Peradaban awal di kepualaun Indonesia
PERADABAN AWAL DI
KEPULAUAN INDONESIA
Indonesia terletak di persimpangan tiga lempeng
benua-ketiganya bertemu di sini-menciptakan tekanan sangat besar pada lapisan
kulit bumi. Akibatnya, lapisan kulit bumi di wilayah ini terdesak ke atas,
membentuk paparan-paparan yang luas dan beberapa pegunugan yang sangat tinggi.
Seluruh wilayah ini sangat rentan terhadap gempa bumi hebat dan letusan gunung
berapi dahsyat yang kerap mengakibatkan kerusakan parah. Hal ini terlihat dari
beberapa catatan geologis.
Praaksara berasal dari dua kata, yakni pra yang berarti
sebelum dan aksara yang berarti tulisan. Dengan demikian zaman praaksara adalah
kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan.
Terbentuknya
Kepulauan Indonesia
Proses Evolusi alam semesta ini memakan waktu kosmologis yang
sangat lama sampai beribu-ribu juta tahun. Proses Evolusi bumi dibagi menjadi
beberapa periode sebagai berikut :
1. Azoicum (Yunani : a = tidak ; zoon= hewan), yaitu zaman
sebelum adanya kehidupan. Pada saat ini bumi baru terbentuk dengan suhu yang
relatif tinggi. Waktunya lebih dari 1 Milyar tahun.
2. Paleozoicum, yaitu zaman purba tertua. Pada masa ini sudah
meninggalkan fosil flora dan fauna. Berlangsung kira-kira 350.000.000 tahun.
3. Mesozoicum, yaitu zaman purba tengah. Pada masa ini hewan mamalia
(menyusui), hewan amfibi, burung dan tumbuhan berbunga mulai ada. Lamanya
kira-kira 140.000.000 tahun.
4.
Neozoicum, yaitu zaman
purba baru, yang dimulai sejak 60.000.000 tahun yang lalu. Zaman ini dibagi
menjadi dua tahap (Tersier dan Quarter), zaman es mulai menyusut dan
makhluk-makhluk tingkat tinggi dan manusia mulai hidup.
Mengenal manusia purba
Berdasarkan
beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli, dapatlah direkonstruksi
beberapa jenis manusia purba yang pernah hidup di zaman praaksara.
1.
Jenis Meganthropus
Jenis manusia purba ini terutama berdasarkan penelitian von
Koenigswald di sangiran tahun 1936 dan 1941 yang menemukan fosil rahang manusia
yang berukuran besar. Dari hasil rekonstruksi ini kemudian para ahli menamakan
jenis manusia ini dengan sebutanMeganthropus Palaejavanicus artinya manusia raksasa dari jawa.
Jenis manusia purba ini memiliki ciri rahang yang kuat dan badanya tegap.
Diperkirakan makanan jenis manusia purba ini adlah tumbuh - tumbuhan. Masa
hidupnya diperkirakan pada zaman Pleistosen Awal.
2.
Jenis Pithecanthropus
Jenis ini didasarkan pada penelitian Eugene Dubois tahun 1890
di dekat Trinil, sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, wilayah Ngawi. Setelah
direkontruksi terbentuk kerangka manusia tetapi masih terlihat tanda - tanda
kera. Oleh karena itu jenis ini dosebut Pithecanthropus Mojokertensis. Jenis
manusia purba yang juga terkenal sebagai rumpun Homo Errectus ini paling banyak
ditemukan di Indonesia. Diperkirakan jenis manusia purba ini hidup dan
berkembang sekitar zaman Pleistosen Tengah.
3.
Jenis Homo
Fosil
jenis Homo ini pertama kali diteliti oleh Von Reitschoten di Wajak. Penelitian
dilanjutkan oleh Eugene Dubois bersama kawan-kawan dan menyimpulkan sebagai
jenis Homo. Ciri - ciri manusia Homo ini muka lebar, hidung dan mulutmnya
menonjol. Dahi juga masih menonjol, sekalipun tidak semenonjol jenis
Pithecanthropus. Bentuk fisiknya tidak jauh berbeda dengan manusia sekarang.
Hidup dan perkembangan jenis manusia ini sekitar 40.000-25.000 tahun yang lalu.
Tempat-tempat penyebarannya tidak hanya di Kepulauan Indonesia tetapi juga di
Filipina dan Cina Selatan.
