Model konsumsi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengeluaran
konsumsi masyarakat adalah salah satu variabel makro ekonomi yang dilambangkan
“C”. Konsep konsumsi yang merupakan konsep yang di Indonesiakan dalam bahasa
Inggris “Consumption”, merupakan pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah
tangga ke atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan dari orang-orang yang melakukan pembelanjaan tersebut atau juga
pendapatan yang dibelanjakan. Bagian pendapatan yang tidak dibelanjakan disebut
tabungan, dilambangkan dengan huruf “S” inisial dari kata saving.
Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara
dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat negara yang
bersangkutan.
Pembelanjaan
masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain
digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang di produksi untuk
digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang
konsumsi. Kegiatan produksi ada karena ada yang mengkonsumsi, kegiatan konsumsi
ada karena ada yang memproduksi, dan kegiatan produksi muncul karena ada gap
atau jarak antara konsumsi dan produksi.
Banyak
alasan yang menyebabkan analisis makro ekonomi perlu memperhatikan tentang
konsumsi rumah tangga secara mendalam. Alasan pertama, konsumsi rumah tangga
memberikan pemasukan kepada pendapatan nasional. Di kebanyakaan negara
pengeluaran konsumsi sekitar 60-75 persen dari pendapatan nasional. Alasan yang
kedua, konsumsi rumah tangga mempunyai dampak dalam menentukan fluktuasi
kegiataan ekonomi dari satu waktu ke waktu lainnya. Konsumsi seseorang
berbanding lurus dengan pendapatannya. Semakin besar pendapatan seseorang maka
akan semakin besar pula pengeluaran konsumsi. Perbandingan besarnya pengeluaran
konsumsi terhadap tambahan pendapatan adalah hasrat marjinal untuk berkonsumsi (Marginal
Propensity to Consume, MPC). Sedangkan besarnya tambahan pendapatan
dinamakan hasrat marjinal untuk menabung (Marginal to Save,MPS). Pada
pengeluaran konsumsi rumah tangga terdapat konsumsi minimum bagi rumah tangga
tersebut, yaitu besarnya pengeluaran konsumsi yang harus dilakukan, walaupun
tidak ada pendapatan. Pengeluaran konsumsi rumah tangga ini disebut pengeluaran
konsumsi otonom (outonomous consumtion).
Pertumbuhan ekonomi saat ini
bertumpu pada konsumsi karena peranan sektor investasi dan ekspor mendorong
pertumbuhan ekonomi. Bertitik tolak pada latar belakang masalah yang dipaparkan
sebelumnya, maka penyusun akan meneliti dan menganalisis faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi konsumsi masyarakat di Indonesia. Demikian latar belakang
yang bisa kami sajikan selanjutnya kami akan membahas secara rinci dalam
pembahasan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa konsumsi dan fungsi konsumsi
itu?
2.
Apa saja model
Konsumsi ?
3.
Faktor apa saja yang menentukan
Tingkat Teori Konsumsi ?
4.
Bagaimana Teori Konsumsi Dalam
Perbaikan Ekonomi ?
C. Tujuan
Tujuan
dibuantnya makalah ini ialah untuk:
1.
Mengetahui apa yang dimaksud dengan
teori konsumsi.
2.
Mengetahui apa saja yang menjadi
faktor-faktor konsumsi.
3.
Mengetahui apa yang mempengaruhi konsumsi tersebut.
4.
Mengetahui bagaimana teori konsumsi
dalam perbaikan ekonomi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONSUMSI DAN FUNGSI KONSUMSI
Dilihat dari
arti ekonomi, konsumsi merupakan tindakan untuk mengurangi atau menghabiskan
nilai guna ekonomi suatu benda. Sedangkan menurut Draham Bannoch dalam bukunya
ìeconomicsî memberikan pengertian tentang konsumsi yaitu merupakan pengeluaran
total untuk memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka
waktu tertentu (dalam satu tahun) pengeluaran[1].
