Manfaat aren sebagai penompang penghasilan masyarakat
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Indonesia
sangat kaya akan keanekaragaman hayati, satu diantaranya adalah tanaman aren (Arenga pinnata). Aren tumbuh liar
dan subur di tengah pepohonan lain dan semak-semak, di dataran, lereng bukit,
lembah, dan gunung hingga ketinggian 1.400 mdpl. Akar tanaman yang dapat
mencapai kedalaman 6-8 meter ini dapat menahan erosi. Aren termasuk jenis
palma yang multifungsi, karena seluruh bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan.
Buahnya dimanfaatkan sebagai kolang kaling, niranya dimanfaatkan sebagai
minuman arak tradisional, dimasak menjadi gula merah, hasil fermentasi nira
digunakan sebagai cuka, selain itu dapat dimanfaatkan sebagai sumber biofuel.
Selain buah dan airnya serabut yang menempel di batang dimanfaatkan sebagai
ijuk yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat sapu, Gula yang
dihasilkan dari tanaman aren dapat dipanen sepanjang tahun. Satu pohon
aren mampu menghasilkan hingga 20 liter nira/hari, dalam satu hektar tanah
dapat ditanami 75-100 pohon. Karena tumbuh liar di hutan, tanaman aren
tidak membutuhkan pemupukan dan tahan terhadap hama penyakit. Sampai dengan
saat ini tanaman aren belum dibudidayakan secara luas oleh petani.
Diperkirakan
luas lahan potensial yang dapat digarap untuk lahan aren sekitar 65.000 hektar,
tersebar di wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Nusa
Tenggara Timur, sedangkan untuk wilayah Maluku belum terdata secara nasional.
Penyebaran tanaman aren yang ada di Maluku hampir merata di semua kabupaten,
namun jumlah luasan dan pengarapan potensi aren belum maksimal. Hanya beberapa daerah
yang sudah memanfaatkan pohon aren ini untuk kebutuhan sehari-hari dan sebagai
penopang hasil kebutuhan ekonomi, salah satunya di Desa Ety, Kecamatan Piru,
Kabupaten Seram Bagian Barat.
Masyarakat
pada umumnya, sudah sejak lama mengenal pohon aren sebagai pohon yanh dapat
menghasilkan bahan-bahan untuk industri kerajinan. Hamper semua bagian atau
produk tanaman ini dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Akan tetapi,
tanaman ini kurang mendapat perhatian untuk dikembangkan atau dibudidayakan secara
sungguh-sungguh oleh berbagai pihak.
Selama
ini pemenuhan akan permintaan bahan baku industri yang berasal dari
bagian-bagian pohon aren, masih dilayani dengan mengendalikan tanaman aren yang
tumbuh liar (tidak ditanam orang). Bagian-bagian fisik pohon aren yang
dimanfaatkan, misalnya akar ( untuk obat tradisional), batang (untuk berbagai
peralatan), Ijuk (untuk kerpeluan bangunan), daun (kususnya daun muda untuk
pembungkus dan merokok). Demikian pula hasil produksinya seperti buah dan nira
dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman. produk-produk yang
dihasilkan dari tanaman ini akan selalu meningkat sejalan dengan perkembangan
pembangunan yang ada. Oleh karena itu penanaman atau pembudidayaan tanaman aren
mempunyai harapan atau prospek yang baik dimasa datang.
B.
TUJUAN
1. Untuk
mengetahui tentang pohon aren
2. Untuk
mengetahui pemanfaatan pohon aren/ nira sebagai penopang penghasilan masyarakat
3.
Untuk mengetahui
khasiat pohon aren untuk
perawatan kecantikan dan kesehatan
C.
MANFAAT
Karya
ilmiah ini diharapkan dapat memberikan inormasi kepada pembaca mengenai
pemanfaatan pohon aren/ nira sebagai penopang penghasilan masyarakat.
