Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Peradaban awal di kepualaun Indonesia

PERADABAN AWAL DI KEPULAUAN INDONESIA
Indonesia terletak di persimpangan tiga lempeng benua-ketiganya bertemu di sini-menciptakan tekanan sangat besar pada lapisan kulit bumi. Akibatnya, lapisan kulit bumi di wilayah ini terdesak ke atas, membentuk paparan-paparan yang luas dan beberapa pegunugan yang sangat tinggi. Seluruh wilayah ini sangat rentan terhadap gempa bumi hebat dan letusan gunung berapi dahsyat yang kerap mengakibatkan kerusakan parah. Hal ini terlihat dari beberapa catatan geologis.
Praaksara berasal dari dua kata, yakni pra yang berarti sebelum dan aksara yang berarti tulisan. Dengan demikian zaman praaksara adalah kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan.
Terbentuknya Kepulauan Indonesia
Proses Evolusi alam semesta ini memakan waktu kosmologis yang sangat lama sampai beribu-ribu juta tahun. Proses Evolusi bumi dibagi menjadi beberapa periode sebagai berikut :
1.      Azoicum (Yunani : a = tidak ; zoon= hewan), yaitu zaman sebelum adanya kehidupan. Pada saat ini bumi baru terbentuk dengan suhu yang relatif tinggi. Waktunya lebih dari 1 Milyar tahun.
2.      Paleozoicum, yaitu zaman purba tertua. Pada masa ini sudah meninggalkan fosil flora dan fauna. Berlangsung kira-kira 350.000.000 tahun.
3.      Mesozoicum, yaitu zaman purba tengah. Pada masa ini hewan mamalia (menyusui), hewan amfibi, burung dan tumbuhan berbunga mulai ada. Lamanya kira-kira 140.000.000 tahun.
4.      Neozoicum, yaitu zaman purba baru, yang dimulai sejak 60.000.000 tahun yang lalu. Zaman ini dibagi menjadi dua tahap (Tersier dan Quarter), zaman es mulai menyusut dan makhluk-makhluk tingkat tinggi dan manusia mulai hidup.

Mengenal manusia purba
Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli, dapatlah direkonstruksi beberapa jenis manusia purba yang pernah hidup di zaman praaksara.
1.      Jenis Meganthropus
Jenis manusia purba ini terutama berdasarkan penelitian von Koenigswald di sangiran tahun 1936 dan 1941 yang menemukan fosil rahang manusia yang berukuran besar. Dari hasil rekonstruksi ini kemudian para ahli menamakan jenis manusia ini dengan sebutanMeganthropus Palaejavanicus artinya manusia raksasa dari jawa. Jenis manusia purba ini memiliki ciri rahang yang kuat dan badanya tegap. Diperkirakan makanan jenis manusia purba ini adlah tumbuh - tumbuhan. Masa hidupnya diperkirakan pada zaman Pleistosen Awal.

2.      Jenis Pithecanthropus
Jenis ini didasarkan pada penelitian Eugene Dubois tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, wilayah Ngawi. Setelah direkontruksi terbentuk kerangka manusia tetapi masih terlihat tanda - tanda kera. Oleh karena itu jenis ini dosebut Pithecanthropus Mojokertensis. Jenis manusia purba yang juga terkenal sebagai rumpun Homo Errectus ini paling banyak ditemukan di Indonesia. Diperkirakan jenis manusia purba ini hidup dan berkembang sekitar zaman Pleistosen Tengah.

3.      Jenis Homo
Fosil jenis Homo ini pertama kali diteliti oleh Von Reitschoten di Wajak. Penelitian dilanjutkan oleh Eugene Dubois bersama kawan-kawan dan menyimpulkan sebagai jenis Homo. Ciri - ciri manusia Homo ini muka lebar, hidung dan mulutmnya menonjol. Dahi juga masih menonjol, sekalipun tidak semenonjol jenis Pithecanthropus. Bentuk fisiknya tidak jauh berbeda dengan manusia sekarang. Hidup dan perkembangan jenis manusia ini sekitar 40.000-25.000 tahun yang lalu. Tempat-tempat penyebarannya tidak hanya di Kepulauan Indonesia tetapi juga di Filipina dan Cina Selatan.