Konsumsi
berasal dari bahasa Inggris yaitu ìConsumptionî. Konsumsi adalah
pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan
tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang
kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi.
Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya dinamakan barang konsumsi.
Fungsi
konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara
tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional
(pendapatan disposabel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat
dinyatakan dalam persamaan:
C = a +
bY .............. dimana a adalah konsumsi rumah tangga ketika pendapatan
nasional adalah 0, b adalah kecondongan konsumsi marginal, C adalah tingkat
konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan nasional.
B. Model KONSUMSI
1.
Teori Konsumsi John Maynard Keynes (
Keynesian Consumption Model )
Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik,
dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan
observasi casual. Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan
mengkonsumsi marginal (marginal propensity toconsume) jumlah yang
dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu.
Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan
Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kibijakan
fiskal, untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda
kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.
Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap
pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (avarage
prospensity to consume), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa
tabungan adalah kemewahan, sehingga ia barharap orang kaya menabung dalam
proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin.
Ketiga, keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan
determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan
penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bungaterhadap konsumsi hanya
sebatas teori. Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga
terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif
tidak penting.
Menururt Keynes, pengeluaran
konsumsi yang dilakukan oleh sektor rumah tangga dalam perekonomian tergantung
dari besarnya pendapatan. Perbandingan antara besarnya konsumsi dengan jumlah
pendapatan disebut kecondongan mengkonsumsi (MPC = Marginal Propensity to
Consume). Semakin besar MPC semakin besar pula pendapatan yang digunakan untuk
kegiatan konsumsi dan sebaliknya.
Pada kondisi negara yang MPC-nya
rendah, maka akan menyebabkan selisih antara produksi nasional (dengan asumsi
full employment) dengan tingkat konsumsi (penggunaan produk) menjadi semakin
besar. Agar mencapai penggunaan tenaga kerja penuh, para pengusaha perlu
melakukan investasi sebesar selisih antara tingkat konsumsi dan produksi
tersebut. Jika besarnya investasi tidak mencapai jumlah tersebut, maka akan
terjadi pengangguran. Karena kondisi tersebut dalam kondisi nyata tidak selalu
tercapai, maka pengangguran akan selalu ada.
Fungsi konsumsi Keynes adalah fungsi konsumsi jangka pendek.
Keynes tidak mengeluarkan fungsi konsumsi jangka panjang karena menurut
Keynes ” in the long run we’re all dead.” , bahwa di dalam jangka panjang, kita
semua akan mati, sehingga jangka panjang tidak perlu diprediksi.
2.
Teori model Konsumsi Siklus Hidup (Life Cycle Hypothesis of
Consumption).
Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukaan oleh
Franco Modigliani. Franco Modigliani menerangkan bahwa pola pengeluaran
konsumsi masyarakat mendasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola
pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus
hidupnya.
Karena orang cenderung menerima penghasilan /
pendapatan yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah
pada usia tua, maka rasio tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan
perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negatif (dissaving),
orang berumur menengah menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda
mereka, dan orang usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia
menengah[2].
Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan
kekayaan (assets) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan
meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi
maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat
berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam
kenyataan orang menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya orang
yang sudah pension saja. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka
konsumsi akan meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis
siklus kehidupan ini akan berarti
menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien pengganda, dan melindungi
perekonomian dari perubahan-perubahan yang tidak diharapkan, seperti perubahan
dalam investasi, ekspor, maupun pengeluaran-pengeluaran lain.
3. Teori
Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif
James Dusenberry mengemukakan bahwa pengeluaran
konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan
tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan
banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat
konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya saving. Apabila pendapatan
bertambah maka konsumsi mereka juga akan betambah, tetapi brtambahnya tidak
terlalu besar. Sedangkan saving akan bertambah besar dengan pesatnya.
