Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pemahaman pendidikan agama islam


BAB I
PENDAHULUAN

Pemahaman merupakan proses berpikir dan belajar. Dikatakan demikian karena untuk menuju ke arah pemahaman perlu diikuti dengan belajar dan berpikir. Pemahaman merupakan proses, perbuatan dan cara memahami.[1]
Pemahaman adalah tingkatan kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini ia tidak hanya hapal secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan, maka operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan, dan mengambil keputusan.[2]
Di dalam ranah kognitif menunjukkan tingkatan-tingkatan kemamp[uan yang dicapai dari yang terendah sampai yang tertinggi. Dapat dikatakan bahwa pemahaman tingkatannya lebih tinggi dari sekedar pengetahuan. Definisi pemahaman menurut Anas Sudijono adalah "kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan dan hafalan".[3]
Menurut Saifuddin Azwar, dengan memahami berarti sanggup menjelaskan, mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, meramalkan, dan membedakan.[4]
Sedangkan menurut W. S. Winkel, yang dimaksud dengan pemahaman adalah : Mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, seperti rumus matematika ke dalam bentuk katakata, membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, seperti dalam grafik.[5]
Dari berbagai pendapat di atas, indikator pemahaman pada dasarnya sama, yaitu dengan memahami sesuatu berarti seseorang dapat mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan, memperluas, menyimpulkan, menganalisis, memberi contoh, menuliskan kembali, mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan. Indikator tersebut menunjukkan bahwa pemahaman mengandung makna lebih luas atau lebih dalam dari pengetahuan. Dengan pengetahuan, seseorang belum tentu memahami sesuatu yang dimaksud secara mendalam, hanya sekedar mengetahui tanpa bisa menangkap makna dan arti dari sesuatu yang dipelajari. Sedangkan dengan pemahaman, seseorang tidak hanya bisa menghapal sesuatu yang dipelajari, tetapi juga mempunyai kemampuan untuk menangkap makna dari sesuatu yang dipelajari juga mampu memahami konsep dari pelajaran tersebut.




BAB II
PEMBAHASAN

A. HAKIKAT PENDIDIKAN AGAMA
Untuk memudahkan pemahaman tentang pengertian pendidikan agama, maka terlebih dahulu perlu dijelaskan pengertian pendidikan dan pengertian agama secara umum.
Pendidikan dalam bahasa Arabnya adalah tarbiyah dengan kata kerja rabba. Kata kerja rabba yang artinya mendidik sudah digunakan pada zaman Nabi. Dalam bentuk kata benda, kata rabba ini juga digunakan untuk Tuhan, karena Tuhan juga bersifat mendidik, mengasuh, memelihara, malah mencipta. Kata lain yang mengandung arti pendidikan adalah addaba,[6] dan allama.
Pendidikan berasal dari kata "didik", mendapat awalan "me" sehingga menjadi "mendidik", artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan menggunakan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam pengertian yang luas dan representatif, pendidikan adalah "the total process of developing human abilities and behaviors, drawing on almost all life's experiences",[7] yang berarti seluruh tahapan pengembangan kemampuan-kemampuan dan perilakuperilaku manusia dan juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan.
Pendidikan diartikan sebagai tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya.
Prof. Mahmud Yunus dalam bukunya yang berjudul Pokok-PokokPendidikan dan Pengajaran, mengemukakan berbagai pengertian dari para ahli didik dan ahli filsafat mengenai pengertian pendidikan, yaitu :
1)   Menurut Plato, seorang filosof Yunani, pendidikan adalah mengasuh jasmani dan rohani supaya sampai kepada keindahan dan kesempurnaan yang mungkin dicapai.
2)   Jules Simin, filosof Perancis, mengemukakan pengertian pendidikan adalah jalan untuk merubah akal menjadi akal yang lain dan mengubah hati menjadi hati yang lain.
3)   John Milton, seorang ahli didik dan ahli syair bangsa Inggris, menjelaskan pendidikan yang sempurna adalah mendidik anak-anak supaya dapat melaksanakan segala pekerjaan, baik pekerjaan khusus atau pekerjaan umum dengan ketelitian, kejujuran, dan kemahiran, baik waktu aman atau waktu perang.
4)   Menurut Pestalozzi, seorang ahli didik Swiszerland, pendidikan adalah menumbuhkan segala tenaga anak-anak dengan pertumbuhan yang sempurna dan seimbang.
5)   Pengertian pendidikan menurut Herbert Spencer, filosof pendidikan bangsa Inggris, adalah menyiapkan manusia supaya hidup dengan kehidupan yang sempurna.
6)   James Mill, filosof Inggris, menurutnya, pendidikan adalah menyiapkan seseorang supaya dapat membahagiakan dirinya khususnya, dan orang lain umumnya.
7)   dan menurut Sully, seorang filosof Inggris yang juga ahli didik dan ahli jiwa, pendidikan adalah menyucikan tenaga tabiat anak-anak supaya dapat hidup berbudi luhur, berbadan sehat, serta berbahagia.[8]

