Penggelompokan sistem koloid
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sistem
koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen
namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm),
sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel
terdispersi tidak terpengaruh oleh gayagravitasi atau gaya lain yang
dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat
homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran
biasa (suspensi).
Koloid mudah
dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awanmerupakan
contoh-contoh koloid yang dpat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam seljuga
merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimiaindustri
karena kepentingannya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang di maksud dengan sistem
koloid?
2.
Bagaimana pengelompokan sistem koloid?
3.
Apakah sifat koloid?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sistem koloid
Koloid atau Kolloid
yang berasal dari kata Kolla (lem) dan Oid (seperti), pertama kali ditemukan
oleh Thomas Graham. Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase)
antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid
(fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain
(medium pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm.
Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari
suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang
terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta,
masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray,
jelly, dll.
Keadaan
koloid atau sistem koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa
terdispersi dan fasa pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar
antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak
menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom, molekul
kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas
partikel-partikel dengan bebagai ukuran, yang masing-masing mengandung jutaan
atom emas atau lebih. Koloid belerang terdiri atas partikel-partikel yang
mengandung sekitar seribu molekul S8. Suatu contoh molekul yang sangat besar
(disebut juga molekul makro) ialah haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini
66800 s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7.
B.
Pengelompokan
Sistem Koloid
Dalam sistem koloid terdapat tiga fase zat, yaitu
padat, cair, dan gas. Dari ketiga fase ini terbagi kedalam delapan sistem
koloid. Adapun kedelapan sistem koloid tersebut adalah:
1. Sistem
Koloid Fase Padat-Cair (Sol)
Dengan fase
terdispersi berupa zat padat dan medium pendispersi berupa zat cair. Contoh
sol/gel yaitu agar-agar, pektin(selai), gelatin(jelly), cairan kanji, air
sungai, tinta, cat, gel kalsium asetat dalam alkohol, sol emas, sol Fe(OH)3,
sol Al(OH)3, dan sol belerang.
2. Sistem
Koloid Fase Padat-Padat (Sol Padat)
Dengan fase
terdispersi berupa zat padat dan medium pendispersi berupa zat padat. Contoh
sol padat yaitu kaca berwarna dan logam campuran (aloi) seperti stainless steel
(campuran antara besi, nikel, dan kromium).
3. Sistem
Koloid Fase Padat-Gas (Aerosol Padat)
Dengan fase terdispersi
berupa zat padat dan medium pendispersi berupa zat gas. Contoh aerosol padat
yaitu asap.
4. Sistem
Koloid Fase Cair-Gas (Aerosol)
Dengan fase
terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat gas. Contoh
aerosol yaitu kabut, awan, parfum, hairspray, cat semprot dan lain-lain.
5. Sistem
Koloid Fase Cair-Cair (Emulsi)
Dengan fase
terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat cair. Contoh
emulsi yaitu campuran antara minyak yang bersifat nonpolar dengan air yang
bersifat polar, susu, air santan, dan krim. Dalam emulsi terdapat emulgator
yaitu zat penghubung yang menyebabkan pembentukkan emulsi, contoh zat emulgator
adalah sabun, detergen, lesitin dan kasein (dalam susu).
6. Sistem
Koloid Fase Cair-Padat (Emulsi Padat)
Dengan fase
terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat padat. Contoh
emulsi padat yaitu keju, mentega, dan mutiara.
7. Sistem
Koloid Fase Gas-Cair (Busa)
Dengan fase
terdispersi berupa zat gas dan medium pendispersi berupa zat cair. Contoh busa
yaitu buih.
8. Sistem
Koloid Fase Gas-Padat (Busa Padat)
Dengan fase
terdispersi berupa zat gas dan medium pendispersi berupa zat padat. Contoh busa
padat yaitu karet busa dan batu apung.
C. Sifat Koloid
1. Gerak Brown
Apabila disperse koloid diamati dalam mikroskop ultra
maka akan teramati adanya patrikel yang bergerak dengan arah yang tidak
beraturan akan tetapi memiliki jalur lintasan yang lurus. Gerak koloid tersebut
merupakan salah satu sifat dari koloid yaitu gerak Brown. Gerak Brown adalah
gerak acak, zigzag partikel koloid. Hal ini dikarenakan benturan yang tidak
teratur pada partikel koloid ketika medium pendispersi yang menabrak pertikel
terdispersi dari berbagai sisi dengan jumlah yang berbeda. Gerakan ini terus
menerus terjadi, sebagai akibat dari lebih besarnya ukuran mendium terdispersi
daipada ukuran medium pendispersinya.
Adanya gerakan Brown mengakibatkan partikel-partikel
koloid relatif stabil meskipun ukurannya relatif besar, sebab dengan adanya
partikel yang bergerak secara terus-menerus mengakibatkan pengaruh gaya
gravitasi menjadi kurang berarti.
Dalam suatu larutan sejati, gerakan partikel
terdispersi tidak acak dan gerakan partikel terdispersi disebabkan oleh molekul
itu sendiri, bukan akibat tabrakan dengan medium pendispersi. Sedangkan dalam
suspensi, gerakan kebawah partikel dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
2. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh
partikel koloid. Hal ini dikarenakan partikel koloid dapat memantulkan dan
menghamburkan cahaya yang mengenainya sehingga cahaya akan terlihat lebih
terang. Selain koloid, partikel yang terdapat dalam suspensi dapat pula
menghamburkan cahayadikarenakan partikelnya yang besar sedangkan pada larutam
sejati, tidak dapat menghamburkan cahaya. Efek Tyndall ini terlihat ketika
cahaya matahari memasuki ruangan, dan lampu kendaraan pada malam yang berkabut
3. Adsorpsi
Partikel koloid mampu menyerap molekul netral atau
ion-ion pada permukaannya. Sifat ini disebut dengan adsorpsi. Adsorpsi terjadi
akibat dari adanya kemampuan partikel koloid untuk menarik partikel-partikel
yang lebih kecil. Kemampuan ini dikarenakan adanya tegangan permukaan koloid
yang cukup besar, sehingga apabila terdapat suatu partikel yang menempel pada
permukaan koloid akan cenderung dipertahankan.