BAB II
GAGASAN
A. MENGENAL POHON AREN
Pohon
aren merupakan jenis tumbuhan yang banyak hidup di bumi Indonesia. Awalnya,
pohon aren ini merupakan tumbuhan yang tergolong tumbuhan hutan dan tidak
dibudidayakan. Namun, karena fungsi dan manfaatnya yang besar, pohon ini mulai
dijadikan tanaman budidaya di Indonesia. Dalam Bahasa Sunda, pohon aren disebut
tangkal kawung, dalam bahasa Latin disebut Arengga pinnata (Wurmb) Merill atau
sinonimnya Arenga saccarifera Labill, famili Arecaceae, bakjuk (Aceh), Onau
(Toraja, Sulawesi), Anau atau Neluluk atau anggong (Jawa), Mana atau Nawa-nawa
(Ambon, Maluku), dan Hanau (Dayak, Kalimantan). Aren merupakan tumbuhan
multiguna, memiliki banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat. Pohon penghasil
cairan manis ini juga memiliki fungsi dan peranan penting secara ekologis,
ekonomi, sosial dan budaya.
Pohon
aren sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat Indonesia. Pohon ini dapat tumbuh
dengan baik pada ketinggian 500mdpl-800mdpl. Pohon ini tidak membutuhkan tanah
yang terlalu subur, dapat hidup di semua kondisi tanah (tanah liat, tanah
berkapur dan tanah berpasir). Curah hujan yang ideal untuk pohon aren sekitar
1200mm/tahun, kedalaman air tanah 1-3 m, suhu rata-rata 25*C beriklim sedang
sampai basah, tetapi tidak tahan pada daerah yang kadar asamnya tinggi. Karena
itu, umumnya pohon aren bisa tumbuh di hampir setiap daerah di Indonesia.
Pada
tanaman aren, bunga jantan dan bunga betina muncul pada masing-masing tandan
dalam satu pohon yang sama, sehingga aren disebut tanaman berumah satu. Buah
bentuk bulat atau lonjong, ujung ke dalam, diameter ± 4 cm, beruang tiga dan
berbiji tiga, tersusun dalam untaian seperti rantai. Setiap tandan mempunyai
39-42 tangkai, dan setiap tangkai memiliki ± 115 butir dan buah berwarna hijau
sampai coklat kekuningan. Buah ini tidak dapat dimakan langsung karena getahnya
sangat gatal. Tandan buah mula-mula tumbuh dari bagian atas pohon, kemudian
makin ke bawah munculnya seiring dengan makin tua pohon aren tersebut, sampai
akhirnya tempat pemunculannya hanya serendah 1 meter dari permukaan tanah, maka
pohon aren tersebut tidak dapat disadap lagi. Diameter batang pohon aren berkisar
antara 100-138 cm. Pelepah melebar dibagian pangkalnya, tetapi makin ke pucuk
makin menyempit dan dapat mencapai panjang ± 11 meter dengan panjang daun
bagian bawah ± 158 cm, daun bagian tengah ± 171 cm dan daun bagian pucuk
± 77cm.
1. Bentuk Pohon, Bunga dan Buah
Aren termasuk suku Aracaceae (pinang-pinangan).
BAtangnya tidak berduri, tidak bercabang, tinggi dapat mencapai 25 meter dan
diameter pohon dapat mencapai 65 cm.
Tanaman ini hamper mirip dengan pohon kelapa.
Perbedaannya,, jika pohon kelapa batang pohonnya bersih (pelepah daun yang tua
mudah lepas), maka batang pohon aren ini sangat kotor karena batangnya terbalut
oleh ijuk sehingga pelepah daun yang sudah tua sulit diambil atau lepas dari
batangnya. Oleh karena itulah, batang pohon aren sering ditumbuhi oleh banyak
tanaman jenis paku-pakuan.
Tangkai daun aren panjangnya dapat mencapai 1,5
meter, helaian daun panjangnya dapat mencapai 1.45 meter, lebar 7 cm dan bagian
bawah daun ada lapisan lilin.
