Pemurnian
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Minyak goreng merupakan
salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai alat pengolah bahan-bahan makanan.
Minyak goreng berfungsi sebagai media penggoreng yang sangat penting dan
kebutuhannya semakin meningkat, sehingga menghasilkan jelantah yang meningkat
pula. Minyak kelapa merupakan bagian paling berharga dari buah kelapa.
Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua adalah sebanyak 34,7%. Minyak
kelapa digunakan sebagai bahan baku industri minyak goreng. Minyak kelapa dapat
diekstrak dari daging kelapa segar, atau diekstrak
dari daging kelapa yang telah dikeringkan (kopra). Berdasarkan tingkat
ketidakjenuhan minyak dapat dinyatakan dengan bilangan iod (iodine value), maka
minyak kelapa dapat dimasukkan ke dalam golongan non drying oils, karena bilangan iod
minyak tersebut berkisar antara 7,5 – 10,5.
Minyak
kelapa merupakan minyak yang diperoleh dari kopra (daging buah) kelapa yang
dikeringkan) atau dari perasan santannya. Kandungan minyak pada daging buah
kelapa tua diperkirakan mencapai 30%-35%, atau kandungan minyak dalam kopra
mencapai 63-72%. Minyak kelapa sebagaimana minyak nabati lainnya merupakan
senyawa trigliserida yang tersusun atas berbagai asam lemak dan 90% diantaranya
merupakan asam lemak jenuh. Selain itu minyak kelapa yang belum dimurnikan juga
mengandung sejumlah kecil komponen bukan lemak seperti fosfatida, gum, sterol
(0,06-0,08%), tokoferol (0,003%), dan asam lemak bebas (< 5%) dan sedikit
protein dan karoten.
Salah
satu metode yang dianggap sederhana, ekonomis dan mudah untuk perbaikan
kualitas minyak goreng bekas adalah dengan cara adsorpsi. Adsorpsi adalah
peristiwa penyerapan di permukaan oleh suatu adsorben atau daya serap dari zat
penyerap yang terjadi pada permukaan. Keberhasilan proses adsorpsi ditentukan
oleh pemilihan adsorben. Adsorben yang digunakan harus memenuhi kriteria yang
dibutuhkan, diantaranya mempunyai daya serap yang besar terhadap solute, zat
padat yang mempunyai luas permukaan yang besar, tidak larut dalam zat cair yang
akan diadsorpsi, tidak beracun dan mudah didapat serta memiliki harga yang
relatif murah.
Salah
satu cara sederhana dan telah banyak dikembangkan oleh banyak peneliti untuk
menghilangkan pengotor adalah metode adsorpsi. Beberapa peneliti menggunakan
karbon aktif untuk mengadsorpsi material organik terlarut. Tetapi karena
tingginya harga adsorben karbon aktif serta sulitnya diregenerasi, mendorong
para peneliti untuk mencari material lain sebagai penggantinya. Salah satu
bahan yang menarik untuk digunakan sebagai adsorben adalah material anorganik
alam.
Secara
umum urutan proses produksi minyak kelapa sebetulnya hampir sama, meskipun
dikerjakan secara tradisional ataupun dengan teknik yang lebih modern baik oleh
industri kecil maupun industri skala menengah atau besar. Inti dari proses
produksi tersebut adalah memisahkan minyak kelapa yang merupakan bagian paling
berharga dari buah kelapa. Minyak kelapa dapat dipisahkan (diekstrak) langsung
dari daging kelapa segar atau disebut sebagai cara basah, atau diekstrak dari
daging kelapa yang terlebih dulu dikeringkan (kopra) yang disebut cara kering.
Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua diperkirakan mencapai 30%-35%.
Untuk memperoleh mutu minyak kelapa yang lebih baik, biasanya dilakukan proses refined, bleached, deodorized.
penambahan bahan penyerap warna, biasanya menggunakan arang aktif agar
dihasilkan minyak yang jernih.