Bila partikel koloid mengadsorpsi ion yang bermuatan
positif maka koloid tersebut menjadi bermuatan positif, dan sebaliknya ketika
permukaan koloid mengadsorpsi ion bemuatan negatif negatif maka koloid tersebut
akan bermuatan negatif. Contohnya sol Fe(OH)3 mampu mengadsorpsi ion-ion H+
sehingga bermuatan positif, dan sol As2S3 mampu mengadsorpsi ion S2- sehingga
bermuatan negatif.
Selain mengadsorpsi ion, partikel koloid dapat menarik
muatan dari listrik statis, sebagai contoh adanyan debu yang dapat menyerap
muatan negatif atau positif dati elektron yang berada di udara atau dari arus
listrik. Peristiwa ini mengakibatkan adanya elektroforesis, yaitu proses
bergeraknya partikel koloid dalam medan listrik. Elektroforesis dimanfaatkan
dalam pemisahan potongan-potongan gen, dan penyaringan debu pada pesawat
Cottrel.
4. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid akibat
kerusakan stabilitas sistem koloid atau karena penggabungan partikel koloid
yang bermuatan sehingga membentuk patikel yang lebih besar. Koagulasi suatu
koloid dapat ditinjau dari peristiwa mekanis dan peristiwa kimiawi. Peristiwa
mekanis seperti pemanasan atau pendinginan, contoh pada perebusan telur dan
agar-agar yang didinginkan. Peristiwa kimiawi yang dapat menyebabkan koagulasi
misalnya pencampuran koloid yang berbeda muatan, misalnya sol Fe(OH)3 dengan
sol As2S3, dan pencampuran koloid dengan suatu larutan elektrolit.
5. Koloid
Liofil dan Liofob
Berdasarkan interaksi antara partikel terdsipersi
dengan medium pendispersi, system koloid terbagi menjadi koloid liofil dan
koloid liofob. Koloid liofil yang fase terdispersinya suka menarik medium
pendispersinya. Hal ini terjadi akibat pengikatan medium pendispersi oleh gaya
tarik-menarik (gaya elektrostatik) pada setiap ujung gugus molekul terdispersi.
Contohnya yaitu agar-agar, lem, gelatin, dan tinta. Pada sol yang berifat
liofob, fase terdispersinya tidak suka menarik medium pendispersinya. Zat
pendispersi tidak akan bercampur dengan baik jika ditambahkan kembali medium
pendispersinya dikarenakan akan menjadi koloid yang tidak stabil. Perbedaan
kemampuan menarik medium pendispersinya mengakibatkan terjadinya perbedaan
sifat-sifat kolid tersebut.
6. Koloid
Pelindung
Koloid pelidung adalah sistem koloid yang ditambahkan
pada sistm koloid lainnya agar stabil. Contoh yaitu gelatin pada es krim
7. Dialisis
Adalah proses penyaringan partikel koloid dari ion-ion
yang teradsorpsi sehingga dapat dihilangkan dan zat terdispersi terbebas dari
ion-ion yang tidak diinginkan. Caraya yaitu dengan membungkus koloid dalam
selaput semipermeabel, kemudian melewatkan air mengalir sehingga ino pengotor
akan terbawa keluar melewati selaput semipermeabel.
8. Sistem
Koloid dalam Pengolahan Air
Tahap-tahap yang terjadi dalam penjernihan air adalah
penggumpalan pengotor (koagulasi) dengan menggunakan tawas (KAl(SO4)2), PAC,
dan Al2(SO4)3 yang akan menghasilkan Al(OH)3, penyaringan pengotor dengan
menggunakan pasir, kerikil, dan ijuk, proses adsorpsi dengan menggunakan
kaporit dan karbon aktif, dan terakhir proses desinfeksi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sistem
koloid adalah merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau
lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang
cukup besar. Macam-macam sistem koloid :Aerosol, sol, buih,
emulsi dan gel. Sifat-sifat sistem koloid : Efek Tyndall, Gerak Brown, muatan
listrik, kestabilan koloid, koloid liofil dan liofod. Pembuatan sistem koloid
dibedakan menjadi 2 yaitu dengan cara kondensi dan dispepersi.
Komponen
penyusun koloid dibedakan menjadi 2 yaitu fase kontinyu dan fase diskontinyu.
Bentuk- bentuk sistem koloid antara lain bulatan, batang, serat dam piringan.
Kegunaan sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam bidang
industri, makanan, kosmetik, obat-obatan dan sebagainya.
B.
Kritik dan
Saran
Kritik dan
Saran di harapkan bagi pembaca, agar pembuatan makalah ini mendekati sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Arnikar, Essentials of
Nuclear Chemistry, 2nd ed., wiley Eastern Limited, New
Delhi, 1998.
Brady & Humiston, General
Chemistry, 4th ed., John Willey & Sons, New York,
1990.
Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat
Kimia Dasar I. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Brady, J. E. 1999. Kimia
Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara: Jakarta.
Fred. C. Hess, Chemistry Made Simple, W.H.
Allan, London, 1980.
Post a Comment for "Penggelompokan sistem koloid"