Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perkembangan jurnalistik dan media massa


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Media massa adalah sebuah ajang untuk menyampaikan sebuah informasi untuk memenuhi sebuah kebutuhan manusia didunia ini, meristis tentang sejarah jurnalistik, berasal dari kata diurnalis dan berkembang menjadi nama journal yang mempunyai makna setiap hari, yaitu informasi yang diperoleh setiap hari oleh manusia, dewasa ini sebuah informasi yang didapat oleh masyarakat tidak hanya setiap hari, melainkan perkembangan media komunikasi bahkan setiap waktu, manusia bisa memperoleh dengan cepat. Dengan adanya hal ini sebuah informasi tidak hanya dalam negara melainkan manca negara.
Jurnalisme adalah pengisahan cerita, orang yang mengetahui bersedia berbagi informasi kepada orang lain yang di ingin tahu. Hal ini sudah terjadi sejak manusia gua duduk-duduk mengelilingi api unggun dan saling bercerita tentang pemburuan mereka tang telah mereka lakukan kemarin. Informasi ini nanti dipahami oleh orang lain. Dewasa ini, konsep seperti ini masih berlaku, meskipun prosesnya semakin kompleks. Misalnya Kita berjalan ke kampus dipinggir jalan banyak papan iklan yang banyak sudah berapa infomasi yang kita dapat dalam perjalanan? Belum juga media yang lain. Itulah keistimewaan sebuah media sekarang ini.
Mengungkap sebuah jurnalisme mengalami perkembangan pesat, mengglobal, sangat kompetitif. Kini kita hidup diera berita 24jam yang dipenuhi breaking news, dengan radio dan stasiun TV dan situs berita internet yang terus memperbarui berita-beritanya bahkan setiap menit. Meskipun koran, stasiun TV, dan radio agak berkurang ketimbang 10 tahun lalu di AS, jumlah portal berita internet tumbuh pesat dalam satu dekade terakhir. Dalam situasi yang senantiasa berubah ini, koran harus beradaptasi agar tetap relevan dan bertahan menarik perhatian audien yang semakin cerdas.
Namun perubahan-perubahan ini tidak menyebabkan banyak aspek dari jurnalisme khususnya koran menjadi usang. Warga dunia dewasa ini begitu tertarik dengan semua bentuk berita dan informasi mulai dari hasil pemilu lokal kelas RT sampai pemilu nasional diberbagai negara, dari gosip panas britney spear hingga ke gosip kawin cerai artis sinetron indonesia dan audien menggunakan banyak medium untuk memenuhi hasrat mereka akan informasi ini. Audien juga mengandalkan jurnalis atau wartawan, yang sudah terdidik dan terlatih.
Jurnalisme cetak, elektronik dan online adalah ajang makanan pokok sebuah informasi disemua kalangan, dan hal itu juga mengalami perkembangan sesuai dengan jalannya masing-masing dan bersaing secara ketat antara media satu dengan yang lain dan hal itu di dasari dengan perkembangan teknologi komunikasi ini sekarang ini.



B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian jurnalistik dan media massa?
2.      Apakah ciri-ciri jurnalistik dan media massa?
3.      Bagaimana perkembangan jurnalistik dan media massa?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian jurnalistik dan media massa
2.      Untuk mengetahui ciri-ciri jurnalistik dan media massa
3.      Untuk mengetahui perkembangan jurnalistik dan media massa