ANTARA BATU DAN TULANG (PALEOLTHIKUM)
·
Kebudayaan
kebudayaan pacitan (pacitan jawa timur)
Beberapa alat dari batu di temukan di daerah punung oleh von
koeningwald tahun 1935. Alat batu masih kasar dan bentuknya agak runcing.
1. Kapak genggam atau kapak perimbas :
menusuk binatang atau menggali tanah saat mencari umbi-umbian
2. Chopper : alat penetak
3. Alat serpih
·
Kebudayaan
ngandong (ngandong dan sidorejo dekat ngawi)
Alat dari batu dan beberapa alat dari tulang.
1. Tulang binatang dan tanduk rusa :
penusuk atau belati
2. Tombak yang bergerigi
3. Alat dari batu : flakke (bentuk
indah seperti kalsedon)
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DAN KEBUDAYAAN
MASYARAKAT INDONESIA
Teknologi ialah usaha-usaha manusia
dengan berbagai cara untuk mengubah keadaan alam sekitarnya untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Perkembangan teknologi dapat dilihat dari kebudayaan yang
berkembang waktu itu. Kebudayaan merupakan hasil pemikiran manusia yang
dilakukan secara sadar yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Kebudayaan Ngandong dan Pacitan merupakan kebudayaan
Palaeolitik tertua di Indonesia.
·
Kebudayaan Pacitan
Tahun 1935 di
daerah Pacitan, Von Koeningswald dan Tweedie menemukan
alat yang terbuat dari batu. Alat-alat tersebut oleh Movius diklasifikasikan
menjadi kapak perimbas, kapak penetak, pahat genggam, kapak genggam, alat
serpih, dsb. Karena pada umumnya penggunaannya dengan cara digenggam maka
diberi nama kapak genggam (chopper). Cara pembuatannya masih kasar
karena sekedar mencukupi keperluan saja. Pithecanthropus Erectusmerupakan manusia
purba pendukung kebudayaan Pacitan.
Karena awalnya
ditemukan di Pacitan maka disebut kebudayaan Pacitan. Kesimpulan bahwa disebut
kebudayaan Pacitan diperoleh setelah membandingkan dengan penemuan fosil
Pithecantropus Pekinensis di Gua Choukoutien oleh Davidson Black. Dimana
manusia purba tersebut ditemukan beserta alat kebudayaannya yang mirip dengan
alat kebudayaan Pacitan. Selain di Pacitan alat-alat berupa kapak genggam
ditemukan di Parigi, Gombong, Sukabumi dan Lahat..
·
Kebudayaan Ngandong
Alat-alat dari
tulang dan kapak genggam yang ditemukan di daerah Ngandong (sebelah utara,
Madiun) oleh Von Koenigswald tahun 1934 dinamakan Kebudayaan
Ngandong. Yang termasuk kebudayaan Ngandong ialah yang ditemukan di
Sangiran, yang dinamakan alat-alat serpih, berfungsi sebagai pisau, belati atau
alat penusuk. Alat serpih juga ditemukan di daerah Sulawesi Selatan, Flores,
dan Timor. Di Ngandong dan Sidorejo (Ngawi) ditemukan alat-alat terbuat dari
tulang, tanduk dan kapak genggam dari batu. Alat dari tulang berfungsi sebagai
alat tusuk (belati). Alat dari tanduk digunakan untuk mengorek ubi dari dalam
tanah. Selain itu, ditemukan alat-alat seperti tombak yang berfungsi untuk
menangkap ikan.
Pithecanthropus
Soloensis dan Homo Wajakensis merupakan manusia purba yang menghasilkan
kebudayaan Ngandong hidup pada zaman Pleistosein atas.
·
Kebudayaan Tulang di Sampung
Van Stein
Callenfels pada tahun 1928 sampai 1931 mengadakan penelitian di gua Lawa dekat
Sampung (daerah Ponorogo). Sebagian besar alat-alat yang ditemukan terdiri atas
alat-alat tulang. Sehingga kebudayaan tersebut dinamakan Sampung
Bone-Culture.
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN
PRAAKSARA
Alat yg dipergunakan terbuat dari kayu, batu dan tulang yaitu : Kapak perimbas, Alat serpih, Kapak genggam, Mata tombak, Tangkai tombak
·
Kapak
Perimbas
Kapak ini terbuat dari batu, tidak memiliki tangkai,
digunakan dengan cara menggengam. Dipakai untuk menguliti binatang, memotong
kayu, dan memecahkan tulang binatang buruan. Kapak perimbas banyak ditemukan di
daerah-daerah di Indonesia, termasuk dalam Kebudayaan Pacitan. Kapak perimbas
dan kapak genggam dibuat dan digunakan oleh jenis manusia purba Pithecantropus.