Prof. Drs. H.M. Arifin, M.Ed. mengungkapkan pengertian pendidikan adalah "usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk pendidikan formal maupun nonformal".[9] "Pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada anak-anak atau orang yang sedang dididik".[10]
Pengertian pendidikan dalam arti praktik adalah "suatu proses pemindahan pengetahuan ataupun pengembangan potensi yang dimiliki subyek didik untuk mencapai perkembangan secara optimal, serta membudayakan manusia melalui proses transformasi nilai-nilai yang utama".[11] Pendidikan dalam arti praktik merupakan suatu proses pembelajaran yang berlangsung baik secara formal maupun nonformal dengan memberikan pengetahuan dan bimbingan secara langsung kepada seseorang sehingga orang tersebut dapat memperoleh pengetahuan dan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.
Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk melatih, membimbing, dan mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri seseorang melalui suatu proses dengan menggunakan metode-metode tertentu, baik secara formal maupun nonformal, sehingga orang tersebut memperoleh pengetahuan dan pemahaman, membentuk pola tingkah laku tertentu untuk menciptakan kepribadian yang mandiri supaya sampai kepada kesempurnaan yang mungkin dicapai.
Setelah dikemukakan berbagai pengertian mengenai pendidikan dari berbagai sumber pendapat para ahli, akan dijelaskan pengertian mengenai agama.
Mahmud Syaltut menyatakan : Agama adalah ketetapan-ketetapan Ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia. Syaikh Muhammad Abdul Badran berupaya menjelaskan arti agama dengan menunjuk kepada al-Qur'an, bahwa agama adalah hubungan antara makhluk dengan Khaliknya. Hubungan ini diwujudkan dalam sikap batinnya serta tampak dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula dalam sikap kesehariannya.[12]
Dengan melihat pengertian pendidikan dan agama, maka pendidikan agama adalah usaha sadar untuk membentuk kepribadian anak didik sesuai dengan ajaran-ajaran Islam secara sistematis melalui bimbingan, pengajaran, atau latihan dalam bentuk formal maupun nonformal.
"Pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang falsafah, dasar dan tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktik pendidikan didasarkan kepada nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam al-Qur'an dan Hadis Nabi".[13]
Dalam GBPP pengertian pendidikan agama Islam adalah "usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional".[14]
Zuhairini mendefinisikan pengertian pendidikan agama adalah "usahausaha secara sistematis dan pragmatis dalam anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam".[15]
Berdasarkan pengertian pemahaman dan pendidikan agama seperti diuraikan di atas, maka bila dirangkaikan pemahaman pendidikan agama islam merupakan kemampuan seseorang untuk mempertahankan sesuatu yang dianggap benar, membedakan mana yang termasuk perbuatan baik dan buruk, memberikan contoh yang baik kepada sesama, dapat menerangkan sesuatu hal yang dapat dipahami dan lain sebagainya. Apabila seseorang telah memahami ajaran agama tersebut, meyakini dan mengamalkan semua perintah dan larangan dari ajaran agama tersebut, maka keyakinannya yang telah menjadi bagian integral dari kepribadiannya itulah yang akan mengawasi segala perbuatannya baik lahir maupun batin.