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Jurnalistik
Pengertian istilah jurnalistik dapat ditinjau dari tiga sudut pandang: harfiyah, konseptual, dan praktis.
·         Secara harfiyah jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan, atau “jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day). Asal-muasalnya dari bahasa Yunani kuno, “du jour” yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang diberitakan dalam lembaran tercetak.
·         Secara konseptual, jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang: sebagai proses, teknik, dan ilmu.
·         Secara praktis, jurnalistik adalah proses pembuatan informasi atau berita (news processing) dan penyebarluasannya melalui media massa.
Jurnalistik termasuk ilmu terapan (applied science) yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan dinamika masyarakat itu sendiri. Sebagai ilmu, jurnalistik termasuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan.
Menurut Kris Budiman, jurnalistik (journalistiek, Belanda) bisa dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu. Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat. Sebelumnya, jurnalistik dalam pengertian sempit disebut juga dengan publikasi secara cetak. Dewasa ini pengertian tersebut tidak hanya sebatas melalui media cetak seperti surat kabar, majalah, dsb., namun meluas menjadi media elektronik seperti radio atau televisi. Berdasarkan media yang digunakan meliputi jurnalistik cetak (print journalism), elektronik (electronic journalism).

B.     Ciri-ciri Jurnalistik
Jurnalistik atau jurnalisme, menurut Luwi Ishwara (2005), mempunyai ciri-ciri yang penting untuk kita perhatikan.
a.      Skeptis
Skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah tertipu. Inti dari skeptis adalah keraguan. Media janganlah puas dengan permukaan sebuah peristiwa serta enggan untuk mengingatkan kekurangan yang ada di dalam masyarakat. Wartawan haruslah terjun ke lapangan, berjuang, serta menggali hal-hal yang eksklusif.

b.      Bertindak (action)
Wartawan tidak menunggu sampai peristiwa itu muncul, tetapi ia akan mencari dan mengamati dengan ketajaman naluri seorang wartawan
c.       Berubah
Perubahan merupakan hukum utama jurnalisme. Media bukan lagi sebagai penyalur informasi, tapi fasilitator, penyaring dan pemberi makna dari sebuah informasi
d.      Seni dan Profesi
Wartawan melihat dengan mata yang segar pada setiap peristiwa untuk menangkap aspek-aspek yang unik.
e.       Peran Pers
sebagai pelapor, bertindak sebagai mata dan telinga publik, melaporkan peristiwa-peristiwa di luar pengetahuan masyarakat dengan netral dan tanpa prasangka. Selain itu, pers juga harus berperan sebagai interpreter, wakil publik, peran jaga, dan pembuat kebijaksanaan serta advokasi.

C.    Perkembangan Jurnalistik
1.      Kelahiran Wartawan Pertama
Pada zaman Romawi lahir wartawan-wartawan pertama. Terdiri atas budak-budak belian yang oleh pemiliknya diberi tugas mengumpulkan informasi, berita-berita, bahkan juga menghadiri sidang-sidang senat dan melaporkan semua hasilnya baik secara lisan maupun tulisan.
2.      Jurnalistik di Eropa
Di Jerman, terbit surat kabar pertama bernama Avisa Relation Order Zeitung pada 1609. sembilan tahun kemudian, surat kabar tertua bernama Courante Uyt Italian en Duytschland terbit di Belanda. Pada 1662 Curant of General News terbit di Inggris.
3.      Zaman Penjajahan di Indonesia
Jurnalistik pers mulai dikenal pada 1744 ketika sebuah surat kabar bernama Bataviasche Nouvelles diterbitkan dengan penguasaan orang-orang Belanda. Pada abad 20, Medan Prijaji sebagai surat kabar pertama milik bangsa Indonesia terbit di Bandung. Medan Prijaji dimiliki dan dikelola oleh Tirto Hadisurjo alias Raden Mas Djokomono.
4.      Jurnalistik dalam Orde Reformasi
Sejak kejatuhan rezim Soeharto, kebebasan jurnalistik berubah secara drastis menjadi kemerdekaan jurnalistik. Departemen Penerangan sebagai malaikat pencabut nyawa pers dibubarkan. UU Pokok Pers No.21/1982 diganti dengan UU Pokok Pers No.40/1999. Siapa pun bisa menerbitkan dan mengelola pers. Siapa pun bisa menjadi wartawan dan masuk dalam organisasi pers mana pun.