·
Kapak
Genggam
Kapak genggam memiliki bentuk hampir
sama dengan jenis kapak penetak dan perimbas, namun bentuknya jauh lebih kecil.
Fungsinya untuk membelah kayu, menggali umbi-umbian, memotong daging hewan
buruan, dan keperluan lainnya. Pada tahun 1935, peneliti Ralph von
Koenigswald berhasil menemukan sejumlah kapak genggam di Punung,
Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Karena ditemukan di Pacitan maka disebut
Kebudayaan Pacitan.
·
Alat-alat
Serpih (Flakes)
Alat-alat serpih terbuat dari
pecahan-pecahan batu kecil, digunakan sebagai alat penusuk, pemotong daging,
dan pisau. Alatalat serpih banyak ditemukan di daerah Sangiran, Sragen, Jawa
Tengah, masih termasuk Kebudayaan Ngandong.
·
Perkakas
dari Tulang dan Tanduk
Perkakas tulang dan tanduk hewan
banyak ditemukan di daerah Ngandong, dekat Ngawi, Jawa Timur. Alat-alat itu
berfungsi sebagai alat penusuk, pengorek, dan mata tombak. Oleh peneliti
arkeologis perkakas dari tulang disebut sebagai Kebudayaan Ngandong.
Alat-alat serpih dan alat-alat dari tulang dan tanduk ini dibuat dan digunakan
oleh jenis manusia purba Homo Soloensis dan Homo
Wajakensis.
SISTEM KEPERCAYAAN
Ada 2 sistem kepercayaan pokok yang berkembang pada
masyarakat prasejarah Indonesia, yaitu:
·
Animisme, adalah
kepercayaan kepada roh yang mendiami semua benda termasuk pohon, batu, sungai,
dan gunung.
·
Dinamisme, ialah
kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat
mempengaruhi keberhasilan/ kegagalan manusia untuk mempertahankan hidup.
Selain kedua sistem kepercayaan tersebut masih ada yang
lain, yaitu:
·
Fetisisme, adalah
kepercayaan adanya jiwa dalam benda tertentu (dalam keris, batu mulia/akik)
·
Animatisme, ialah
kepercayaan bahwa benda-benda dan tumbuhan itu berjiwa dan berpikir seperti
manusia
·
Totemisme, yaitu
kepercayaan kepada binatang sebagai totem/ lambang dari dewa nenek moyang baik
berupa binatang maupun benda.
·
Syaminisme, adalah
kepercayaan akan adanya orang yang dapat menghubungkan manusia dengan roh.
·
Peralatan penunjang upacara salah
satunya Dolmen, yaitu batu yang berbentuk meja dan digunakan sebagai tempat
persembahan bagi roh nenek moyang serta mempunyai kekuatan tertinggi yang
melindungi mereka.
DARI BERBURU, MERAMU SAMPAI
BERCOCOK TANAM
Masa Berburu
·
Kehidupan
manusia purba pada masa berburu selalu berpindah – pindah ataunomaden.
·
Karena
selalu mencari binatang buruan dan bahan makanan yang disediakan oleh alam
berupa binatang, Hal ini disebut dengan “food gathering”.
Masa Meramu
·
Kehidupan
manusia purba pada masa meramu hampir sama dengan masa berburu yaitu selalu
berpindah – pindah atau nomaden.
·
Berbeda
dengan masa berburu, pada masa meramu manusia purba mencari bahan makanan
berupa tumbuh – tumbuhan, hal ini disebut sebagai food
gathering”.
Masa Bercocok Tanam
·
Kehidupan
manusia terus berkembang lebih maju, yang kemudian mengenal bercocok tanam.
·
Meskipun
demikian kehidupan berburu dan meramu belum sepenuhnya ditinggalkan.
CORAK KEHIDUPAN
MASYARAKAT INDONESIA PADA MASA PRA AKSARA
1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana
Kehidupan masyarakat masa berburu
dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana (zaman paleolitikum) masih sangat
sederhana. Mereka hidup sangat tergantung dengan alam dengan cara menumpulkan
makanan dan berburu hewan. Kegiatan tersebut dikenal dengan food
gathering. Perkakas yang
dihasilkan pada masa ini adalah:
·
Chopper ( kapak penetak
/ kapak genggam / kapak seterika, dinamakan demikian sesuai dengan bentuk dan
cara penggunaannya.