Meningkatkan
kualitas minyak goreng bekas dengan menggunakan adsorben karbon aktif sehingga
dapat digunakan kembali. Karbon aktif adalah bahan yang berupa karbon yang
telah ditingkatkan daya adsorpsinya. Aktivasi merupakan suatu proses yang
menyebabkan perubahan fisik pada permukaan karbon melalui penghilangan
hidrokarbon, gas-gas, dan air dari permukaan tersebut sehingga permukaan karbon
semakin luas dan berpori. Sehingga karbon aktif akan lebih mudah menyerap
zat-zat lain. Luas permukaan karbon aktif umumnya berkisar antara 500-2000 m2/gram.
Keuntungan penggunaan karbon aktif sebagai bahan pemucat minyak ialah karena
lebih efektif untuk menyerap warna dibandingkan dengan bleaching clay.
Selain warna, karbon aktif juga dapat menyerap sebagian bau yang tidak
dikehendaki dan mengurangi jumlah kadar asam lemak bebas sehingga memperbaiki
kualitas minyak.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar
belakang di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Definisi
pemurnian?
2. Bagaimanakah
proses pemurnian minyak?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
Pemurnian (refining atau juga mungkin disebut oleh affining
istilah matematika) adalah proses pemurnian zat atau bentuk. Istilah ini
biasanya digunakan dari sumber daya alam yang hampir dalam bentuk yang
bermanfaat, tetapi yang lebih berguna dalam bentuk murni. Sebagai contoh,
sebagian besar jenis minyak alami akan membakar langsung dari minyak bumi,
tetapi akan membakar tidak baik dan cepat menyumbat mesin dengan residu dan
produk sampingan. Istilah yang luas, dan dapat mencakup transformasi drastis
lebih, seperti pengurangan bijih logam.
Pemurnian
cairan ini sering dilakukan dengan destilasi atau fraksionasi. Gas dapat
disempurnakan dengan cara ini juga, dengan didinginkan dan / atau dikompresi
sampai mereka mencairkan. Gas dan cairan juga dapat disempurnakan oleh ekstraksi
dengan pelarut selektif yang melarutkan diri baik substansi bunga, atau kotoran
yang tidak diinginkan.
Banyak
padatan dapat disempurnakan oleh kristal yang tumbuh dalam larutan bahan murni,
struktur reguler kristal cenderung mendukung materi yang diinginkan dan belum
termasuk jenis lain dari partikel. Reaksi kimia sering digunakan untuk
menghilangkan kotoran dari jenis tertentu.
Penggunaan
silikon dan semikonduktor lainnya dalam elektronik tergantung pada kontrol yang
tepat dari kotoran. Proses peleburan zona dikembangkan oleh William Gardner
Pfann digunakan untuk memproduksi germanium murni, dan kemudian mengapung -
zona silikon menjadi tersedia ketika Henry Theuerer dari Bell Labs diadaptasi
metode Pfann untuk silikon.
Jenis bahan yang biasanya dimurnikan :
·
Logam
·
Minyak bumi
·
Silikon
·
Gula
·
Garam
·
Minyak sayur
·
Udara
B. PEMURNIAN/ REFENING
Proses
pemurnian/ refening biasa dilakukan pada proses pembuatan minyak makan. Untuk
memeperoleh minyak yang bermutu baik, minyak dan lemak kasar harus dimurnikan dari
bahan-bahan atau kotoran yang terdapat didalamnya. Cara-cara pemurnian
dilakukan dengan pemucatan. Pemucatan bertujuan menghilangkan zat-zat warna
dalam minyak dengan penambahan absorben agent seperti arang aktif, tanah liat,
atau dengan reaksi-reaksi kimia setelah penyerapan warna, lemak disaring dalam
keadaan vakum (Winarno, 1984).
Zat
warna yang ada dalam lemak dan minyak termasuk karatenoid klorofil dan bahan
berwarna yang lain. Untuk mendapatkan lemak dan minyak yang berwarna cerah,
perlu diadakan proses pemutihan. Penyerapan zat warna yang paling sering
dilakukan adalah dengan menggunakan tanah pemucat dan arang. Pemutihan dengan
menggunakan bahan kimia yang bersifat mengoksidasi atau hidrogenasi dapat juga
mengurangi warna lemak dan minyak tetapi dapat menyebabkan kerusakaan pada
minyak itu sendiri (Buckle, 1987).
