Model pembelajaran transformatif
BAB I
PENDAHULUAAN
A.
Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses dimana orang yang tadinya tidak tahu menjadi
tahu, tidak bisa menjadi bisa. Belajar merupakan prosese penting bagi perubahan
perilaku manusia dan mencangkup segala seswatu yang dipikirkan dan dikerjakan.
Belajar memegang peranan penting bagi perkembangan manusia, kebiasaan, sikap,
keyakinan, tujuan, keperibadiaan dan bahkan persepi manusia. Dengan kegiatan
belajar manusia bisa menguasai aspek – aspek tersebut, dan hal – hal itu akan
berguna untuk melakukan kegiatan bermasyarakat.Pembelajaran transformatif
merupakan sebuah konsep atau substansi baru tetapi telah menjadi bahan kajian
di berbagai bidang, termasuk pendidikan luar sekolah. Substansi ini bahkan
telah mulai tampil sebagai sebuah teori yang paling banyak didiskusikan dan
diteliti dalam bidang pendidikan orang dewasa selama lebih dari 25 tahun
terakhir ini[1].
Teori pembelajaran transformatif telah menjadi wilayah kajian yang ditandai
dengan semakin meningkatkan jumlah publikasi jurnal dan penyelenggaraan
konferensi internasional dua kali setahun yang secara khusus membahas
penelitian tentang pembelajaran transformatif, yang pada saat ini penelitian
untuk disertasi saja telah ada lebih dari 50 buah.
Pembelajaran transformatif merupakan teori belajar yang unik, abstrak, dan
ideal dengan puncaknya yang disebut critical reflection (renungan kritis). Dalam kaitan ini belajar dipahami
sebagai sebuah proses pemberian makna baru terhadap pengalaman untuk
mengarahkan tindakan mendatang .
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian
model pembelajaran transformatif?
2.
Bagaimana
pendekatan pembelajaran transformatif?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Model Pembelajaran Transformatif
Pembelajaran
transformatif (transformatif learning) merupakan model pembelajaran yang
dikembangkan dari perspektif transformasi sebagaimana awalnya digagas dan
dikembangkan oleh Mezirow (1978). Sebagai teori pembelajaran,
pembelajaran transformatif muncul sekitar tahun 1970-an, berawal dari hasil
studi yang dilakukan Mezirow terhadap pengalaman belajar para wanita yang
kembali lagi bersekolah setelah lama meninggalkan bangku sekolah. Hail
penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran mampu merubah perspektif
yang dimiliki dalam memaknai kenyataan dan pengalaman hidup yang dialami. Sejak
saat itu, banyak bermunculan penelitian tentang pembelajaran transformatif, dan
fokus studi transformasi semakin meluas, mulai dari transformasi personal,
transformasi sosial, pembelajaran interkultural, refleksi kritis, lifestyle, bahkan
perubahan karir[2].
Patria
Cranton (2002) memahami pembelajaran transformatif sebagai kegiatan
pembelajaran yang ditujukan untuk proses penyadaran peserta didik terhadap
kesalahan atau kelemahan perspektif beserta asumsi dasar yang dimiliki, untuk
kemudian beralih pada perspektif baru yang dinilai tepat. Melalui pembelajaran
transformatif, para peserta didik dikondisikan untuk secara terus-menerus
melakukan refleksi, mempertanyakan atau bahkan menggugat terhadap perspektif
yang telah dimiliki selama ini.
Pembelajaran Transformatif menurut para ahli :
1.
Mezirow (1978)
"Pembelajaran yg diorientasikan pd perubahan
(transformasi) frame of preference sebagai struktur asumsi yg digunakan
sesorang untuk memandang ,memahami, dan memaknai hidup".
2. Patria
Cranton (2002)
"Pembelajaran untuk proses penyadaran orang
terhadap kesalahan atau kelemahan perspektif beserta asumsi dasar yg dimiliki
kemudian beralih ke perspektif baru yg dinilai tepat".
3. Merrian
(2001)
"Pembelajaran yg dapat menghasilkan perubahan
kerangka berfikir (kognitif) dan perubahan sikap (afektif) pd peserta
didik."
4. Boyd
(1989)
"Proses perubahan kepribadian secara
fundamental sebagai bentuk integrasi antara/ resolusi atas dilema pribadi yg
dialami dan semakin berkembang luasnya kesadaraan seseorang"
5. R.Low
&Darwin B Nelson (2005)
"Pembelajaran yg berorientasikan pd peserta
didik untuk menjadi affective person"
6. Sullivan
(2003)
"Pembelajaran yg berorientasikan pd perubahan
secara mendasar &bersifat struktural pd diri seseorang yg berkaitan dengan
asumsi-asumsi yg mendasari pemikiran ,perasaan, dan perbuatan seseorang.
B. Strategi Implementasi Model
1.
Persiapan Pembelajaran
a.
Melakukan prakondisi kepada peserta
didik
b.
Penyiapan perangkat dan media pembelajaran
c.
Pengaturan latar belaja
d.
Penyiapan strategi monitoring dan
evaluasi belajar
e.
Peningkatan pemahaman pendidik
tentang pembelajaran transformatif
2.
Pelaksanaan Pembelajaran
Transformatif
a.
Mengubah peran pendidik menjadi
fasilitator belajar
b.