2. Penyebaran dan Syarat Tumbuh
Wilayah penyebaran aren terletak antara garis
lintang 20º LU – 11ºLS yaitu meliputi : India, Srilangka, Banglades, Burma,
Thailand, Laos, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Hawai, Philipina, Guam dan
berbagai pulau disekitar pasifik. (Burkil, 1935); Miller, 1964; Pratiwi (1989).
Di Indonesia tanaman aren banyak terdapat dan
tersebar hamper diseluruh wilayah Nusantara, khususnya di daerah perbukitan dan
lembah. Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus
(Hatta-Sunanto, 1982) sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat, berlumur dan
berpasir, tetapi aren tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya tinggi (pH
tanah terlalu asam). Aren dapat tumbuh pada ketinggian 9 – 1.400 meter di atas
permukaan laut. Namun yang paling baik pertumbuhannya pada ketinggian 500 – 800
meter di atas permukaan laut dengan curah hujan lebih dari 1.200 mm setahun
atau pada iklim sedang dan basah menurut Schmidt dan Ferguson.
3. Nama-nama Daerah
Aren (Arrenge pinnata) mempunyai banyak nama
daerah seperti : bakjuk/bakjok (Aceh), pola/paula (Karo), bagot (Toba),
agaton/bargat (Mandailing), anau/neluluk/nanggong (Jawa), aren/kawung (Sunda),
hanau (dayak,Kalimantan), Onau (Toraja, Sulawesi), mana/nawa-nawa (Ambon,
Maluku).
B. PEMANFAATAN POHON AREN/ NIRA
SEBAGAI PENOPANG PENGHASILAN MASYARAKAT
Pohon aren merupakan salah satu tumbuhan
penyeimbang ekosistem dan ekologi pedesaan. Fungsi istimewa pohon aren secara
ekologis adalah sebagai pengawet sumber daya alam terutama tanah. Akar serabut
pohon aren sangat kokoh, dalam, dan tersebar sehingga memiliki fungsi penting
bagi penahan erosi tanah. Selain itu, akar aren juga memiliki kemampuan
mengikat air, sehingga pohon aren bisa ditanam di daerah yang relatif kering
dan tidak perlu perawatan intensif. Ini juga membantu kelestarian lingkungan
hidup terutama untuk penghijauan pada daerah lereng pegunungan dan
sungai-sungai Sayangnya, budidaya aren di pedesaan Tatar Sunda saat ini kurang
maksimal. Penyebabnya mungkin karena pada umumnya pohon-pohon aren yang tumbuh
dan tersebar di kebun, huma dan talun (ladang) lebih utama dikembangbiakkan
secara alami oleh careuh (musang). Semakin banyak musang yang mati karena
diburu, maka semakin menurun pula populasi pertumbuhan pohon aren.
Bagi masyarakat Indonesia, tumbuhan aren
memiliki keragaman fungsi sosial, ekonomi, dan budaya. Misalnya sebagai bahan
upacara adat, bahan obat-obatan, bahan bangunan dan perabotan rumah tangga,
sumber bahan pangan, serta pakan ternak. Di beberapa daerah di Tatar Sunda yang
masih memegang teguh tradisi leluhur, aren merupakan salah satu bahan untuk
upacara adat. Pelepah dan daun aren biasa digunakan untuk sawen pada tanam
padi, penutup bibit tanaman padi yang baru tumbuh di persemaian, serta ngalaksa
dan nyalin seusai panen padi. Selain itu, pelepah aren juga dijadikan bahan
permainan anak-anak lolorian (semacam perosotan) dan lain-lain.