ANTARA BATU DAN TULANG (PALEOLTHIKUM)
·         Kebudayaan kebudayaan pacitan (pacitan jawa timur)
Beberapa alat dari batu di temukan di daerah punung oleh von koeningwald tahun 1935. Alat batu masih kasar dan bentuknya agak runcing. 
1.      Kapak genggam atau kapak perimbas : menusuk binatang atau menggali tanah saat mencari umbi-umbian
2.      Chopper : alat penetak
3.      Alat serpih

·         Kebudayaan ngandong (ngandong dan sidorejo dekat ngawi)
Alat dari batu dan beberapa alat dari tulang.
1.      Tulang binatang dan tanduk rusa : penusuk atau belati
2.      Tombak yang bergerigi
3.      Alat dari batu : flakke (bentuk indah seperti kalsedon)

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT INDONESIA
Teknologi ialah usaha-usaha manusia dengan berbagai cara untuk mengubah keadaan alam sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perkembangan teknologi dapat dilihat dari kebudayaan yang berkembang waktu itu. Kebudayaan merupakan hasil pemikiran manusia yang dilakukan secara sadar yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Kebudayaan Ngandong dan Pacitan merupakan kebudayaan Palaeolitik tertua di Indonesia.
·         Kebudayaan Pacitan
Tahun 1935 di daerah Pacitan, Von Koeningswald dan Tweedie menemukan alat yang terbuat dari batu. Alat-alat tersebut oleh Movius diklasifikasikan menjadi kapak perimbas, kapak penetak, pahat genggam, kapak genggam, alat serpih, dsb. Karena pada umumnya penggunaannya dengan cara digenggam maka diberi nama kapak genggam (chopper). Cara pembuatannya masih kasar karena sekedar mencukupi keperluan saja. Pithecanthropus Erectusmerupakan manusia purba pendukung kebudayaan Pacitan.
Karena awalnya ditemukan di Pacitan maka disebut kebudayaan Pacitan. Kesimpulan bahwa disebut kebudayaan Pacitan diperoleh setelah membandingkan dengan penemuan fosil Pithecantropus Pekinensis di Gua Choukoutien oleh Davidson Black. Dimana manusia purba tersebut ditemukan beserta alat kebudayaannya yang mirip dengan alat kebudayaan Pacitan. Selain di Pacitan alat-alat berupa kapak genggam ditemukan di Parigi, Gombong, Sukabumi dan Lahat..


·         Kebudayaan Ngandong
Alat-alat dari tulang dan kapak genggam yang ditemukan di daerah Ngandong (sebelah utara, Madiun) oleh Von Koenigswald tahun 1934 dinamakan Kebudayaan Ngandong. Yang termasuk kebudayaan Ngandong ialah yang ditemukan di Sangiran, yang dinamakan alat-alat serpih, berfungsi sebagai pisau, belati atau alat penusuk. Alat serpih juga ditemukan di daerah Sulawesi Selatan, Flores, dan Timor. Di Ngandong dan Sidorejo (Ngawi) ditemukan alat-alat terbuat dari tulang, tanduk dan kapak genggam dari batu. Alat dari tulang berfungsi sebagai alat tusuk (belati). Alat dari tanduk digunakan untuk mengorek ubi dari dalam tanah. Selain itu, ditemukan alat-alat seperti tombak yang berfungsi untuk menangkap ikan. Pithecanthropus Soloensis dan Homo Wajakensis merupakan manusia purba yang menghasilkan kebudayaan Ngandong hidup pada zaman Pleistosein atas.

·         Kebudayaan Tulang di Sampung
Van Stein Callenfels pada tahun 1928 sampai 1931 mengadakan penelitian di gua Lawa dekat Sampung (daerah Ponorogo). Sebagian besar alat-alat yang ditemukan terdiri atas alat-alat tulang. Sehingga kebudayaan tersebut dinamakan Sampung Bone-Culture.

ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN PRAAKSARA
Alat yg dipergunakan terbuat dari kayu, batu dan tulang yaitu : Kapak perimbas, Alat serpih, Kapak genggam, Mata tombak, Tangkai tombak
·         Kapak Perimbas
Kapak ini terbuat dari batu, tidak memiliki tangkai, digunakan dengan cara menggengam. Dipakai untuk menguliti binatang, memotong kayu, dan memecahkan tulang binatang buruan. Kapak perimbas banyak ditemukan di daerah-daerah di Indonesia, termasuk dalam Kebudayaan Pacitan. Kapak perimbas dan kapak genggam dibuat dan digunakan oleh jenis manusia purba Pithecantropus.