Memperlakukan peserta didik sebagai
subjek belajar
c.
Mendayagunakan pengalaman peserta
didik dan potensi lingkungan sebagai penunjang sumber belajar[3]
d.
Membangun interaksi pembelajaran
berbasis interaksi konsultatif-dialogik
e.
Rambu-rambu pola interaksi edukatif
dalam pembelajaran transformatif
f.
Memilih dan menerapkan kata-kata
persuasif dalam pembelajaran
g.
Persyaratan pendidik dalam
pembelajaran fasilitatif
h.
Suasana kreatif dalam proses
pembelajaran transformatif
3.
Evaluasi Pembelajaran
C. Praktik-praktik
Penting dan Kondisi-kondisi Ideal untuk menerapkan Pembelajaran Transformatif
Di bawah ini
merupakan tindakan-tindakan serta keadaan-keadaan penting dalam menerapkan
pembelajaran transformatif seperti yang ditunjukkan oleh J. Mezirow dan para
peneliti sesudahnya mendukung serta memperluas penemuan-penemuannya :
1.
Kondisi-kondisi belajar yang ideal
Kondisi-kondisi belajar yang meningkatkan rasa keamanan, keterbukaan serta
kepercayaan (contohnya kelayakan lingkungan pelatihan).
2.
Situasi pembelajaran yang terbuka
dan mengutamakan refleksi kritis
Dibentuknya situasi pembelajaran yang demokratis, terbuka, rasional,
memiliki akses kepada semua informasi yang ada serta mengutamakan refleksi
kritis.
3.
Pembelajaran transformatif sebagai
pengalaman
Pembelajaran yang mensyaratkan adanya saling berbagi pengalaman hak asasi
manusia secara pribadi maupun profesional
4.
Kurikulum yang berpusat pada peserta
Metode-metode struktural efektif yang mengutamakan pendekatan berpusat pada
siswa, mengangkat otonomi, keterlibatan dan kerjasama para siswa. Kegiatan-kegiatan
yang memberi dukungan terhadap eksplorasi perspektif pribadi alternatif,
pengajuan masalah serta refleksi kritis.
5.
Umpan balik dan penilaian diri
Keadaan-keadaan pembelajaran yang mendukung umpan balik yang layak dan
tepat waktu merupakan sebuah aspek utama dalam proses pembelajaran
partisipatif. Berada dalam sebuah lingkungan yang mendukung kemampuan untuk
tidak memberikan kritik terhadap ide orang lain secara pribadi dan bagaimana
menanggapi kritik dari orang lain.
6.
Pengaturan kelompok untuk
pembelajaran transformatif
Kondisi-kondisi signifikan bagi pembelajaran transformatif dalam konteks
kelompok meliputi:
a.
Kesempatan untuk saling mengenal
latar belakang budaya dari seluruh peserta di dalam kelompok.
b.
Perlunya menghargai dan tidak
menghindari “ketidaksepahaman dan konflik”.
c.
Keharusan melaksanakan ide-ide baru
7.
Karakteristik Fasilitator
‘Guru’ harus dapat dipercaya, bersikap empati, peduli, mempertahankan
keaslian, jujur dan menunjukan integritas tingkat tinggi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran
transformatif (transformatif learning) merupakan model pembelajaran yang
dikembangkan dari perspektif transformasi sebagaimana awalnya digagas dan
dikembangkan oleh Mezirow (1978). Sebagai teori pembelajaran,
pembelajaran transformatif muncul sekitar tahun 1970-an, berawal dari hasil
studi yang dilakukan Mezirow terhadap pengalaman belajar para wanita yang
kembali lagi bersekolah setelah lama meninggalkan bangku sekolah. Hail
penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran mampu merubah perspektif
yang dimiliki dalam memaknai kenyataan dan pengalaman hidup yang dialami. Sejak
saat itu, banyak bermunculan penelitian tentang pembelajaran transformatif, dan
fokus studi transformasi semakin meluas, mulai dari transformasi personal,
transformasi sosial, pembelajaran interkultural, refleksi kritis, lifestyle,
bahkan perubahan karir.
Patria
Cranton (2002) memahami pembelajaran transformatif sebagai kegiatan
pembelajaran yang ditujukan untuk proses penyadaran peserta didik terhadap
kesalahan atau kelemahan perspektif beserta asumsi dasar yang dimiliki, untuk
kemudian beralih pada perspektif baru yang dinilai tepat. Melalui pembelajaran
transformatif, para peserta didik dikondisikan untuk secara terus-menerus
melakukan refleksi, mempertanyakan atau bahkan menggugat terhadap perspektif
yang telah dimiliki selama ini.
B. Saran
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. maka penulis mohon kritik
dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Rifai’I
Achmad (2011). Buku ajar Psikologi Belajar Orang Dewasa .
Semarang UNNES.
Usman, M.
Uzer. (1993). Belajar Mengajar. Bandung :
Remaja Rosda Karya.
Hardika, Dr.
M.Pd. 2012. Pembelajaran Transformatif Berbasis Learning How To Learn. Malang:
UMM Press.
Buchori, Mochtar. & Meitasandrashanti. 2009. Transformasi Pendidikan (Pendidikan Kritis
Transformatif). Jakarta : Ar Ruzz Media
Post a Comment for "Model pembelajaran transformatif"