Secara ekonomi, pohon aren berfungsi sebagai
sumber pendapatan bagi sebagian masyarakat, misalnya bagi para pengolah nira
dan gula aren. Nira aren dapat
dibuat minuman (lahang) dan gula aren (gula kawung). Saguer, atau nira dari
pohon aren juga dapat dibuat menjadi etanol (ethyl alcohol), yaitu bahan bakar
alternatif untuk menggantikan minyak tanah, gas elpiji, dan bensin. Di kemudian
hari mungkin nira bisa menjadi bahan bakar alternatif. Gula aren (palm
sugar) juga tak kalah manfaatnya. Untuk sagandu (satu buah) gula yang
kualitasnya bagus, bisa dijual Rp 1.500,00 – 3.000,00. apalagi jika pasokan
gula sedang menurun, harganya pasti cukup melambung. Satu bonjor (terdiri dari
beberapa buah gula yang disusun dan dibungkus dengan pelepah pisang yang sudah
kering) bisa mencapai harga hingga Rp 100.000-an. Penghasilan yang lumayan
berarti untuk masyarakat pedesaan. Di samping nira dan gula aren, parutan batang aren yang
berbentuk halus dan biasanya dicampur dengan dedak gabah dan bekatul juga dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak itik dan bebek. Tepung (aci)
batang pohon aren yang sudah cukup tua dapat dibuat bahan beragam makanan kue
tradisional. Buah aren yang
sudah cukup matang dapat diolah menjadi cangkaleng (kolang-kaling) yang menjadi
makanan khas di bulan Ramadlan. Meskipun harganya tidak sebagus harga gula aren
dan cenderung musiman, produksi cangkaleng dan aci kawung lumayan
menguntungkan. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia seperti Temanggung, aci
dan gula menjadi salah satu produk andalan bagi perekonomian masyarakat.
Daun aren yang
masih muda biasa dimanfaatkan masyarakat pedesaan untuk bahan rokok linting
yang diisi tembakau dan daun tuanya untuk bahan atap rumah. Ijuknya juga dapat
digunakan untuk atap rumah, sapu, bahan tambang, penyaring air dan untuk sarang
bertelur ikan di kolam. Sayangnya, saat ini sudah jarang rumah penduduk
pedesaan yang beratapkan daun dan ijuk aren. Pemanfaatan ijuk sebagai atap
masih terlihat untuk beberapa bangunan cagar budaya dan beberapa bangunan di
objek wisata.Batang aren biasa
digunakan sebagai saluran air (talang), titian (cukang), tongkat serta coet
(cobek) ruyung. Selain itu, lidi dari
tulang daun aren bisa dibuat sapu lidi seperti lidi daun kelapa, hanya lebih
keras dan tidak mudah patah.
C.
KHASIAT POHON AREN UNTUK PERAWATAN KECANTIKAN DAN KESEHATAN
Kita
mungkin sering terlupa dengan keberadaan berjuta tumbuhan tropis sebagai aset
yang dapat dimanfaatkan untuk hajat hidup manusia. Salah satunya ialah kemanfaatan
pohon aren dalam menjaga kesehatan dan perawatan kulit. Nira aren dapat dijadikan bahan obat-obatan
tradisional, misalnya untuk haid yang tidak teratur, sembelit, sariawan, radang
paru-paru, disentri, kepala pusing, dan untuk memulihkan keletihan. Gula aren (palm sugar) juga berkhasiat untuk menghambat
penyerapan kolesterol oleh tubuh karena memiliki kandungan kalori dan serat
yang tinggi, sehingga baik untuk pencernaan. Berdasarkan penelitian, cuka dari tuak arenjuga
biasa dijadikan bahan ramuan biopestisida pembasmi serangga hama di huma/ladang
(Iskandar dan Iskandar: 2005). Selain itu, akar muda pohon aren biasa
digunakan untuk obat kencing batu ginjal, dan akar tuanya untuk bahan obat
sakit gigi.
