Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

pementasan teater

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya dengan seni. Seni adalah salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia selaku penggubah dan penikmat seni. Kebudayaan adalah hasil pemikiran, karya dan segala aktivitas (bukan perbuatan), yang merefleksikan naluri secara murni. Seni memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide yang dinyatakan dalam bentuk aktivitas atau rupa sebagai lambang. Dengan seni kita dapat memperoleh kenikmatan sebagai akibat dari refleksi perasaan terhadap stimulus yang kita terima. Kenikmatan seni bukanlah kenikmatan fisik lahiriah, melainkan kenikmatan batiniah yang muncul bila kita menangkap dan merasakan simbol-simbol estetika dari penggubah seni. Dalam hal ini seni memiliki nilai spiritual. Kedalaman dan kompleksitas seni menyebabkan para ahli membuat definisi seni untuk mempermudah pendekatan kita dalam memahami dan menilai seni. Konsep yang muncul bervariasi sesuai dengan latar belakang pemahaman, penghayatan, dan pandangan ahli tersebut terhadap seni.
 Salah satu seni yang kita perhatikan di sini adalah seni teater. Pertunjukkan teater tidak hanya untuk hiburan masyarakat penonton. Di balik itu, ada amanat yang ingin disampaikan kepada masyarakat tentang sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat. Kehidupan yang dimaksud menyangkut seluruh perilaku sosial yang berlaku pada kelompok masyarakat tertentu. Misalnya, kehidupan moral, agama, kehidupan ekonomi, dan kehidupan politik.
 Sehingga untuk memahami lebih dalam lagi mengenai teater di makalah ini sengaja disusun dan di kemas dengan judul “Pementasan Teater”. Seperti apa pembahasannya, mari kita telusuri   pembahasan selanjutnya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu teater?
2.      Bagaimana pembagian tugas dalam pementasan teater?
3.      Bagaimana teknik pementasan teater?



BAB II
PEMBAHASAAN

A.    Pengertian Teater
Kegiatan berteater dalam kehidupan masyarakat dan budaya Indonesia bukan merupakan sesuatu yang asing bahkan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan, kegiatan teater dapat kita lihat dalam peristiwa-peristiwa Ritual keagamaan, tingkat- tingkat hidup, siklus hidup (kelahiran, pertumbuhan dan kematian)        juga hiburan.
Setiap daerah mempunyai keunikan dan kekhasan dalam tata cara penyampaiannya. Untuk dapat mengapresiasi dengan baik mengenai seni teater terutama teater yang ada di Indonesia sebelumnya kita harus memahami apa seni teater itu ? bagaimana ciri khas teater yang berkembang di wilayah negara kita.
Arti luas teater adalah segala tontonon yang dipertunjukan didepan orang   banyak, misalnya wayang golek, lenong, akrobat, debus, sulap, reog, band dan sebagainya.
                        Arti sempit adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan     diatas pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media : percakapan,gerak dan           laku dengan atau tanpa dekor, didasarkan pada naskah tertulis denga diiringi musik,           nyanyian dan   tarian.
                        Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar             menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang        diwujudkan dalam suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak,      suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan      manusia.

B.     Pembagian Tugas Dalam Pementasan Teater
Pada dasarnya kerja pementasan adalah kerja kelompok atau tim. Tim terbagi menjadi dua, yaitu tim penyelenggara dan tim pementasan.
1.      Tim pementasan
Yang dimaksud tim pementasanadalah sekelompok orang yang bertugas menyajikan karya seni(drama) untuk ditonton. Tim pementasan terdiri dari sutradara, penulisnaskah, tim artistik, tim tata rias, tim kostum, tim lighting, dan aktor.Sebenarnya tim pementasan ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu tim on stage (di atas panggung) atau aktor, dan tim behind stage(belakang panggung). Kedua tim ini memiliki peran yang sama dalam mensukseskan pertunjukan/pementasan.
a.       Sutradara.
Seperti kita ketahui bersama, sutradara adalah pimpinan pementasan. Ia bertugas melakukan casting (memilih pemainsesuai peran dalam naskah), mengatur akting para aktor, danmengatur kru lain dalam mendukung pementasan. Pada dasarnyaseorang sutradara berkuasa mutlak sekaligus bertanggung jawabmutlak atas pementasan.
b.      Penulis Naskah.
Sebenarnya ketika sebuah naskah dipilih untukdipentaskan, penulis naskah sudah "mati". Artinya, ia tidak memilikihak lagi untuk mengatur visualisasi atas naskahnya. Tanggung jawab visualisasi ada pada sutradara. Biasanya, dalamperencanaan akting, seorang penulis naskah hanya dimintasebagai komentator.
c.       Penata Panggung.
Tugas utama penata panggung adalahmewujudkan latar (setting panggung) seperti yang diinginkan olehsutradara. Biasanya sutradara akan berdiskusi dengan penatapanggung untuk mewujudkan setting panggung yang mendukungcerita.
d.      Penata Cahaya.
Tugas utama penata cahaya adalah merencanakan sekaligus memainkan pencahayaan pada saat pementasan sehingga pencahayaan mendukung penciptaan latar suasana panggung. Jelas bahwa penata caha perlu berkoordinasi dengan penata panggung. Seorang penata cahaya harus memilikipengetahuan memadai dalam hal mixer cahaya.
e.       Penata Rias dan Busana.
Tugas utama penata rias dan busanaadalah mewujudkan rias dan kostum para aktor sesuai dengankarakter tokoh yang dituntut oleh sutradara. Biasanya, penata riasdan busana berkoordinasi erat dengan sutradara.
f.       Penata Suara.
Tugas utama penata suara adalah mewujudkansound effect yang mendukung pementasan. Bersama denganpenata busana, penata panggung, dan penata cahaya, penatasuara menciptakan latar yang mendukung pementasan. Jelasbahwa prasyarat untuk menjadi penata suara adalah memilikikemampuan mengelola soundsistem dan soundeffect.
g.      Aktor.
Tugas utama aktor adalah memerankan tokoh yangditugaskan kepadanya oleh sutradara.