PROSES DAN RPODUK PENDIDIKAN ISLAM
Bilamana pendidikan Islam diartikan sebagai proses, maka diperlukan adanya sistem dan sasaran atau tujuan yang hendak dicapai. Sesuai harkat, martabat serta nilai manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi, dimana aspek-aspek kemampuan individual (al-fadliyah), sosialitas (al-ijrimayyah), dan moralitas (al-akhlaqiyyah), merupakan hakikat kemanusiaannya. Dalam sistem terdapat umpan balik (feedback) melalui evaluasi yang bertujuan memperbaiki mutu produk anak didik.Proses dalam aktivitas pendidikan atau praktek pendidikan yang meliputi kegiatan mendidik, mengajar, melatih peserta didik agar berkembang potensinya serta menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.
Oleh karena itu, adanya sasaran dan tujuan merupakan kemutlakan dalam proses kependidikan, yakni sasaran yang hendak digarap dan tujuan yang hendak dicapai, yang dirumuskan secara jelas dan akurat. Dalam rangka mengarahkan proses kependidikan Islam kearah pengembangan optimal ketiga aspek, yakniKognitif, Afektif, dan Psikomotorik. Agar ketiga kemampuan tersebut didasari oleh nilai-nilai ajaran Islam. Sedangkan evaluasi sebagai alat pengoreksi kesalahan-kesalahan/penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam proses. Proses mengandung pengertian sebagai penerapan cara-cara atau sarana untuk mencapai hasil yang diharapkan.[8]

Proses Pendidikan islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa dan sadar untuk mengarahkan serta membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan pengajaran rohaniah dalam menumbuhkan kemampuan dasar manusia. Pengarahan pertumbuhan anak didik sesuai dengan ajaran Islam berproses melalui sistem kependidikan Islam, baik melalui kelembagaan maupun sistem kurikuler (materi tambahan).
Potensi dalam setiap manusia terletak pada keimanan atau keyakinan, ilmu pengetahun, akhlak (moralitas) dan pengalamannya, dan dalam keempat potensi ini menjadi tujuan fungsional pendidikan Islam. Oleh karenanya, dalam strategi pendidikan Islam, keempat potensi tersebut menjadi titik pusat dari lingkaran kependidikan Islam sampai kepada tercapainya tujuan akhir pendidikan, yaitu manusia dewasa yang mukmin atau muslim dan muhlis muttaqin. Proses pendidikan islam yaitu dimana proses pembelajaran menjadikan peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Proses pendidikan Islam dibagi menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut:
1.      Proses Pendidikan Islam Universal.
Hal ini menyoroti asal usul pendidikan Islam yang disertai dengan pemahaman tentang motivasi. Sebagai bukti terdapat kaitan erat antara belajar dan bahwa Islam sebagai suatu agama menempatkan ilmu pengetahuan pada status yang sangat istimewa. Allah akan meninggikan derajat mereka yang beriman diantara kaum muslim dan mereka yang berilmu.
Penggerak utama dari wahyu inilah yang sangat memotivasi muslim dalam belajar. Karena itu pengembangan fitrah-fitrah harus dilakukan dengan ajaran agama Islam (wahyu). Sebagaimana dalam QS: an-Nahl:89.
Proses perkembangan pendidikan islam secara universal pada intinya pendidikan Islam yang berwawasan dunia dan bisa menerima kemajuan zaman dengan pendidikan Islam sebagai alat kendali keimanan dan ketaqwaan dalam menyikapi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat.
2.      Proses Pendidikan Islam Lokal.
Masyarakat Indonesia dengan tingkat kemajemukan sangat tinggi baik etnik, budaya, ras, bahasa, dan agama menjadi suatu potensi kebaikan sekaligus ancaman.[9]