D.    Pengertian Media Massa
Menurut Leksikon Komunikasi, media massa adalah “sarana penyampai pesan yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas misalnya radio, televisi, dan surat kabar”.
Menurut Cangara, media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan pengertian media massa sendiri alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti surat kabar, film, radio dan televisi.
Media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti tengah atau perantara. Massa berasal dari bahasa Inggris yaitu mass yang berarti kelompok atau kumpulan. Dengan demikian, pengertian media massa adalah perantara atau alat-alat yang digunakan oleh massa dalam hubungannya  satu sama lain. Media Massa adalah sarana komunikasi massa dimana proses penyampaian pesan, gagasan, atau informasi kepada orang banyak (publik) secara serentak.

E.     Karakteristik Media Massa
Sebuah media bisa disebut media massa jika memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik Media massa menurut Cangara (2006) antara lain:
1.      Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan,pengelolaan sampai pada penyajian informasi.
2.      Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau pun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.
3.      Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang dalam waktu yang sama.
4.      Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya.
5.      Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.

F.     Sejarah Perkembangan Media Massa
Sejarah media massa di mulai semenjak manusia mengenal tulisan ribuan tahun yang lalu. Dengan adanya tulisan maka muncul juga para penulis yang mencatat atau menulis di buku, berkembangnya tulisan ini kemudian semakin lama dikenal dengan media massa. Media massa telah membantu dalam menciptakan kesadaran sosial dan juga telah memberi manusia dengan cara yang lebih mudah dalam menjalani hidup.
Media massa mulai berkembang sekitar 3300 SM, ketika bangsa Mesir menyempurnakan huruf Hieroglif. Sistem penulisan ini berdasarkan simbol, kemudian pada tahun 1500 SM, bangsa Semit menyusun huruf dengan konsonan. Setelah itu sekitar 800 SM, huruf vokal dimasukkan ke dalam alfabet oleh bangsa Yunani. Banyak buku yang telah ditulis pada Zaman dahulu, namun berdasarkan penelitian mengkonfirmasi bahwa buku cetak pertama adalah Diamond Sutra yang ditulis di Cina pada tahun 868 SM. Teknologi pencetakkan kemudian berkembang di Eropa  pada tahun 1400. Johannaes Gutenberg (Jerman), menemukan mesin cetak.
Buku pertama yang dicetak pada tahun1453, salah satu buku yang dicetak itu adalah The Gutenberg Bible. Dari satu kota di Jerman, mesincetak kemudian tersebar keseluruh Eropa. Pada tahun 1468, William Caxton menghasilkan sebuah buku dengan iklan cetak pertama di Inggris. Di tahun 1500, dua juta Eksemplar buku dicetak di Inggris. Dalam jangka waktu seratus tahun, percetakan naik menjadi dua ratus eksemplar.
Media massa cetak di Indonesia telah ada sejak tahun 1744. Saat itu media massa dikuasai sepenuhnya oleh kolonialisme Belanda. Oleh karena itu bahasa yang digunakan pun bahasa Belanda dan isi beritanya pun mengenai kehidupan orang-orang Eropa di Indonesia.  Pada masa pendudukan Jepang, para pemerintah penjajah mengawasi isi berita media massa cetak di Indonesia dengan ketat. Berita-berita yang diterbitkan di media massa cetak pada masa pemerintahan Jepang harus memuat nilai-nilai yang memuji-muji pemerintahan jepang. Pada perkembangan berikutnya wartawan media massa cetak pribumi saat itu hanya bersetatus sebagai pegawai saja, sedangkan orang-orang yang ditempatkan diposisi strategis dan tinggi adalah sumber daya manusia yang sengaja didatangkan lansung dari Jepang.