2.      Tim penyelenggara
Yang dimaksud tim penyelenggara pementasan adalah orang-orang yang bekerja untuk melaksanakaan "acara" pementasan. Tim penyelenggara meliputi:
a.       Ketua Panitia
b.      Sekretaris
c.       Bendahara
d.      Sie Acara
e.       Sie Dana
f.       Sie Dokumentasi
g.      Sie Perlengkapan
h.      Sie Konsumsi
i.        Sie Tempat
Tim ini berperan dalam "menjual" karya seni (Teater). Sukses tidaknya acara pementasan (dengan indikasi jumlah penonton yang banyak, keuntungan finansial minimal balik modal, apresiasi penonton,sound sistem, lighting yang bagus) bergantung pada tim ini.

C.    Teknik Pementasan Teater
Dalam mementaskan atau bermain teater perlu memahami berbagai teknik. Menurut Rendra (1978) ada beberapa teknik yang perlu diperhatikan dalam mementaskan teater Teknik tersebut yaitu :
1.      Teknik Muncul
Cara pemain memunculkan diri pada saat tampil pertama kalinya di atas pentas dalam satu teater babak, atau adegan. Pemunculan tersebut memberi kesan pada para penonton sesuai peran yang dimainkan. Jika memerankan seorang ustadz, dia harus memperlihat diri sebagaimana layaknya ustadz, berpakaian muslim dengan tutur kata yang lemah lembut sesuai dan prilaku kelihatan sopan dan santun kepada siapa pun.

2.      Teknik memberi Isi
Pengucapan suatu kalimat dengan penekanan makna tertentu melalui tempo, nada, dinamik, misalnya :
DIA sangat baik padaku (bukan saya atau mereka)
Dia SANGAT baik padaku (bukan kurang atau cukup)
Dia sagat BAIK padaku ( bukan tidak baik )
Dia sangat baik PADAKU (bukan orang lain tapi padaku)
Teknik ini harus terpadu dengan teknik jasmaniah seperti mimik, sikap, gerak anggota badan lainnya (gestur)

3.      Teknik Pengembangan
Teknik membuat teater bergerak dinamis menuju klimaks atau teater tidak datar. Teknik terbagi atas beberapa teknik yang intinya menyangkut penggunan pengucapan dan jasmaniah,
a.       Teknik pengembangan pengucapan: seperti menaikkan volume suara atau sebaliknya, menaikkan tinggi nada suara atau sebaliknya, menaikkan kecepatan tempo suara atau sebaliknya
b.      Teknik pengembangan jasmaniah, yakni
·         Menaikkan posisi jasmaniah, dari duduk menjadi berdiri lalu berjongkok dan seterusnya
·         Dengan cara memalingkan kepala, tubuh atau seluruh tubuh
·         Dengan cara berpindah tempat dari kiri ke kanan , dari belakang ke depan, dan sebagainya.
·         Dengan cara menggerakan anggota badan tanpa berubah tempat seperti menggerakkan kaki atau jari
·         Dengan ekspresi wajah (mimik) untuk mencerminkan emosi tertentu, misalnya mata sendu, muram untuk mengekspresikan kesedihan dan sebagainya.