 OBJEK PENDIDIKAN ISLAM
v   Sasaran pendidikan Islam memiliki empat ciri pokok :
a)              Sifat yang bercorak agama dan akhlaq
b)             Sifat keseluruhannya mencakup segala aspek pribadi pelajar (subjek didik), dan semua aspek perkembangan dalam masyarakat.
c)              Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan antara unsur-unsur dan cara pelaksanaannya.
d)             Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan, memperhitungkan perbedaan-perbedaan perseorangan diantara individu, masyarakat dan kebudayaan dan kesanggupannya untuk berubah dan berkembang.
v   Sasaran yang dicapai dalam pendidikan islam ada beberapa yang harus diperhatikan :
§    Pertama, tujuan yang merupakan arah perkembangan subjek didik. Tujuan sebagai arah harus sesuai dengan tingkat perkembangan subjek didik, kebutuhannya, perasaannya, perhatiannya dan lingkungannya. Sasaran tujuan sebagai sesuatu yang akan dicapai oleh peserta didik ialah terjadinya perubahan tingkah laku, sikap dan kepribadian setelah peserta didik mengalami proses pendidikan.
§    Kedua,  tujuan sementara, ialah tujuan sebagai arah untuk mencapai tujun akhir, yang meliputi terpenuhinya target dalam menguasai setiap materi pembelajaran sesuai jenjang tingkatan. Itulah sebabnya pendidikan merupakan proses berkelanjutan  tanpa ujung, yang implikasinya adalah keharusan pendidikan sepanjang hayat seperti yang dianjurkan nabi “tuntutlah ilmu sejak lahir sampai menjelang ajal”.
§    Ketiga, sasaran tujuan mutlak. Tujuan mutlak ialah tujuan pendidikan yang berkenaan dengan tujun terakhir hidup manusia, misalnya “kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat”, “menjadi hamba Allah yang paling taqwa”.
Islam menganjurkan agar manusia mengubah perilakunya (lewat pendidikan ) kalau ia menginginkan Allah mengubah nasibnya.[10]
Tujuan pendidikan Islam menurut Al Ghazali yakni:
1.              Taqorrub ilallah
2.              Pembentukan akhlakul karimah
3.              Mempelajari ilmu pengetahuan semata-mata untuk ilmu pengetahuan itu sendiri sebagai wujud ibadah kepada Allah swt.
4.              Untuk mengantarkan anak didik sebagai manusia yang mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, karena perjalanan dunia adalah langkah penentu kebahagiaan di akhirat.
Tujuan utama dalam Pendidikan Islam yakni pengembangan manusia seutuhnya yang juga menjadi tujuan pendidikan nasional. Tetapi tidak mudah menemukan manusia seutuhnya, terintegrasi, selaras, serasi dan seimbang dari berbagai aspek dan potensi yang dimiliki manusia. Menurut Manfur secara garis besar sasaran Pendidikan Islam adalah semua manusia dalam berbagai usia (manusia dari mulai anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua), keberadaan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan dalam status apapun. Semua itu agar tercipta perilaku hidup yang sesuai dengan makna nilai, moral, dan   norma masyarakat yang berlaku. Demikian halnya usia dewasa dan orang tua agar memberikan suri tauladan bagi anak-anaknya dan generasi lainnya.[11]

Menurut Al-Attas tujuan pendidikan Islam adalah manusia yang baik.Marimba berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya orang yang berkepribadian muslim. Al-abrasyi mengatakan bahwa tujuan akhir tujuan pendidikan Islam adalah manusia yang berakhlak mulia. Munir Mursyimenyatakan bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah manusia sempurna. Menurut Abdul Fatah Jalal tujuan umum pendidikan Islam ialah:
1.              Terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Islam menghendaki agar manusia di didik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya yakni beribadah kepada Allah, sesuai firman Allah:
Artinya:. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(adz zdariyat:56).

Ibadah adalah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang dikaitkan semata karena Allah. Maka tujuan pendidikan haruslah mempersiapkan manusia agar menjadi hamba Allah yang seutuhnya (‘ibad al rahman). Sebagaimana dalam surat At taubah:122 yang artinya:
” mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara kalian beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang agama dan untuk member peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali (dari peperangan) supaya mereka dapat menaga dirinya”.

2.              Aspek amal untuk mencari rizki. Sebagaimana dalam surat Al-Mulk:15 yang artinya;
“Dia menjadikan bumi ini mudah bagimu,maka berjalanlah ke segala penjurunya, dan makanlah dari sebagian rezekiNya dan hanya kepadaNyalah kalian kembal”i.
Perintah mencari rizki itu mengandung perintah agar mempelajari cara mencari rizki. Oleh karena itu perlu diajari teori-teori filsafat, sains, dan teknik-teknik lainnya.

TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

Menurut Muhammad Quthb, menyatakan bahwa tujuan pendidikan lebih penting daripada sarana pendidikan. Sarana pendidikan pasti berubah dari masa ke masa, dari generasi ke generasi, bahkan dari satu tempat ke tepat lain. Akan tetapi, tujuan pendidikan tidak akan berubah. Menurutnya, tujuan umum pendidikan Islam adalah untuk menjadi manusia yang taqwa. Manusia yang memenuhi kodratnya sebagai khalifah yang harus dapat bekerja sesuai derajat dan kehormatan manusia. Konferensi Dunia pertama tentang Pendidikan Islam (1977) menyimpulkan bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah manusia yang menyerahkan dirinya secara mutlak kepada Allah.
Al syaibani menjabarkan tujuan pendidikan Islam menjadi:
1)             Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berkaitan pengetahuan, tingkah laku, jasmani, rohani, dan kemampuan lain yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan akhirat.
2)             Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, dan memperkaya pengalaman masyarakat.
3)             Tujuan professional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, seni, profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.