·         Kapak Genggam
Kapak genggam memiliki bentuk hampir sama dengan jenis kapak penetak dan perimbas, namun bentuknya jauh lebih kecil. Fungsinya untuk membelah kayu, menggali umbi-umbian, memotong daging hewan buruan, dan keperluan lainnya. Pada tahun 1935, peneliti Ralph von Koenigswald berhasil menemukan sejumlah kapak genggam di Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Karena ditemukan di Pacitan maka disebut Kebudayaan Pacitan.

·         Alat-alat Serpih (Flakes)
Alat-alat serpih terbuat dari pecahan-pecahan batu kecil, digunakan sebagai alat penusuk, pemotong daging, dan pisau. Alatalat serpih banyak ditemukan di daerah Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, masih termasuk Kebudayaan Ngandong.

·         Perkakas dari Tulang dan Tanduk
Perkakas tulang dan tanduk hewan banyak ditemukan di daerah Ngandong, dekat Ngawi, Jawa Timur. Alat-alat itu berfungsi sebagai alat penusuk, pengorek, dan mata tombak. Oleh peneliti arkeologis perkakas dari tulang disebut sebagai Kebudayaan Ngandong. Alat-alat serpih dan alat-alat dari tulang dan tanduk ini dibuat dan digunakan oleh jenis manusia purba Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.

SISTEM KEPERCAYAAN
Ada 2 sistem kepercayaan pokok yang berkembang pada masyarakat prasejarah Indonesia, yaitu:
·         Animisme, adalah kepercayaan kepada roh yang mendiami semua benda termasuk pohon, batu, sungai, dan gunung.
·         Dinamisme, ialah kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan/ kegagalan manusia untuk mempertahankan hidup.
Selain kedua sistem kepercayaan tersebut masih ada yang lain, yaitu:
·         Fetisisme, adalah kepercayaan adanya jiwa dalam benda tertentu (dalam keris, batu mulia/akik)
·         Animatisme, ialah kepercayaan bahwa benda-benda dan tumbuhan itu berjiwa dan berpikir seperti manusia
·         Totemisme, yaitu kepercayaan kepada binatang sebagai totem/ lambang dari dewa nenek moyang baik berupa binatang maupun benda.
·         Syaminisme, adalah kepercayaan akan adanya orang yang dapat menghubungkan manusia dengan roh.
·         Peralatan penunjang upacara salah satunya Dolmen, yaitu batu yang berbentuk meja dan digunakan sebagai tempat persembahan bagi roh nenek moyang serta mempunyai kekuatan tertinggi yang melindungi mereka.

DARI BERBURU, MERAMU SAMPAI BERCOCOK TANAM
Masa Berburu
·         Kehidupan manusia purba pada masa berburu selalu berpindah – pindah ataunomaden.
·          Karena selalu mencari binatang buruan dan bahan makanan yang disediakan oleh alam berupa binatang, Hal ini disebut dengan “food gathering”.
Masa Meramu
·         Kehidupan manusia purba pada masa meramu hampir sama dengan masa berburu yaitu selalu berpindah – pindah atau nomaden.
·         Berbeda dengan masa berburu, pada masa meramu manusia purba mencari bahan makanan berupa tumbuh – tumbuhan, hal ini disebut sebagai  food gathering”.

Masa Bercocok Tanam
·         Kehidupan manusia terus berkembang lebih maju, yang kemudian mengenal bercocok tanam.
·         Meskipun demikian kehidupan berburu dan meramu belum sepenuhnya ditinggalkan.

CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA PADA MASA PRA AKSARA
1.      Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana
Kehidupan masyarakat masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana (zaman paleolitikum) masih sangat sederhana. Mereka hidup sangat tergantung dengan alam dengan cara menumpulkan makanan dan berburu hewan. Kegiatan tersebut dikenal dengan food gathering. Perkakas yang dihasilkan pada masa ini adalah:
·         Chopper ( kapak penetak / kapak genggam / kapak seterika, dinamakan demikian sesuai dengan bentuk dan cara penggunaannya.
·         Flakes (serpih bilah) yaitu pecahan batu kecil dan pipih serta tajam yang digunakan sebagai pisau.
·         Tulang dan Tanduk Hewan, alat ni digunakan sebagai mata panah, pengorek ubi dan ujung tombak.
Perkakas-perkakas tersebut ditemukan di Pacitan Jawa Timur, Ngandong dan Sangiran (Jawa Tengah). Kebudayaan rohani yang ditemukan pada masa ini adalah penguburan orang yang telah meninggal, berbeda dengan binatang.
2.      Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
Masa ini disebut juga masa Mesolitikum. Berkembangnya pemikiran manusia menyebabkan peningkatan penggunaan pikiran dab meningkatnya kebutuhan manusia dalam mempertahankan hidupnya. Peningkatan jumlah anggota kelompok dan perpindahan tempat akan menyebabkan permasalahan baru. Perpindahan tempat ( nomaden) dalam rangka berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering) dianggap sudah tidak memadai lagi maka manusia purba mulai membuat tempat tinggal tetap untuk sementara (semi sedenter). Kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan tetap berlangsung, namun kegiatan mengolah lahan tingkat sederhana dan berternak tingkat awal sudah dimulai.
Peninggalan budaya dari masa ini adalah budaya kjokkenmodding yang ditemukan di pantai timur Sumatra dari Langsa (NAD) sampai Medan berupa bukit kerang setinggi 7 meter, dan abris sous roche yang ditemukan di gua di darah Sampung  Ponorogo Jawa Timur dan Lamoncong Sulawesi Selatan. Hasil kebudayaan:
Peable (Kapak Sumatra), hachecourte, pipisan batu, flakes, tulang dan tanduk

3.      Masa Bercocok Tanam di Sawah
Masa bercocok tanam di sawah juga zaman neolitikum. Pada masa ini terjadi perubahan besar dalam kehidupan manusia atau revolusi dari food gathering menjadi food producing, dari nomaden menjadi menetap. Dengan perubahan tersebut, semua kebutuhan dan perkakas untuk memenuhi kebutuhan juga berubah. Perkakas menjadi lebih halus, manusia sudah mulai memasak, mulai mempercantik diri dengan ditemukan berbagai perhiasan. Perkakas yang dihasilkan: kapak persegi; kapak lonjong; gerabah/tembikar; barang-barang perhiasan dari batu.

4.      Masa Perundagian Logam
Sebagai salah satu dampak kehidupan menetap adalah bahwa manusia mulai semakin berkembang cara berpikirnya, sehingga mulai mampu menemukan cara membuar perkakas dari logam. Penemuan logam mendorong manusia menciptakan perkakas-perkakas untukmkebutuhan sehari-hari. Pengolahan logam memerlukan keahlian khusus, sehingga kemudian berkembang menjadi mata pencaharian untuk kelompok masyarakat tertentu. Pembuatan perkakas dari logam menggunakan dua teknik, yaitu a cire perdue dan bivalve. 
Pembuatan perkakas dengan teknik a cire perdue, caranya dengan membuat model terlebih dahulu dari lilin. Perkakas lilin kemudian dibungkus dengan tanah liat basah yang bagian atas dan bawahnya diberi lubang, selanjutnya dikeringkan dan kemudian dibakar. Pada saat dibakar, lilin melelh dan meninggalkan rongga. Rongga pada tanah liat tadi kemudian diisi dengan cairan logam, dan setelah dingin, tanah liat dipecah maka jadilah perkakas dari logam. teknik ini tidak ekonomis karena hanya menghasilkan satu perkakas dari setiap model. Maka kemudian dikembangkan teknik bivalve, yaitu membuat perkakas dengan cetak masal, yaitu dibuat cetakan batu dengan tutup yang bisa dibuka dan dipakai berulang-ulang. Perkakas yang dihasilkan pada zaman perundagian: kapak corong; candrasa; nekara; mokko; bejana; dan barang-barang perhiasan dari logam lainnya