4.      Teknik Timing
Teknik ini merupakan ketepatan hubungan antara gerakan jasmaniah dengan kata-kata atau kalimat yang diucapkan dalam waktu yang singkat atau sekejap, misalnya:
·         Bergerak sebelum mengucapkan kata-kata tertentu, seperti menepuk kepala “aku lupa, maaf!’
·         Bergerak sambil mengucapkan sesuatu seperti menepuk kepala sambil mengucapkan “Aku lupa, maaf!”
·         Bergerak setelah mengucapkan sesuatu seperti “Aku lupa, maaf!” lalu menepuk kepala.

5.      Teknik Penonjolan
Penonjolan isi merupakan teknik dimana seorang pemain harus memahami pada bagian mana suatu kalimat yang perlu ditonjolkan pada saat diucapkan. Seterusnya pada bagian mana dalam suatu adegan/babak yang perlu ditonjokan. Hal ini agar penonton dapat menikmati pementasan dengan penuh keharuan.

D.    Dasar-Dasarpementasan Drama
Sebelum bermain teater, Junaedi (1989) dan Ramelan (1982) mengemukakan beberapa dasar-dasar pementasan yang perlu dikuasai dengan baik supaya pementasan dapat menarik simpati penonton. Dasar-dasar tersebut sebagai berikut.
1.      Penguasaan Vokal
Seorang calon pemain teater harus menguasai pelafalan bunyi konsonan dan vokal sesuai artikulasinya secara tepat dan sempurna. Disertai suara yang jelas dan keras. Penguasaan vokal ini biasanya di tempat terbuka untuk mengulang-ulang vokal tertentu sampai sempurna pengucapannya.

2.      Penguasaan Mimik.-Intonasi Dasar
Seorang calon pemain harus menguasai mimik dasar seperti mimik sedih, gembira, marah. Mimik marah biasa ditandai dengan mata melotot, muka kemerah-merahan, kening berkerut, mimik sedih ditandai dengan wajah muram, pandangan mata sayu, dan mulut tertutup, sedang mimik gembira ditandai muka yang bercahaya, mata bersinar, dan mulut terseyum. Di samping mimik harus pula menguasai intonasi dasar sedih (tempo lambat-nada rendah- tekanan lembut) intonasi marah (tempo cepat nada tinggi, tekanan keras) dan intonasi gembira (tempo-nada-tekanan bersifat sedang).Mimik dan intonasi sangat mendukung peran yang dimainkan.

3.      Penguasan Kelenturan Tubuh
Tubuh seorang pemain teater harus lentur atau elastis sehingga dalam memainkan peran tertentu tidak kelihatan kaku. Untuk mencapai penguasai tubuh yang elastis, perlu melakukan serangkaian gerakan seperti berlari cepat dalam jarak dekat, bolak balik ke utara, selatan, timur, barat, ke segala penjuru. Berjalan dengan menggambarkan perasaan sedih, jalan kepayahan membayangkan berjalan di padang pasir hingga jatuh bergulingan, dan seterusnya.

4.      Penguasaan Pemahaman Watak Peran
Suatu peran menjadi hidup bila aktornya memiliki penguasaan pemahaman dan penghayatan watak peran yang tepat. Untuk memperoleh.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan       manusia. Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir.
Tetaer juga dikenal dengan seni yang kolektif di mana dalam sebuah tetaer tidak terlepas dari yang namanya sutradara sebagai pengkordinasi pementasan. Sehingga menjadi seorang sutradara harus menguasai apa-apa yang harus di lakasanakan karena baik/tidaknya pementasan tergantung dari seorang sutradaranya. Sehingga dalam seni teater juga memiliki peran yang sangat penting dalam lingkup sosisal. Ini sudah jelas karena yang namanya seni pertunjukan pasti dipertunjukan di depan orang banyak dalam hal ini salah satu contohnya adalah masyarakat. Seni teater bisa dijadikan media penyampaian segala bentuk rasa atau argumen yang berkaitan dengan kehidupan sosial.

B.     Saran
Dalam sebuah pementasan teater, perlu juga diperhatikan sisi kekompakan pemain serta profesionalisme agar pementasan dapat berjalan lancar dan sukses. Selain itu, faktor waktu, durasi dari satu alur ke alur berikutnya lain juga perlu diperhatikan agar jalannya teater terkesan tepat. Kerjasama serta kekompakan dari kedua tim sangat menentukan kesuksesan pementasan teater.



DAFTAR PUSTAKA

Junaedi, Moha. 1982. Apresiasi Sastra II. Ujung Pandang: FPBS IKIP Press
Ramelan, Kastoyo. 1980. Seni Drama. Jakarta: Tiga Serangkai
Tjokroatmodjo dkk. 1985. Pendidikan Seni Drama Suatu Pengantar. Surabaya: Usaha Nasional
Mien, Rukmieni..2000. Apresiasi Drama Secara Produktif. Jakarta: Depdikbud


Post a Comment for "pementasan teater"