Al Abrasyi merinci tujuan akhir pendidikan Islam meliputi:
1.              Pembinaan akhlak.
2.              Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan di akhirat.
3.              Penguasaan ilmu.
4.              Keterampilan bekerja dalam masyarakat.
Asma Hasan Fahmi merinci tujuan akhir pendidikan Islam meliputi:
1.              Tujuan keagamaan
2.              Tujuan pengembangan akal dan akhlak
3.              Tujuan pengajaran kebudayaan
4.              Tujuan pembinaan kepribadian
Munir Mursi merinci tujuan akhir pendidikan Islam meliputi:
1.              Bahagia dunia dan akhirat
2.              Menghambakan diri kepada Allah
3.              Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat Islam
4.              Untuk mencapai akhlak mulia.[12]

Ada juga yang mengatakan bahwa tujuan atau sasaran pendidikan Islam yakni:
1.              Tujuan Umum
Ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain, yang meliputi, sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan agar sesuai norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Tujuan umum ini juga terkait dengan tujuan nasional, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.
2.              Tujuan sementara
Ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman dalam suatu kurikulum pendidikan formal dalam tingkat dan jenjang pendidikan yang berbeda, dengan materi ajar yang berbeda dari satu tingkat ke tingkat lainnya.
3.              Tujuan Operasional
Ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu, yakni lebih menekankan pada kemampuan anak didik dalam  keterampilan, lancar dalam berbicara, mengerti, memahami, meyakini, dan menghayati.
4.              Tujuan Akhir
Pendidikan berlangsung seumur hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia dan akhirat kelak. Membentuk insan kamil dengan taqwa yang tertanam dalam pribadi manusia. Pendidikan Islam untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara, dan mempertahankan ketaqwaan seseorang. Insan kamil yang mati dan menghadap Allah swt dengan hati yang penuh keimanan merupakan tujuan akhir yang merupakan proses dari pendidikan Islam.[13]

Noeng Muhadjir menjelaskan bahwa obyek/sasaran ilmu Pendidikan Islam adalah upaya dalam membantu proses perkembangan anak didik untuk mencapai tingkat normatif yang lebih baik. Maka, sasaran ilmu pendidikan adalah manusia atau peserta didik berhak mendapatkan pengajaran, ilmu, pengetahuan, kecerdasan yang dibutuhkan dalam kehidupannya kelak, mendapatkan pendidikan yang meliputi penanaman nilai-nilai yang baik yang diakui dan diterima oleh masyarakat.
          Peserta didik sebagai manusia menjadi obyek/sasaran  ilmu pengetahuan yang bersifat material, sedang usaha untuk membawa peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan atau kedewasaan disebut obyek pendidikan yang bersifat formal dan upaya mendidik, membimbing dan melatih siswa menuju perbaikan dan tanggung jawab.[14]
Sesuai dengan misi agama Islam yang bertujuan memberikan rahmat bagi sekalian makhluk di alam, maka pendidikan Islam mengidentifikasikan sasarannya yang digali dari sumber ajaran Al-Quran dan Sunnah, meliputi empat pengembangan fungsi manusia yaitu:
a.)            Menyadarkan manusia secara individual pada posisi dan fungsinya di tengah-tengah makhluk lain, dan tanggung jawab dalam kehidupannya. Dengan kesadaran ini, manusia akan mampu berperan sebagai makhluk Allah yang paling utama diantara makhluk-makhluk lainnya sehingga mampu berfungsi sebagai khalifah di muka bumi. Sebab manusia adalah makhluk yang terdiri dari perpaduan unsur-unsur rohani dan jasmani.