·
Flakes (serpih bilah)
yaitu pecahan batu kecil dan pipih serta tajam yang digunakan sebagai pisau.
·
Tulang dan Tanduk
Hewan, alat ni digunakan sebagai mata panah, pengorek ubi dan ujung tombak.
Perkakas-perkakas tersebut
ditemukan di Pacitan Jawa Timur, Ngandong dan Sangiran (Jawa Tengah).
Kebudayaan rohani yang ditemukan pada masa ini
adalah penguburan orang yang telah meninggal, berbeda dengan binatang.
2. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
Masa ini disebut juga masa
Mesolitikum. Berkembangnya pemikiran manusia menyebabkan peningkatan penggunaan
pikiran dab meningkatnya kebutuhan manusia dalam mempertahankan hidupnya.
Peningkatan jumlah anggota kelompok dan perpindahan tempat akan menyebabkan
permasalahan baru. Perpindahan tempat ( nomaden) dalam rangka berburu dan
mengumpulkan makanan (food gathering) dianggap sudah tidak memadai lagi maka
manusia purba mulai membuat tempat tinggal tetap untuk sementara (semi
sedenter). Kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan tetap berlangsung, namun
kegiatan mengolah lahan tingkat sederhana dan berternak tingkat awal sudah
dimulai.
Peninggalan budaya dari masa ini
adalah budaya kjokkenmodding yang ditemukan di pantai timur Sumatra dari Langsa
(NAD) sampai Medan berupa bukit kerang setinggi 7 meter, dan abris sous roche
yang ditemukan di gua di darah Sampung Ponorogo Jawa Timur dan Lamoncong
Sulawesi Selatan. Hasil
kebudayaan:
Peable (Kapak Sumatra), hachecourte, pipisan batu, flakes, tulang dan tanduk
Peable (Kapak Sumatra), hachecourte, pipisan batu, flakes, tulang dan tanduk
3. Masa Bercocok Tanam di Sawah
Masa bercocok tanam di sawah juga
zaman neolitikum. Pada masa ini terjadi perubahan besar dalam kehidupan manusia
atau revolusi dari food gathering menjadi food producing, dari nomaden menjadi
menetap. Dengan perubahan tersebut, semua kebutuhan dan perkakas untuk memenuhi
kebutuhan juga berubah. Perkakas menjadi lebih halus, manusia sudah mulai
memasak, mulai mempercantik diri dengan ditemukan berbagai perhiasan.
Perkakas yang dihasilkan: kapak persegi; kapak
lonjong; gerabah/tembikar; barang-barang perhiasan dari batu.
4. Masa Perundagian Logam
Sebagai salah satu dampak kehidupan
menetap adalah bahwa manusia mulai semakin berkembang cara berpikirnya,
sehingga mulai mampu menemukan cara membuar perkakas dari logam. Penemuan logam
mendorong manusia menciptakan perkakas-perkakas untukmkebutuhan sehari-hari.
Pengolahan logam memerlukan keahlian khusus, sehingga kemudian berkembang
menjadi mata pencaharian untuk kelompok masyarakat tertentu.
Pembuatan perkakas dari logam menggunakan dua
teknik, yaitu a cire perdue dan bivalve.
Pembuatan perkakas dengan teknik a
cire perdue, caranya dengan membuat model terlebih dahulu dari lilin. Perkakas
lilin kemudian dibungkus dengan tanah liat basah yang bagian atas dan bawahnya
diberi lubang, selanjutnya dikeringkan dan kemudian dibakar. Pada saat dibakar,
lilin melelh dan meninggalkan rongga. Rongga pada tanah liat tadi kemudian
diisi dengan cairan logam, dan setelah dingin, tanah liat dipecah maka jadilah
perkakas dari logam. teknik ini tidak ekonomis karena hanya menghasilkan satu
perkakas dari setiap model. Maka kemudian dikembangkan teknik bivalve, yaitu
membuat perkakas dengan cetak masal, yaitu dibuat cetakan batu dengan tutup
yang bisa dibuka dan dipakai berulang-ulang. Perkakas yang dihasilkan pada zaman perundagian: kapak
corong; candrasa; nekara; mokko; bejana; dan barang-barang perhiasan dari logam
lainnya
5. Masa Batu Besar / Megalithikum
Kebudayaan baru besar atau
Megalithikum sebenarnya bukan babakan budaya tersendiri. Kebudayaan ini
berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan spiritual/ rohani manusia
purba. Manusia purba sudah mempercayai bahwa setelah kematian ada kehidupan,
meski mereka belum faham benar tentang hal itu. Maka kemudian setiap kematian
selalu ditandai dengan menggunakan bangunan batu yang besar.