Pemucatan (bleaching)
menghilangkan sebagian besar bahan pewarna tak terlarut atau bersifat koloid
yang memberi warna pada minyak. Pemucatan dapat dilakukan dengan menggunakan
karbon aktif atau bleaching earth (misalnya bentonit) 1% sampai 2% atau
kombinasi keduanya (arang aktif dan bentonit) yang dicampur dengan minyak yang
telah dinetralkan pada kondisi vacuum sambil dipanaskan pada suhu 95oC–100oC.
Selanjutnya bahan pemucat dipisahkan melalui filter press (Anonim3,
2006).
Tahap yang
terpenting dalam pemurnian minyak nabati adalah penghilangan bahan-bahan
berwarna yang tidak diingini, dan proses ini umumnya disebut dengan bleaching
(pemucatan) atau penghilangan warna (decolorition). Pada proses netralisasi,
beberapa bahan berwarna biasanya dapat dihilangkan, khususnya bila larutan
alkali kuat digunakan, tetapi beberapa bahan alami yang terlarut dalam minyak
(dimana sifatnya sangat karakteristik), biasanya tidak dapat terlihat sebagai
bahan pengotor minyak, ini hanya dapat dihilangkan dengan perlakuan khusus.
Pemucatan minyak sawit dan lemak lainnya yang telah dikenal antara lain:
1. Pemucatan dengan adsorbsi; cara ini dilakukan dengan
menggunakan bahan pemucat seperti tanah liat (clay) dan karbon aktif.
2. Pemucatan dengan oksidasi; oksidasi ini bertujuan
untuk merombak zat warna yang ada pada minyak tanpa menghiraukan kualitas
minyak yang dihasilkan, proses pemucatan ini banyak dikembangkan pada industri
sabun.
3. Pemucatan dengan panas; pada suhu yang tinggi zat
warna akan mengalami kerusakan, sehingga warna yang dihasilkan akan lebih
pucat. Proses ini selalu disertai dengan kondisi hampa udara.
4. Pemucatan dengan hidrogenasi. Hidrogenasi bertujuan
untuk menjenuhkan ikatan rangkap yang ada pada minyak tetapi ikatan rangkap
yang ada pada rantai karbon kerotena akan terisi atom H. Karotena yang
terhidrogenasi warnanya akan bertambah pucat. (Nurhida Pasaribu, 2004)
Pemucatan ialah suatu tahap proses pemurnian untuk
menghilangkan zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan ini
dilakukan dengan mencampur minyak dengan sejumlah kecil adsorben, seperti tanah
serap (fuller earth), lempung aktif dan arang aktif atau dapat juga
menggunakan bahan kimia. Pemucatan minyak menggunakan adsorben umumnya dilakukan
dalam ketel yang dilengkapi dengan pipa uap. Minyak yang akan dipucatkan
dipanaskan pada suhu sekitar 1050 C, selama 1 jam. Penambahan
adsorben dilakukan pada saat minyak mencapai suhu 70-800C, dan
jumlah adsorben kurang lebih sebanyak 1,0-1,5 persen dari berat minyak.
Selanjutnya minyak dipisahkan dari adsorben dengan cara penyaringan menggunakan
kain tebal atau dengan cara pengepresan dengan filter press (Ketaren, 1986)
Gambar contoh minyak yang sudah dan belum dimurnikan
Lemak dan
minyak merupakan senyawaan organik yang penting bagi kehidupan makhluk
hidup.adapun lemak dan minyak ini antara lain:
1. Memberikan rasa gurih dan aroma yang spesifik.
2. Sebagai salah satu penyusun dinding sel dan penyusun
bahan-bahan biomolekul.
3. Sumber energi yang efektif dibandingkan dengan protein
dan karbohidrat, karena lemak dan minyak jika dioksidasi secara sempurna akan
menghasilkan 9 kalori/liter gram lemak atau minyak. Sedangkan protein dan
karbohidrat hanya menghasilkan 4 kalori tiap 1 gram protein atau karbohidrat.