D.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TEORI KONSUMSI
Pengeluaran konsumsi terdiri dari
konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi rumah tangga
(household consumption/private consumption). Factor-faktor yang mempengaruhi
besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga, antara lain :
1. Faktor Ekonomi
Empat faktor yang menentukan tingkat konsumsi, yaitu :
v Pendapatan Rumah Tangga (
Household Income )
Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat
konsumsi. Biasanya makin baik tingkat pendapatan, tongkat konsumsi makin
tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga
untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi semakin besar atau mungkin juga
pola hidup menjadi semakin konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut
kualitas yang baik.
v Kekayaan Rumah Tangga ( Household Wealth )
Tercakup dalam pengertian kekayaaan rumah tangga adalah kekayaan
rill (rumah, tanah, dan mobil) dan financial (deposito berjangka, saham, dan
surat-surat berharga). Kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena
menambah pendapatan disposable.
v Tingkat Bunga ( Interest Rate )
Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi.
Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi (opportunity cost) dari
kegiatan konsumsi akan semakin maha. Bagi mereka yang ingin mengonsumsi dengan
berutang dahulu, misalnya dengan meminjam dari bankatau menggunakan kartu
kredit, biaya bunga semakin mahal, sehingga lebih baik menunda/mengurangi
konsumsi.
v Perkiraan Tentang Masa Depan
(Household Expectation About The Future)
Faktor-faktor internal yang dipergunakan untuk memperkirakan
prospek masa depan rumah tangga antara lain pekerjaan, karier dan gaji yang
menjanjikan, banyak anggota keluarga yang telah bekerja. Sedangkan
faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain kondisi perekonomian
domestic dan internasional, jenis-jenis dan arah kebijakan ekonomi yang
dijalankan pemerintah.
2. Faktor Demografi
v Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi
secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau per keluarga
relative rendah. Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar, bila jumlah
penduduk sangat banyak dan pendapatan per kapita sangat tinggi.
v Komposisi Penduduk
Pengaruh komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi, antara lain
:
a)
Makin banyak penduduk yang berusia kerja atua produktif
(15-64 tahun), makin besar tingkat konsumsi. Sebab makin banyak penduduk yang
bekerja, penghasilan juga makin besar.
b)
Makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, tingkat
konsumsinya juga makin tinggi, sebab pada saat seseorang atau suatu keluarga
makin berpendidikan tinggi maka kebutuhan hidupnya makin banyak.
c)
Makin banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan
(urban), pengeluaran konsumsi juga semakin tinggi. Sebab umumnya pola hidup
masyarakat perkotaan lebih konsumtif disbanding masyarakat pedesaan[3].
3. Faktor-faktor Non Ekonomi
Factor-faktor non-ekonomi yang paling berpengaruh
terhadap besarnya konsumsi adalah faktor social budaya masyarakat. Misalnya
saja, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena
ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat/ideal.
E.
TEORI
KONSUMSI DALAM PERBAIKAN EKONOMI
Teori
konsumsi dan tingkat perbaikan ekonomi. 2 hal ini sempat dikemukan oleh
presiden SBY saat krisis ekonomi sempat hinggap dan terus hinggap sehinga
menjadi masalah tersendiri bagi perekonomian Indonesia bangsa Indonesia secara
keseluruhan.Tingkat konsumsi seperti apa ? Waktu itu Presiden SBY memalui
pemerintahannya sempat megajukan usulan peningkatkan
aktivitas konsumsi dalam ngeri untuk memulihkan perekonomian, secara tidak
langsung industri ekonomi dalam negri akan tumbuh dengan baik.
Konsumsi
seperti apa ? pertanyaan yang terus berulang, banyak pihak yang mengatakan
bahwa daya beli masyarakat Indonesia rendah. Kalau begitu apa ukurannya ? di
sektor mana saja ? Sebuah jawaban yang belum saya ketahui. Tapi sekarang mari
kita lihat apakah sebenarnya daya beli mayarakat Indonesia rendah .