Pada masa ini, surat kabar-surat kabar Indonesia yang semula berusaha dan berdiri sendiri dipaksa bergabung menjadi satu, dan segala bidang usahanya disesuaikan dengan rencana-rencana serta tujuan-tujuan tentara Jepang untuk memenangkan apa yang mereka namakan “Dai Toa Senso” atau Perang Asia Timur Raya. Dengan demikian, di zaman pendudukan Jepang pers merupakan alat Jepang. Kabar-kabar dan karangan-karangan yang dimuat hanyalah pro-Jepang semata.
Pada masa pemerintahan penjajah jepang, salah satu media massa cetak yang sukses adalah “Tjahaja”. Surat kabar ini sudah berbahasa Indonesia meski isi beritanya segala informasi tentang Jepang. Surat kabar tersebut diterbitkan oleh sebuah penerbit di Bandung, Pahlawan Nasional  Oto Iskandar Dinata, beliau sempat menjabat sebagai kepala redaksi  “Tjahaja”, tepatnya pada tahun 1941-1945. Pada Maret 1688, tiba mesin cetak pertama di Indonesia dari negeri Belanda. Atas intruksi pemerintah, diterbitkan surat kabar tercetak pertama dan dalam nomor perkenalannya dimuat ketentuan-ketentuan perjanjian antara Belanda dengan Sultan Makassar. Setelah surat kabar pertama kemudian terbitlah surat kabar yang diusahakan oleh pemilik percetakan-percetakan di beberapa tempat di Jawa. Surat kabar tersebut lebih berbentuk koran iklan. fungsinya untuk membantu pemerintahan kolonial belanda.
Pada masa perjuangan kemerdekaan muncul berbagai surat kabar yang bersikap pro kemerdekaan, seperti “Soeara Merdeka” (Bandung), “Soeara Indonesia”, “Demokrasi” (Padang). Di berbagai media cetak tersebutlah para pejuang meneriakkan perjuangan kemerdekaan dalam artikel-artikel yang mereka tulis. Selanjutnya pada masa Orde Lama, terdapat perubahan yang signifikan pada media massa cetak  dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Isi Dekrit itu adalah larangan Pers untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan Politik. Dengan kata lain, media massa cetak dilarang menjadi alat propaganda kepentingan politik manapun.
Media massa cetak lebih bebas di masa pemerintahan Orde baru. Berbagai media massa lokal maupun Nasional dan media massa cetak Pers kampus mulai hidup kebali. Sayangnya, kebebasan ini hanya terlihat dari luar. Pemerintah Orde baru melakukan pengawasan dan pengekangan kepada wartawan dan redaksi media massa cetak terkait konten media massa yang mereka terbitkan. Berbagai berita yang dianggap merugikan akan ditindak lanjuti dengan cara mencabut izin SIUP media massa yang dimuat tersebut. Hal ini, terjadi pada media massa cetak “Sinar Hrapan”, “Detik”, “Monitor”. Keadaan media massa cetak berubah total di era revormasi. Di masa yang serba transparan dan terbuka ini, pers bisa memberitakan apapun, bahkan hal-hal yang dianggap merugikan (hingga menjelek-jelekan) pemeritah yang sedang berkuasa.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Jurnalistik termasuk ilmu terapan (applied science) yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan dinamika masyarakat itu sendiri. Sebaga ilmu, jurnalistik termasuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan. Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat. Sebelumnya, jurnalistik dalam pengertian sempit disebut juga dengan publikasi secara cetak.
Media massa adalah perantara atau alat-alat yang digunakan oleh massa dalam hubungannya  satu sama lain. Media Massa adalah sarana komunikasi massa dimana proses penyampaian pesan, gagasan, atau informasi kepada orang banyak (publik) secara serentak.

B.     Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA
Haryanto Ignatius, 1995, Pembredelan Pers di Indonesia. Jakarta LSPP (Lembaga Studi Pers dan Pembangunan.
K.passante Christopher,2008, Journalism, Jakarta.Prenada.
Oetama Jakob,2006,Sejarah Sosial Media.Jakarta.Buku Obor


Post a Comment for "Perkembangan jurnalistik dan media massa"