4. Karena titik didih minyak yang tinggi, maka minyak
biasanya digunakan untuk menggoreng makanan di mana bahan yang digoreng akan
kehilangan sebagian besar air yang dikandungnya atau menjadi kering.
5. Memberikan konsistensi empuk, halus dan berlapis-lapis
dalam pembuatan roti.
6. Memberikan tektur yang lembut dan lunak dalam
pembuatan es krim.
7. Minyak nabati adalah bahan utama pembuatan margarin.
8. Lemak hewani adalah bahan utama pembuatan susu dan
mentega.
9. Mencegah timbulnya penyumbatan pembuluh darah yaitu pada
asam lemak esensial.
C.
PROSES
PEMURNIAN MINYAK
Pada
pabrik pengolahan kelapa sawit, proses pemurnian/ pemisahan yang sangat penting
dan mutlak dilakukan, karena pada proses pemurnian ini akan diperoleh hasil
pemisahan cairan yang sesuai dengan kadar dan mutu minyak yang diinginkan. Pada
pabrik kelapa sawit, proses pemurnian dilakukan di stasiun klarifikasi
(pemurnian minyak). Suatu proses pemurnian minyak menjadi CPO ialah bertujuan
untuk menghilangkan kadar air didalamnya sampai dengan 0,2 %, agar kualitas
dari CPO itu baik.
Proses
pemisahan minyak dari air dan kotoran merupakan pekerjaan yang menentukan
kualitas dari hasil pengolahan dan pemisahan minyak dilakukan secara
berulang-ulang karena setiap mesin atau peralatan mempunyai kemampuan yang terbatas.
Proses ini bertujuan untuk memperoleh minyak sebanyak-banyaknya dan
menghasilkan CPO dengan kadar asam lemak bebas, kadar air dan kotoran yang
sesuai dengan standart.
Adapun
langkah-langkah proses pemurnian dilakukan dimulai dari :
1) Oil
Gutter
Oil gutteratau
talang minyak mentah adalah saluran yang dilalui oleh minyak yang bersumber
dari hasil pengepressan sebelum diteruskan ke sand trap tank. Pada oil
gutter terjadi pencampuran antara minyak dengan air kondensat sebesar 18 %.
Air kondensat berasal dari perebusan (sterilizer)
sebanyak 11% dari proses perebusan, karena pada campuran oil gutter dan air
kondensat harus sebesar 18%, jadi 7% adalah air panas yang dicampur dengan air
kondensat.
Pemberian
air suplesi dimaksudkan untuk memperlancar penyaringan kotoran di Vibrating
Screen dan memudahkan pemisahan minyak pada proses selanjutnya.
2) Tangki Pemisah Pasir
(Sand Trap Tank)
Sand
trap tank adalah alat yang berbentuk silinder
yang bekerja berdasarkan perbedaan berat jenis antara air dan minyak dimana berat
jenis air lebih tinggi dari minyak, sehingga dengan mudah minyak yang berada
diatas air akan mengalir ke vibrating screen.
Alat
ini digunakan untuk memisahkan pasir dari cairan minyak kasar yang berasal dari
stasiun pengempaan yaitu screw press, melalui oil gutter minyak
dari screw press masuk ke sand
trap tank, lalu dipanaskan sampai dengan suhu 95°, dan proses pemanasan itu
sendiri dengan menggunakan uap (steam) yang di injeksikan
kedalamnya.Dalam proses pemurnian peralatan yang pertama kali mengeluarkan
sludge adalah sand trap tank, dan pada sand trap tank terdapat
buffle, yaitu suatu alat penangkap pasir atau kotoran-kotoran.
Gambar
1. Sand Trap Tank
3) Saringan Bergetar (Vibrating Screen)
Saringan
bergetar digunakan untuk memisahkan minyak kasar (dirt crude oil) dari
pasir serta benda-benda lain yang terikut dengan dibantu oleh panas dari steam
yang diinjeksikan ke dalam tangki. Crude
oil yang telah diencerkan dialirkan ke vibrating screen dengan
tujuan untuk memisahkan beberapa bahan asing seperti pasir, serabut dan
bahan-bahan lain yang masih mengandung minyak dan dapat dikembalikan ke digester.