Allah memberikan kepada manusia suatu kedudukan yang lebih tinggi, sebagaimana firman Allah:
          Artinya:
          Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak adam dan kami angkut mereka itu melalui daratan dan lautan serta kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan. (al-Isra’:70).
Sedangkan beban tanggung jawabnya terhadap dirinya dan masyarakat sebagi konsekuensi kedudukannya dinyatakan oleh Allah (Al-Isra’:15)
          Artinya:
          Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah-Nya, maka sesungguhnya ia berbuat keselamatan terhadap dirinya, dan barang siapa berbuat sesat, maka sesungguhnya ia tersesat bagi dirinya sendiri. Dan seseorang yang berdosa itu tidak dapat memikulkan beban dosanya kepada orang lain, dan kami tidak akan memberikan azab sebelum kami mengutus seorang utusan (rasul): (al-Isra’: 15)

b.)           Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakat itu. Manusia harus mengadakan interelasi dan interaksi dengan sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Manusia adalah makhluk social, itulah sebabnya Islam mengajarkan tentang persamaan, persaudaraan, kegotong-royongan, dan musyawarah yang dapat membentuk masyarakat itu menjadi suatu persekutuan hidup yang utuh. Prinsip hidup bermasyarakat demikian dikehendaki oleh Allah dalam firman-Nya yakni:
Artinya:
Berpeganglah kamu semuanya pada tali Allah swt dan janganlah kamu bercerai berai. (ali-Imran: 103).
Artinya:
Sesungguhnya semua orang mukmin itu adalah bersaudara. (al-Hujurat:10)

c.)            Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada Nya. Oleh karena itu manusia sebagai makhluk yang bertuhan, sikap dan watak religiusitasnya perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu menjiwai dan mewarnai kehidupannya. Pada hakikatnya dalam diri setiap manusia telah di beri kemampuan untuk beragama dan kemampuan itu berada di dalam fitrahnya secara alami. Sebagaimana firman Allah:
Artinya:
(yang memiliki sifat-sifat) demikian itu adalah Allah Tuhanmu, tidak ada Tuhan selan Dia, pencipta segala sesuatu maka sembahlah Dia, dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu, Dia tidak dapat dijangkau oleh daya penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan, dan Dialah yang maha kuasa lagi maha mengetahui. (al-An’am: 102-103)
d.)           Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain dan membawanya agar memahami Tuhan menciptakan makhluk lain, serta memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya.
Maka, manusia sebagai khalifah di bumi dan yang terbaik di antara makhluk lain, akan mendorong untuk melakukan pengelolaan, serta mendayagunakan ciptaan Allah untuk kesejahteraan hidup bersama-sama dengan lainnya. Pada akhirnya, kesejahteraan yang diperolehnya itu digunakan sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan hidup di akhirat.
Oleh karena itu, terserah kepada manusia, bagaimana cara mengungkap rahasiasegala yang diciptakan Allah swt. Sudah tentu faktor akal budi (rasio), sangat menentukan mampu atau tidaknya manusia menggali dan mengungkapkan rahasia-rahasia alam tersebut. Untuk itu, faktor kegiatan belajar mengajar merupakan pangkal tolak dari kemampuan tersebut di atas. Sebagaimana firman Allah:

Artinya: “sesungguhnya Allah menumbuhkan butir-butir tumbuhan dan biji buah-buahan. Dan mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, (yang memiliki sifat-sifat demikian itu) ialah Allah, maka mengapa kamu masih juga berpaling dari pada Nya. Dialah yang menyingkapkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan, itulah ketentuan Allah yang maha perkasa lagi maha mengetahui. Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang untukmu agar kamu menjadikannya petunjuk alam kegelapan di darat dan di lautan. Sesungguhnya kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (kami) kepada orang-orang yang mengetahui”. (al-an’am: 95-97)

Diantara sasaran / tujuan pendidikan Islam lainnya yakni dilihat dari imu pendidikan Teoritis, tujuan pendidikan ditempuh secara bertingkat, misalnya tujuan intermediair (sementara), yang dijadikan batas sasaran kemampuan yang harus dicapai dalam proses pendidikan pada tingkat tertentu, untuk mencapai tujuan akhir.