Pernyataan
daya beli masyarakat Indonesia sebenarnya tidak lah rendah jika hal ini
dihitung dari kebutuhan sekunder.Yang masih membinggungkan sekarang ini ialah masyarakt
Indonesia sepertinya tidak lagi bisa membedakan yang mana kebutuhan primer atau
kebutuhan sekunder ,sebuah teori mengatakan ”Lihat saja sekarang hampir dari satu setengah populasi penduduk
Indonesia sudah punya mobile communication atau bahasa sederhananya adalah
handphone atau sim card proveider telepon selular”.
Handphone
atau pun sim card bukalah barang mahal lagi yang siap dikonsumsi ,meskipun
harganya bisa mencapai jutaan tidak dipermasalahkan. Sedangkan kebutuhan primer
berupa pangan,sandang dan papan menjadi sesuatu yang terpinggirkan. Jika
ditanya di kalangan menengah ke atas jelas jawabnnya mereka bisa berimbang.
Tapi kelas menengah ke bawah jawabannya bisa mendua .Kenapa mendua ? karena
barang sekunder seperti telepon selular juga sudah menjadi kebutuhan wajib buat
mereka. Harga yang biasnya diterapkan oleh perusahaan telepon dan perusahaan
provider memudahkan konsumen untuk memilih handphone atau sim card yang mereka
inginkan. Masalah pulsa jelas yang ke dua .Sedangkan tariff yang berlomba-lomba
masih diperangkan tetap menjadi acuan konsumen. Konsumen menjadi konsumtif
sekarang rendahkah daya beli konsumen[4].
Jika kembali
ke bagaimana teori konsumsi dan kebutuhan tersebut,jika saja semua orang
Indonesia sadar dan bisa memilih menyelamatkan ekonomi Indonesia terlebih
dahulu baru ekonomi perusahaannya dan ekonomi diri-nya atau apa apun itu saya
yakin sebuah debat narsis tidak akan terjadi,siapa yang ingin menjadi
pahlawan,dan siapa yang hanya bermulut besar akan tersadar tentang betapa besarnya
sebuah arti nurani untuk kehidupan bersama bangsa Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori
Konsumsi adalah teori yang mempelajari
bagaimana manusia / konsumen itu memuaskan kebutuhannya dengan pembelian /
penggunaan barang dan jasa. Sedangkan pelaku konsumen adalah bagaimana ia
memutuskan berapa jumlah barang dan jasa yang akan dibeli dalam berbagai
situasi.
Fungsi
konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat
konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan
disposebel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan
dalam persamaan, Perkembangan ekonomi yang terjadi mengakibatkan bertambahnya
variabel yang dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi selain pendapatan
nasional, inflasi, suku bunga, dan jumlah uang beredar.
B. Saran
Dalam
penyusunan makalah ini yang dimana kami membahas tentang “TEORI KONSUMSI”,
penulis menggunakan sumber yang cukup mendasar
bagi judul makalah ini. Selain itu, bentuk pemaparan dan penjelasan makalah
ini menggunakan metode pendeskripsian dan argumentasi bagi masalah-masalah yang
dituangkan dalam makalah. Penggunaan gaya bahasa yang mudah dipahami membuat
sebuah kajian baru dalam menyelesaikan suatu studi kasus.
Dalam
penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
perlu ditambah dan diperbaiki. Untuk itu
penulis mengharapkan inspirasi dari para pembaca dalam hal membantu
menyempurkan makalah ini. Untuk terakhir kalinya penulis berharap agar dengan
hadirnya makalah ini akan memberikan sebuah perubahan khususnya dunia
pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Puspitawati, Endang. Ekonomi. Klaten: Viva
Pakarindo. 2006.
Rahardja, Prathama. Pengantar Ilmu Ekonomi.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas UI. 2008.
Ritonga, M.T., dkk. Ekonomi dan Akuntansi
untuk SMA jilid 1. Jakarta: PT. Phibeta Aneka Gama. 2007.
Waluyo, Dwi Eko. Ekonomika Makro. Malang: UMM
PRESS. 2007.
Winardi. Pengantar Ilmu Ekonomi. Bandung:
Tarsito. 1995.
Post a Comment for "Model konsumsi"