5.      Masa Batu Besar / Megalithikum
Kebudayaan baru besar atau Megalithikum sebenarnya bukan babakan budaya tersendiri. Kebudayaan ini berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan spiritual/ rohani manusia purba. Manusia purba sudah mempercayai bahwa setelah kematian ada kehidupan, meski mereka belum faham benar tentang hal itu. Maka kemudian setiap kematian selalu ditandai dengan menggunakan bangunan batu yang besar. Perkakas megalitikum:
·         Menhir
·         Dolmen
·         Sarkofagus
·         Waruga
·         Kubur Batu
·         Punden Berundak-undak
ASAL-USUL DAN PERSEBARAN NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA
Bangsa Indonesia termasuk ras Mongoloid terutama Malayan Mongoloid. Ras Mongoloid mempunyai 3 subras yaitu:
1.      Asiatik Mongoloid (Cina,Jepang,Korea)
2.      Malayan Mongoloid (Melayu)
3.      American Mongoloid (Suku Indian)

Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Sebelum bangsa Melayu Austronesia masuk ke Indonesia, wilayah Indonesia sudah ada suku Weddid dan Negrito. Kedua suku tersebut berasal dari daerah Tonkin. Dari Tonkin kemudian menyebar ke Hindia Belanda, Indonesia, hingga pulau-pulau di Samudera Pasifik. Suku Bangsa Melayu yang terdapat di Indonesia dalam proses menetapnya dibedakan menjadi dua yaitu
1.      Bangsa Melayu Tua (Proto Melayu)
Bangsa Melayu Tua (Proto Melayu) adalah rumpun bangsa Austronesia yang datang kali pertama di Indonesia sekitar 2000 tahun SM. Kedatangan bangsa Austronesia dari daratan Yunan menuju Indonesia menempuh dua jalur berikut:
1)      Jalur Utara dan Timur
§  Melalui Teluk Tonkin menuju Taiwan (Formosa), Filipina, Sulawesi, dan Maluku dengan membawa kebudayaan kapak lonjong.
§  Persebaran periode Proto Melayu ini membawa kebudayaan batu baru/Neolithikum.
2)      Jalur Barat dan Selatan
§  Melalui Semenanjung Malaka, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara dengan membawa kebudayaan kapak persegi.
§  Persebaran periode Deutro Melayu ini mebawa kebudayaan logam.

2.      Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu)
Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu) adalah rumpun bangsa Austronesia yang datang di Indonesia pada gelombang kedua terjadi pada sekitar 500 tahun SM. Bangsa Melayu Muda datang ke Indonesia melalui jalur barat, yakni berangkat dari Yunan, Teluk Tonkin, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaka, dan kemudian menyeberangi Selat Malaka hingga sampai di Kepulauan Indonesia.
Penyebaran manusia purba di Indonesia tidak berlangsung dalam satu tahap. Berdasarkan bukti-bukti sejarah yang ditemukan, kedatangan manusia purba di indonesia berlangsung tiga tahap yaitu zaman mesolithikum, zaman neolithikum, dan zaman perundagian.

MANUSIA WAJAK
Homo Wajakensis adalah salah satu jenis fosil manusia purba dari genus homo yang berasal dari masa Plestosin (Diluvium) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Manusia Wajak. Konon, dinamakan begini karena ditemukan di daerah Wajak. Pada tahun 1889, manusia Wajak ditemukan oleh B.D. van Rietschoten di sebuah ceruk di lereng pegunungan karst di barat laut Campurdarat, dekat Tulungagung, Jawa Timur. Sartono Kartodirjo (dkk) menguraikan tentang temuan itu, berupa tengkorak, termasuk fragmen rahang bawah, dan beberapa buah ruas leher. Tengkorak ini diperkirakan milik seorang perempuan berumur 30 tahun dan mempunyai volume otak 1.630 cc. Wajak kedua ditemukan oleh Dubois pada tahun 1890 di tempat yang sama. Temuan berupa fragmen-fragmen tulang tengkorak, rahang atas dan rahang bawah, serta tulang paha dan tulang kering. 
Pada tengkorak ini terlihat juga busur kening yang nyata. Pada tengkorak laki-laki perlekatan otot sangat nyata. Langit-langit juga dalam. Rahang bawah besar dengan gigi-gigi yang besar pula. Kalau menutup gigi muka atas mengenai gigi muka bawah. Dari tulang pahanya dapat diketahui bahwa tinggi tubuhnya kira-kira 173 cm.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manusia wajak bertubuh tinggi dengan isi tengkorak yang besar. Wajak sudah termasuk Homo sapiens, jadi sangat berbeda ciri-cirinya dengan Pithecanthropus. Manusia Wajak mempunyai ciri-ciri baik Mongoloid maupun Austromelanesoid. Diperkirakan dari manusia Wajak inilah sub-ras Melayu Indonesia dan turut pula berevolusi menjadi ras Austromelanesoid sekarang. Hal itu dapat dilihat dari ciri tengkoraknya yang sedang atau agak lonjong itu berbentuk agak persegi di tengah-tengah atap tengkoraknya dari muka ke belakang. Muka cenderung lebih Mongoloid, oleh karena sangat datar dan pipinya sangat menonjol ke samping. 
Ciri Ciri Fisik
Muka datar dan lebar
Hidung lebar dan bagian mulut menonjol (maju)
Dahinya agak miring dan diatas mata terdapat busur dahi yang nyata
Pipinya menonjol ke samping
Kapasitas otak mencapai 1300 cc
Berat badan dari 30 - 150 kg
Tinggi badan 130 - 210 cm
Jarak antara hidung dan mulut masih jauh
Perawakannya masih seperti kera
Sudah berdiri tegak