Dalam proses penambahan air pengencer untuk mengetahui ketepatan penambahan
air pengencer maka setiap 2 jam sekali diambil sample crude oil sebelum masuk vibrating screen untuk selanjutnya
dibawa pada laboratorium untuk dapat diketahui komposisi minyak, sludge dan air.
Pada
alat ini harus ditambahkan air panas dengan tujuan agar partikel-partikel pasir
dapat dipisahkan dengan baik, suhu air panas diusahakan agar tetap panas
(90-95° C).
Getaran
dari vibrating screen dikontrol
melalui penyetelan pada bandul yang diikat pada elektromotor. Getaran yang
kurang mengakibatkan pemisahan tidak efektif. Kontrol kebersihan vibrating
screen harus dilakukan secara rutin, agar padatan (solid) buangan
dari hasil penyaringan vibrating screen tidak menumpuk.
Gambar
2. Vibrating screen
4) Crude
Oil Tank
Tangki ini menampung minyak yang telah
disaring dari vibrating screen. Di Crude Oil Tank perlakuan panas di
lakukan padaminyak dengan proses menginjeksikan uap kedalamnya untuk menjaga
agar suhu minyak tetap cair (senantiasa dalam keadaan cair).
Fungsi dari alat ini adalah untuk
mengendapkan pasir/ NOS halus yang masih terikut dari vibrating screen dan
sebagai tempat penampungan sementara crude oil dari vibrating screen sebelum
dipompakan ke vertical clarifier tank. Selain itu juga berfungsi untuk
menambah panas dan sebagai transit tank.
Tangki
ini dilengkapi dengan kran untuk membuang sludge
atau pasir yang telah mengendap di dasar tangki.
Gambar
3. Crude Oil Tank
5)
Tangki
Klarifikasi (Clarifier tank)
Minyak dialirkan ketangki klarifikasi (clarifier tank) yang berfungsi untuk
memisahkan minyak dengan kotoran-kotoran yang masih terbawa. Pemisahan
dilakukan sesuai berat jenis minyak dan endapan, pengendapan terjadi karena
perbedaan berat jenis, sludge akan
berada dibawa karena berat jenisnya lebih besar dan berat jenis minyak yang
lebih kecil akan berada diatas. Untuk mempermudah pemisahan suhu dipertahankan
95oC dengan putaran 2,8 rpm. Minyak yang berat jenisnya lebih kecil
dari sludge naik ke atas melalui skimmermenuju clean oil tank, sedangkan sludge
yang berat jenisnya lebih besar dari minyak akan keluar.Ketebalan lapisan
minyak dalam tangki klarifikasi (clarifier
tank) adalah 40-50 cm. Posisi oil
skimmer adalah di tengah-tengah tangki, yang ketinggiannya bisa dinaikkan
dan diturunkan sesuai dengan ketinggian minyak di dalam clarifier tank.Fungsi skimmer
dalam clarifier tankadalah untuk
membantu mempercepat pemisahan minyak dengan cara mengaduk dan memecahkan
padatan serta mendorong lapisan minyak dengan sludge.
Gambar 4. Clarifier tank
6)
Tangki
pembersihan (Clean oil tank)
Setelah minyak terpisah dengan sludgekemudian keluar dari clerifier tank ditampung dalam clean oil tank, suhu di clean oil tank adalah 90 - 95oC.
Fungsi
clean oil tank adalah untuk tempat sementara minyak sebelum diolah
oleh oil purifier. Kebersihan tangki perlu dijaga karena akan
mempengaruhi mutu kadar kotoran dalam minyak, maka yang harus dilakukan adalah blow down secara rutin.
Gambar
5. Clean oil tank
7) Purifier
Setelah minyak bersih ditampung di clean oil tank maka selanjutnya minyak
dipompakan ke purifier untuk proses
pembersihan atau pengurangan kadar kotoran dan memurnikan minyak dari kadar
air. Alat ini dengan prinsip gaya sentrifugal, yaitu memisahkan cairan antara
air, minyak dan kotoran dengan cara membedakan berat jenisnya.
