek Aqua
memiliki nilai pangsa preferensi yang besar dan nilai sensitivitas yang rendah
untuk berbagai kelas sosial masyarakat, diikuti oleh merek Ades dan 2Tang
terutama untuk kelas sosial atas. Hal ini berarti merek Aqua memiliki konsumen
yang lebih loyal bila dibandingkan dengan konsumen AMDK merek Ades dan 2Tang.
Konsumen kelas sosial atas juga dinilai relatif tidak sensitiv terhadap
perubahan harga, sedangkan konsumen kelas sosial menengah ke bawah relatif
masih mempertimbangkan faktor harga karena berkaitan dengan kemampuan atau daya
belinya. Berdasarkan nilai persentase pangsa preferensi pada setiap tingkat
harga yang diuji (P0 sampai P4) untuk berbagai merek AMDK pada semua kelas
sosial masyarakat menunjukan bahwa merek Aqua memiliki nilai persentase pangsa
preferensi yang semakin meningkat, diikuti oleh merek Ades, sedangkan 2Tang
selalu mengalami penurunan nilai persentase pangsa preferensi.
Informasi tersebut menunjukan juga bahwa
konsumen AMDK merek Aqua lebih loyal dibandingkan dengan konsumem AMDK merek
Ades dan 2Tang bila masing-masing produsen meningkatkan harga produknya. Faktor
ketersedian merupakan faktor dominan yang dapat mempengaruhi responden untuk
tetap mengkomsumsi AMDK merek tertentu saja, sedangkan faktor keyakinan
terhadap kualitas produk serta harga yang relatif terjangkau juga merupakan
faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembeliaan merek AMDK. Availability
dan distribusi yang terfragmentasi (dapat diperoleh di modren trade maupun di
tradisional trade) merupakan faktor yang pentingdalam bisnis AMDK, karena pada
prinsipnya rasa “haus” itu tidak dapat ditunda.
C.
Naik
Turunnya Tingkat Liking The Brand
Setiap konsumen memiliki pertimbangan
sendiri dalam memilih produk mana yang menjadi pilihannya. Beragamnya produk
yang ditawarkan dalam berbagai merek oleh perusahaan dewasa ini telah
meningkatkan keinginan konsumen untuk berpindah ke merek lain. Loyalitas
pelanggan menjadi semakin penting sebab manusia menjadi lebih pemilih serta
menyatakan haknya untuk memilih. Pelanggan yang loyal pada umumnya akan tetap
melakukan pembelian produk merek yang telah lama dipakai walaupun dihadapkan
pada banyak alternatif mereka produk pesaing yang menawarkan karakteristik
produk yang lebih unggul dipandang dari berbagai sudut atributnya. AQUA adalah
salah satu merek air minum dalam kemasan yang berdiri dibawah naungan PT Golden
Mississipi. Air minum merek AQUA tetap bertahan di dunia usaha yang semakin
ketat ini. Dari dulu orang mengartikan bahwa semua air minum dalam kemasan
adalah AQUA. Tetapi sebenarnya dipasaran telah beredar produk air minum dalam
kemasan yang berbeda merek, dan merek AQUA sendiri adalah nama sebuah merek
bukan nama untuk mengartikan air minum dalam kemasan.
Merek AQUA telah memenangkan suatu persepsi
yang ditanamkan dibenak konsumen, dan untuk itu AQUA harus mengetahui posisinya
di dalam benak konsumen tersebut. Berdasarkan alasan tersebut, maka peneliti
melakukan penelitian dengan mengambil judul Analisis Brand Loyalty Air Minum
Dalam Kemasan Merek AQUA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana brand loyalty air minum dalam kemasan merek AQUA menurut pandangan
mahasiswa. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
primer. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan
yang berhubungan dengan brand loyalty.
Kuesioner tersebut diuji menggunakan Uji
Reliabilitas dan Uji Validitas yang berfungsi untuk menguji instrument dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut, apakah relevan dengan permasalahan yang
diteliti. Sampel yang dipilih adalah metode sampling purposive sampling.
Setelah itu, diukur skalanya menggunakan skala likert yang memperlihatkan tanggapan
konsumen terhadap karakteristik suatu produk. Metode analisis data dalam
penelitian ini menggunakan variabel loyalitas merek yaitu pengukuran loyalitas
merek duilakukan dengan memberikan bobot untuk setiap item pertanyaan.
Perhitungan nilai responden untuk tiap item pertanyaan menunjukkan tingkat
loyalitas merek.
Dari hasil penelitian yang diperoleh,
dapat dilihat bahwa tingkat loyalitas mahasiswa Fakultas Ekonomi Program Studi
Manajemen Universitas Kristen Duta Wacana terhadap air minum dalam kemasan
merek AQUA berada pada tingkat liking the brand.
BAB
III
PENUTUP
Berdasarkan hasil
penelitian dapat disarankan untuk melakukan analisis bentuk-bentuk hubungan
tidak langsung antara kepuasan dan loyalitas, dan bentuk dimensi penghubung
antara kepuasan tersebut dapat memperbesar nilai loyalitas yang diberikan
konsumen terhadap produk. Perlu dicari bentuk indikator pengukuran lain yang
memiliki asosiasi berbeda agar model yang digunakan untuk mengukur kepuasan
-konsumen tersebut dapat lebih sempurna.
Namun sebagai air
mineral yang cukup berpengalaman dan berkualitas aqua cukup dapat bisa di akui
lebih banyak konsumen yang menyukai produk aqua dari pada produk air mineral
lain yang ada. Dan pengaruh harga yang lebih tinggi ketimbang produk air
mineral lain , tidak menjadi masalah karena aqua lebih terjamin dari semua segi
. seperti mutu. kualitas dan kemurnian yang selalu terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Boyd Dan Walker. 2000. Manajemen Pemasaran.
Jakarta : PT. Erlangga.
Durianto, Darmadi dkk. 2003. Invasi Pasar
Dengan Iklan Yang Efektif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Cravens, David W. Dan Piercy, Nigel F.
2006. Strategic Marketing. Eighth Edition.New York: McGrawhill International
Edition.
Isdiantoro, Nur dan Bambang Supomo.2002.
Metodologi Penelitian Bisnis.
Yogyakarta :BPFE Yogyakarta.
Yogyakarta :BPFE Yogyakarta.
Koentjaraningrat, 1983. Metode
Penelitian Masyarakat. Jakarta :Gramedia.
Post a Comment for "Loyalitas merek Aqua dalam kemasan "