JENIS HOMO
Manusia purba dari genus Homo adalah jenis manusia purba yang berumur paling muda, fosil manusia purba jenis ini diperkirakan berasal dari 15.000-40.000 tahun SM. Dari volume otaknya yang sudah menyerupai manusia modern, dapat diketahui bahwa manusia purba ini sudah merupakan manusia (Homo) dan bukan lagi manusia kera (Pithecanthrupus). Homo merupakan manusia purba yang memiliki fikiran yang cerdas Di Indonesia sendiri ditemukan tiga jenis manusia purba dari genus Homo, antara lain Homo soloensis, Homo wajakensis, dan Homo floresiensis.
1.      HOMO SOLOENSIS
Homo soloensis, ditemukan oleh Von  Koeningswald dan Weidenrich antara tahun 1931-1934 disekitar sungai bengawan solo. Fosil yang ditemukan hanya berupa tulang tengkorak.
2.      HOMO WAJAKENSIS
Homo wajakensis, ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1889 di Wajak, Jawa Timur. Fosil yang ditemukan berupa rahang bawah, tulang tengkorak, dan beberapa ruas tulang leher.
3.      HOMO FLORENSIS
Homo floresiensis, ditemukan saat penggalian di Liang Bua, Flores oleh tim arkeologi gabungan dari Puslitbang Arkeologi Nasional, Indonesia dan University of New England, Australia pada tahun 2003. Saat dilakukan penggalian pada kedalaman lima meter, ditemukan kerangka mirip manusia yang belum membatu (belum menjadi fosil) dengan ukurannya yang sangat kerdil. Manusia kerdil dari Flores ini diperkirakan hidup antara 94.000 dan 13.000 tahun SM. Homo Sapiens,diduga merupaka nenek moyang bangsa indonesia yg berasal dari yunan-daratan cina selatan yg menyebar di kepulauan indonesia tahun 1500 SM.

Ciri-ciri Manusia Purba Homo atau Homo Sapiens :
·         Memiliki bentuk tubuh yang hampir sama dengan bentuk tubuh manusia pada zaman sekarang.
·         Banyak meninggalkan benda-benda budaya.
·         Memilki Kehidupan sederhana.



MENGENAL MANUSIA PURBA
Manusia purba adalah jenis manusia yang hidup jauh sebelum tulisan ditemukan. Manusia purba diyakini telah mendiami bumi sekitar 4 juta tahun yang lalu. Namun demikian para ahli sejarah meyakini bahwa jenis manusia purba pertama telaha ada di muka bumi ini sekitar 2 juta tahun yang lalu. Manusia purba mempunyai volume otak yang lebih kecil dari pada manusia modern sekarang ini. Mereka biasanya hidup secara berkelompok dan mengandalkan bahan makanannya dari buah-buahan dan binatang kecil. Mereka masih belum mengenal cara bercocok tanam.
Kehidupan manusia purba masih sangat sederhana. Untuk menopang kehidupannya mereka menggunakan alat-alat yang masih sangat sederhana. Biasanya alat yang digunakannya terbuat dari batu.



DAFTAR PUSTAKA

http://matakristal.com/pengertian-manusia-purba/

Post a Comment for "Peradaban awal di kepualaun Indonesia"