Gambar
6. Purifier
8) Float
valve tank
Tangki ini berfungsi
untuk menampung sementara minyak yang berasal dari clean oil tank yang kemudian dikirim ke vacuum drier untuk membantu proses pengurangan kadar air.
Gambar
7. float valve tank
9) Vacuum
drier
Pengeringan minyak adalah pengurangan
kadar air yang masih terkandung di CPO. Pengeringan minyak digunakan untuk
memisahkan air dari minyak dengan cara penguapan hampa, karena minyak sudah
bersih dari kotoran masih mengandung kadar air, untuk memisahkan air dengan
minyak maka selanjutnya dilakukan proses vacuum
drier. Prosesnya adalah proses vakum proses vakum untuk pemisahan air dan
CPO.
Dari clean
oil tank minyak dipompakan menuju float
tank kemudian masuk ke dalam vacuum
drier untuk mengurangi kadar air dengan memanfaatkan tekanan vakum.
Gambar
8. vacum drier
10) Pompa minyak bersih (oil extraction pump)
Setelah minyak tidak lagi mengandung
kadar air, sludge dan kotoran lainnya
maka minyak selanjutnya akan dialirkan menuju storage tank. Cara mengalirkannya dengan menggunakan bantuan pompa
(oil extraction pump).
Gambar
9. Pompa minyak bersih
11) Tangki penimbunan (storage tank)
Storage tank
merupakan tempat penampungan minyak terakhir dan tempat pengambilan minyak yang
kemudian akan dijual. Berfungsi untuk menimbun minyak hasil produksi sebelum
dikirim ke pembeli melalui truk tangki.
Gambar
10. storage tank
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses
pemurnian/ refening biasa dilakukan pada proses pembuatan minyak makan. Untuk memeperoleh
minyak yang bermutu baik, minyak dan lemak kasar harus dimurnikan dari
bahan-bahan atau kotoran yang terdapat didalamnya. Cara-cara pemurnian
dilakukan dengan pemucatan. Pemucatan bertujuan menghilangkan zat-zat warna
dalam minyak dengan penambahan absorben agent seperti arang aktif, tanah liat,
atau dengan reaksi-reaksi kimia setelah penyerapan warna, lemak disaring dalam
keadaan vakum.
Zat
warna yang ada dalam lemak dan minyak termasuk karatenoid klorofil dan bahan
berwarna yang lain. Untuk mendapatkan lemak dan minyak yang berwarna cerah,
perlu diadakan proses pemutihan. Penyerapan zat warna yang paling sering
dilakukan adalah dengan menggunakan tanah pemucat dan arang. Pemutihan dengan
menggunakan bahan kimia yang bersifat mengoksidasi atau hidrogenasi dapat juga
mengurangi warna lemak dan minyak tetapi dapat menyebabkan kerusakaan pada
minyak itu sendiri.
Pemucatan (bleaching) menghilangkan
sebagian besar bahan pewarna tak terlarut atau bersifat koloid yang memberi
warna pada minyak. Pemucatan dapat dilakukan dengan menggunakan karbon aktif
atau bleaching earth (misalnya bentonit) 1% sampai 2% atau kombinasi
keduanya (arang aktif dan bentonit) yang dicampur dengan minyak yang telah
dinetralkan pada kondisi vacuum sambil dipanaskan pada suhu 95oC–100oC.
Selanjutnya bahan pemucat dipisahkan melalui filter press.
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka
penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A.
1987. Ilmu Pangan. UI Press. Jakarta
Ketaren, S.
1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. UI
Press. Jakarta:
Pasaribum
Nurhida. 2004. Minyak Buah Kelapa Sawit. http://library.usu.ac.id. Diakses Tanggal 25 April 2010 pukul 21.05 WIB.
Rosita, A. F.
dan Wenti Arum Widasari. 2009. Peningkatan Kualitas Minyak Goreng Bekas dari
KFC dengan Menggunakan Adsorben Karbon Aktif. http://eprints.undip.ac.id. Diakses Tanggal 25 April 2010 pukul 21.20 WIB.
Winarno, F.G.
1984. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.
Post a Comment for "Pemurnian"