Dalam sistem operasional kelembagaan pendidikan, berbagai tingkat tujuan tersebut ditetapkan secara berjenjang dalam struktur program, bila di lihat dari pendekatan sistem tujuan pendidikan adalah sebagai berikut:
1.)           Tujuan Intruksional khusus, yaitu diarahkan pada bidang studi yang harus dikuasai dan diamalkan oleh anak didik.
2.)           Tujuan Intruksional umum, yaitu diarahkan pada penguasaan suatu bidang studi umum.
3.)           Tujuan kurikuler, yang ditetapkan untuk mencapai dan mengetahui bakat dan kemampuan peserta didik.
4.)           Tujuan umum, atau tujuan Nasional adalah cita-cita hidup yang ditetapkan untuk dicapai melalui proses kependidikan dengan berbagai cara atau sistem baik sistem formal (sekolah), sistem non formal.
Rumusan-rumusan tujuan akhir pendidikan Islam dari semua golongan dan madzhab dalam Islam, misalnya sebagai berikut:
1.)    Pendidikan Islam mempunyai tujuan yang luas dan dalam, sesuai kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individual sebagai makhluk sosial yang menghamba kepada khaliknya yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agamanya.
Oleh karena itu pendidikan Islam bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan dan indera. Pendidikan ini harus melengkapi pertumbuhan manusia dalam aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, ilmiah.
Tujuan terahkir dari pendidikan Islam itu terletak dalam realisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah swt, baik secara perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat manusia keseluruhannya. Sebagai hamba yang berserah diri kepada khaliknya, ia adalah hamba Nya yang berilmu pengetahuan dan beriman secara bulat, sesuai kehendak pencipta Nya untuk merealisasikan cita-cita yang terkandung dalam kalimat ajaran Allah swt:
“Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah semesta alam”.

2.)    Berdasarkan hasil keputusan seminar pendidikan Islam se Indonesia pada tanggal 7 sampai 11 mei 1960 di Bogor, bahwa tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam. Tujuan tersebut ditetapkan berdasarkan atas pengertian bahwa pendidikan islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.
3.)    Menurut Prof.Dr.Muhammad Al Toumy Al Syaebani, tujuan pendidikan Islam adalah perubahan yang diinginkan dan diusahakan dalam proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya baik pada tingkah laku individu dari kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakat serta pada alam sekitar dimana seseorang itu hidup atau pada proses pendidikan dan proses pengajaran dalam masyarakat.
Dalam pelaksanaannya, tujuan tersebut dapat dibedakan dalam dua macam tujuan, yaitu:
1.)           Tujuan operasional
Tujuan operasional yaitu suatu tujuan yang dicapai menurut program yang telah ditentukan atau ditentukan dalam kurikulum.
2.)            Tujuan fungsional
Tujuan fungsional yaitu tujuan yang telah dicapai dalam arti kegunaannya, baik dari aspek teoritis maupun aspek praktis. Oleh karena itu, produk kependidikan yang sesuai adalah bilamana bisa menghasilkan anak didik yang memiliki kemampuan teoritis, dan sekaligus mempunyai kemampuan praktis atau teknis operasional. Anak didik berarti telah siap dipakai dalam bidang keahlian yang dituntut oleh dunia kerja dan lingkungannya.
Berbagai tingkat tujuan pendidikan yang dirumuskan secara teoritis itu bertujuan untuk memudahkan proses kependidikan melalui tahapan yang semakin meningkat (progresif) kearah tujuan umum atau tujuan akhir.
Demikian pula yang terjadi dalam proses kependidikan Islam bahwa penetapan tujuan akhir itu mutlak diperlukan dalam rangka mengarahkan segala proses, sejak dari perencanaan program sampai dengan pelaksanaannya agar tetap konsisten dan tidak mengalami penyimpangan.
Dalam proses kependidikan, semua tujuan diatas dapat dicapai secara integral dan ada keterkaitan, tidak terpisah satu sama lain, sehingga dapat mewujudkan tipe manusia sesuai yang dikehendaki oleh ajaran agama Islam.[

Hubungan Antara Filsafat Islam Dengan Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat pendidikan menyumbangkan analisisnya kepada ilmu pendidikan Islam tentang hakekat masalah secara rasioanal dan mengandung nilai-nilai dasar yangh bisa dijadikan landasan atau petunjuk dalam proses kependidikan.
Ruang lingkup pemikiran filsafat tentang pendidikan Islam tidak hanya pada masalah metode, sistem, dan evaluasi pendidikan. Filsafat pendidikan Isla memberikan pandangan objektif yang mendasar tentang kebutuhan manusia akn ilmu pengetahuan.
Produk pemikirannya merupakan pandangan dasar yang berinitikan kepada trilogi hubungan,yaitu :
1. Hubungan dengan tuhan, sebagai makhluk ciptaannya
2. Hubungan dengan masyarakat, sebagai anggota masyarakat
3. Hubungna dengna alam sekitar, sebagai makhluk Allah yg menjadi kholifah dibumi

Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sehingga jelas bahwa apa itu Islam diperlukan suatu proses pendidikan, dalam hal ini pendidikan Islam yang memegang peran utama. 
Filsafat Pendidikan Islam juga merupakan studi tentang penggunaan dan penerapan metode dan sistem Filsafat Islam dalam memecahkan problematika pendidikan umat Islam, dan selanjutnya memberikan arah dan tujuan yang jelas terhadap pelaksanaan pendidikan umat Islam. Filsafat Islam memiliki pokok bahasan yang lebih luas yaitu mencakup semua problematika dalam Islam baik yang berhubungan dengan Tuhan, alam, dan manusia. Dalam Filsafat Pendidikan Islam masalah ketuhanan, hubungan dengan alam dan sesama manusia itu dipelajari secara mendalam, antara lain dengan ilmu tauhid, fikih dan akhlak.
Bahwa dalam konsep tauhid, ilmu bersifat holistik (menyeluruh). Tidak ada pembagian ilmu menjadi ilmu agama dan ilmu umum. Karena kedua tipe keilmuan itu sama-sama ikut berkontribusi dalam memperkuat iman. Ilmu agama memperkuat keimanan melalui wahyu sementara ilmu umum melalui kajian ilmu humanitas dan alam secara sistematik dan seksama.
DAFTAR PUSTAKA
W.J.S. Porwadarminta, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia.  Jakarta : Balai Pustaka.
Ngalim Purwanto, 1997,  Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Anas Sudijono, 1996, Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Saifuddin Azwar, 1987, Tes Prestasi. Yogyakarta : Liberty.
W. S. Winkel, 1996, Psikologi Pengajaran. Jakarta : PT. Gramedia.
Zakiah Daradjat, 1992 Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.
M. Dalyono, 1997,  Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
H. Mahmud Yunus, 1990, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta : PT. Hidakarya Agung.
H.M. Arifin, 1984, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Keluarga.Jakarta : Bulan Bintang.
Hasan Langgulung, 1989, Manusia dan Pendidikan,: Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan. Jakarta : Pustaka al-Husna.
H. Zuhairini, dkk, 1978, Methodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya : Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel.
H.A.R. Tilaar, M.Sc.Ed. 2004, “Manajemen Pendidikan Nasional”. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Made pidarta, 1997, ”landasan pendidikan”. Jakarta : Rineka Cipta.



[1] W.J.S. Porwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1991), h.
636
[2] Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 1997), cet. ke-8, h. 44
[3] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996),
cet. ke-4, h. 50
[4] Saifuddin Azwar, Tes Prestasi, (Yogyakarta : Liberty, 1987), h. 62
[5] W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta : PT. Gramedia, 1996), cet. ke-4, h. 246
[6] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), cet. ke-2, h. 25
[7] M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), cet. ke-1, h. 5
[8] H. Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta : PT. Hidakarya
Agung, 1990), cet. ke-3, h. 5
[9] H.M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Keluarga, (Jakarta :
Bulan Bintang, 1984), h. 14
[10] Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan,: Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,
(Jakarta : Pustaka al-Husna, 1989), cet. ke-2, h. 32
[11] Ibid., h. 99
[12] M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur'an, (Bandung : Mizan, 1994), cet. ke-9, h. 209-210
[13] H. M. Thoha, op. cit., h. 99
[14] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kurikulum Sekolah Menengah Umum Tingkat
Atas, (Jakarta : DEPAG, 1997), h. 1
[15] H. Zuhairini, dkk, Methodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Biro Ilmiah Fakultas
Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1978), cet. ke-1, h. 27
[16] H.A.R. Tilaar, M.Sc.Ed. “Manajemen Pendidikan Nasional”, (Bandung : Remaja Rosdakarya , cetakan ketujuh,2004)Hlm.203

[17] Muhaimin, dkk. Loc.Cit Hlm.24
[18] Made pidarta, ”landasan pendidikan”, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), Hlm. 7
[19] Made pidarta, ”landasan pendidikan”, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), Hlm. 7
[20] Zakiah Daradjat,dkk., Loc.Cit, hlm. 31


Post a Comment for "Pemahaman pendidikan agama islam"