Perkakas megalitikum:
·
Menhir
·
Dolmen
·
Sarkofagus
·
Waruga
·
Kubur Batu
·
Punden Berundak-undak
ASAL-USUL
DAN PERSEBARAN NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA
Bangsa Indonesia
termasuk ras Mongoloid terutama Malayan Mongoloid. Ras Mongoloid mempunyai 3
subras yaitu:
1.
Asiatik Mongoloid (Cina,Jepang,Korea)
2.
Malayan Mongoloid (Melayu)
3.
American Mongoloid (Suku Indian)
Persebaran
Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Sebelum bangsa Melayu
Austronesia masuk ke Indonesia, wilayah Indonesia sudah ada suku Weddid dan
Negrito. Kedua suku tersebut berasal dari daerah Tonkin. Dari Tonkin kemudian
menyebar ke Hindia Belanda, Indonesia, hingga pulau-pulau di Samudera Pasifik. Suku
Bangsa Melayu yang terdapat di Indonesia dalam proses menetapnya dibedakan
menjadi dua yaitu
1.
Bangsa Melayu Tua (Proto Melayu)
Bangsa
Melayu Tua (Proto Melayu) adalah rumpun bangsa Austronesia yang datang kali
pertama di Indonesia sekitar 2000 tahun SM. Kedatangan bangsa Austronesia dari
daratan Yunan menuju Indonesia menempuh dua jalur berikut:
1) Jalur
Utara dan Timur
§ Melalui
Teluk Tonkin menuju Taiwan (Formosa), Filipina, Sulawesi, dan Maluku dengan membawa
kebudayaan kapak lonjong.
§ Persebaran
periode Proto Melayu ini membawa kebudayaan batu baru/Neolithikum.
2) Jalur
Barat dan Selatan
§ Melalui
Semenanjung Malaka, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara
dengan membawa kebudayaan kapak persegi.
§ Persebaran
periode Deutro Melayu ini mebawa kebudayaan logam.
2.
Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu)
Bangsa
Melayu Muda (Deutro Melayu) adalah rumpun bangsa Austronesia yang datang di
Indonesia pada gelombang kedua terjadi pada sekitar 500 tahun SM. Bangsa Melayu
Muda datang ke Indonesia melalui jalur barat, yakni berangkat dari Yunan, Teluk
Tonkin, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaka, dan kemudian menyeberangi Selat
Malaka hingga sampai di Kepulauan Indonesia.
Penyebaran
manusia purba di Indonesia tidak berlangsung dalam satu tahap. Berdasarkan
bukti-bukti sejarah yang ditemukan, kedatangan manusia purba di indonesia
berlangsung tiga tahap yaitu zaman mesolithikum, zaman neolithikum, dan zaman
perundagian.
MANUSIA WAJAK
Homo
Wajakensis adalah salah satu jenis fosil manusia purba dari genus homo yang
berasal dari masa Plestosin (Diluvium) yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Manusia
Wajak. Konon, dinamakan begini karena ditemukan di daerah Wajak. Pada
tahun 1889, manusia Wajak ditemukan oleh B.D. van Rietschoten di
sebuah ceruk di lereng pegunungan karst di barat laut Campurdarat, dekat
Tulungagung, Jawa Timur. Sartono Kartodirjo (dkk) menguraikan tentang temuan
itu, berupa tengkorak, termasuk fragmen rahang bawah, dan beberapa buah ruas
leher. Tengkorak ini diperkirakan milik
seorang perempuan berumur 30 tahun dan mempunyai volume otak 1.630 cc. Wajak
kedua ditemukan oleh Dubois pada tahun 1890 di tempat yang sama. Temuan berupa
fragmen-fragmen tulang tengkorak, rahang atas dan rahang bawah, serta tulang
paha dan tulang kering.
Pada tengkorak ini terlihat juga
busur kening yang nyata. Pada tengkorak laki-laki perlekatan otot sangat nyata.
Langit-langit juga dalam. Rahang bawah besar dengan gigi-gigi yang besar pula.
Kalau menutup gigi muka atas mengenai gigi muka bawah. Dari tulang pahanya
dapat diketahui bahwa tinggi tubuhnya kira-kira 173 cm.
Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa manusia wajak bertubuh tinggi dengan isi tengkorak yang besar. Wajak
sudah termasuk Homo sapiens, jadi sangat berbeda ciri-cirinya dengan
Pithecanthropus. Manusia Wajak mempunyai ciri-ciri baik Mongoloid maupun
Austromelanesoid. Diperkirakan dari manusia Wajak inilah sub-ras Melayu
Indonesia dan turut pula berevolusi menjadi ras Austromelanesoid sekarang. Hal
itu dapat dilihat dari ciri tengkoraknya yang sedang atau agak lonjong itu
berbentuk agak persegi di tengah-tengah atap tengkoraknya dari muka ke
belakang. Muka cenderung lebih Mongoloid, oleh karena sangat datar dan pipinya
sangat menonjol ke samping.
Ciri
Ciri Fisik
Muka
datar dan lebar
Hidung
lebar dan bagian mulut menonjol (maju)
Dahinya
agak miring dan diatas mata terdapat busur dahi yang nyata
Pipinya
menonjol ke samping
Kapasitas
otak mencapai 1300 cc
Berat
badan dari 30 - 150 kg
Tinggi
badan 130 - 210 cm
Jarak
antara hidung dan mulut masih jauh
Perawakannya
masih seperti kera
Sudah
berdiri tegak
JENIS
HOMO
Manusia
purba dari genus Homo adalah jenis manusia purba yang berumur paling muda,
fosil manusia purba jenis ini diperkirakan berasal dari 15.000-40.000 tahun SM.
Dari volume otaknya yang sudah menyerupai manusia modern, dapat diketahui bahwa
manusia purba ini sudah merupakan manusia (Homo) dan bukan lagi manusia kera
(Pithecanthrupus). Homo merupakan manusia purba
yang memiliki fikiran yang cerdas Di Indonesia sendiri ditemukan tiga
jenis manusia purba dari genus Homo, antara lain Homo soloensis, Homo wajakensis, dan Homo floresiensis.
1. HOMO SOLOENSIS
Homo
soloensis,
ditemukan oleh Von Koeningswald dan Weidenrich antara tahun
1931-1934 disekitar sungai bengawan solo. Fosil yang ditemukan hanya berupa
tulang tengkorak.
2. HOMO WAJAKENSIS
Homo
wajakensis,
ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1889 di Wajak, Jawa Timur. Fosil yang
ditemukan berupa rahang bawah, tulang tengkorak, dan beberapa ruas tulang
leher.
3. HOMO
FLORENSIS
Homo floresiensis, ditemukan saat penggalian di Liang
Bua, Flores oleh tim arkeologi gabungan dari Puslitbang Arkeologi Nasional,
Indonesia dan University of New England, Australia pada tahun 2003. Saat
dilakukan penggalian pada kedalaman lima meter, ditemukan kerangka mirip
manusia yang belum membatu (belum menjadi fosil) dengan ukurannya yang sangat
kerdil. Manusia kerdil dari Flores ini diperkirakan hidup antara 94.000 dan
13.000 tahun SM. Homo Sapiens,diduga merupaka nenek moyang bangsa indonesia yg
berasal dari yunan-daratan cina selatan yg menyebar di kepulauan
indonesia tahun 1500 SM.
Ciri-ciri Manusia Purba Homo atau Homo
Sapiens :
·
Memiliki
bentuk tubuh yang hampir sama dengan bentuk tubuh manusia pada zaman sekarang.
·
Banyak
meninggalkan benda-benda budaya.
·
Memilki
Kehidupan sederhana.
MENGENAL MANUSIA PURBA
Manusia
purba adalah jenis manusia yang hidup jauh sebelum tulisan ditemukan. Manusia
purba diyakini telah mendiami bumi sekitar 4 juta tahun yang lalu. Namun
demikian para ahli sejarah meyakini bahwa jenis
manusia purba pertama telaha ada di muka bumi ini sekitar 2 juta tahun yang
lalu. Manusia purba mempunyai volume otak yang lebih
kecil dari pada manusia modern sekarang ini. Mereka biasanya
hidup secara berkelompok dan mengandalkan bahan makanannya dari buah-buahan dan
binatang
kecil. Mereka masih belum mengenal cara bercocok tanam.
Kehidupan
manusia purba masih sangat sederhana. Untuk menopang kehidupannya mereka
menggunakan alat-alat yang masih sangat sederhana. Biasanya alat yang
digunakannya terbuat dari batu.
DAFTAR PUSTAKA
http://matakristal.com/pengertian-manusia-purba/
Post a Comment for "Peradaban awal di kepualaun Indonesia"