Berkaca
kepada tradisi perawatan masa lampau tidak ada salahnya, toch banyak manfaat
yang bisa didapat. Kondisi cuaca sering tak bersahabat dengan kulit dan
ketahanan tubuh kita merupakani salah satu faktor yang patut kita antisipasi
meskipun dengan cara dan bahan tradisional yang terlihat sederhana. Tangkai daun atau pelepah aren yang dibakar (sarerang kawung) biasa
digunakan untuk bahan kosmetik tradisional, yaitu untuk menghaluskan kulit,
menghilangkan jerawat, mengobati penyakit cacar, dan luka bakar. Hasil
pembakaran pelepah aren berupa abu berwarna keputih-putihan itulah yang
dinamakan sarerang kawung. Biasa digunakan sebagai pupur (bedak). Para wanita
Sunda zaman dulu konon menggunakan sarerang kawung sebagai bedak sehari-hari
agar kulitnya tetap halus dan bercahaya. Untuk penyakit cacar atau jerawat,
bisa menggunakan sarerang kawung sebagai bedak setiap menjelang tidur atau pagi
hari. Insya Allah, selain menghilangkan rasa gatal juga bisa menipiskan
noda/flek dan menghaluskan kulit.
Pohon
penghasil air manis ini ternyata multiguna, dari akar hingga buahnya memberikan
manfaat yang beragam bagi kehidupan manusia. Satu hal yang patut diperhatikan
ialah kelestariannya karena hingga saat ini masih sulit dilakukan
pembudidayaan, terutama di daerah pedesaan. Keberadaan dan kelangsungan hidup
para musanglah yang membuat pohon aren ini masih ada di beberapa tempat. Semoga
pembudidayaan yang sedang digalakkan menjadi cara efektif untuk kelangsungan
hidup pohon serbaguna
ini.
BAB
III
KESIMPULAN
Pohon
aren sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat Indonesia. Pohon ini dapat tumbuh
dengan baik pada ketinggian 500mdpl-800mdpl. Pohon ini tidak membutuhkan tanah
yang terlalu subur, dapat hidup di semua kondisi tanah (tanah liat, tanah
berkapur dan tanah berpasir). Curah hujan yang ideal untuk pohon aren sekitar
1200mm/tahun, kedalaman air tanah 1-3 m, suhu rata-rata 25*C beriklim sedang
sampai basah, tetapi tidak tahan pada daerah yang kadar asamnya tinggi. Karena
itu, umumnya pohon aren bisa tumbuh di hampir setiap daerah di Indonesia.
Secara
ekonomi, pohon aren berfungsi sebagai sumber pendapatan bagi sebagian
masyarakat, misalnya bagi para pengolah nira dan gula aren. Nira aren dapat dibuat minuman (lahang) dan gula aren (gula
kawung). Saguer, atau nira dari pohon aren juga dapat dibuat menjadi etanol (ethyl
alcohol), yaitu bahan bakar alternatif untuk menggantikan minyak tanah, gas
elpiji, dan bensin. Di kemudian hari mungkin nira bisa menjadi bahan bakar
alternatif. Gula aren (palm sugar) juga tak kalah
manfaatnya. Untuk sagandu (satu buah) gula yang kualitasnya bagus, bisa dijual
Rp 1.500,00 – 3.000,00. apalagi jika pasokan gula sedang menurun, harganya
pasti cukup melambung. Satu bonjor (terdiri dari beberapa buah gula yang
disusun dan dibungkus dengan pelepah pisang yang sudah kering) bisa mencapai
harga hingga Rp 100.000-an. Penghasilan yang lumayan berarti untuk masyarakat
pedesaan.
DAFTAR PUSTAKA
Maliangkay, R, B 2007. Teknik budidaya dan rehabilitasi tanaman
aren. Buletin Palma No.33, 67-77.
Permentan 2014. Pedoman Budidaya Aren (Arenga
Pinnata Merr). Lampiran Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
No.17
Anonim. 2007.
Komoditas Aren (Arenga Pinnata Wurmb,
Merr). Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Banten.
Post a Comment for "Manfaat aren sebagai penompang penghasilan masyarakat"