Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Proses dan praktik konseling dalam kegiatan asuhan kebidanan


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Praktek kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan, baik sesama rekan sejawat ataupun dengan orang yang diberi asuhan. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh ketrampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif dan melakukan konseling yang baik kepada klien.
Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut.
Kegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan. Secara sederhana, kegiatan komunikasi dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan atau ide dari satu pihak ke pihak lain, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan pandangan atau ide yang dipertukarkan
Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa itu konseling?
2.      Bagaimana proses konseling?
3.      Bagaimana perbedaan konseling dengan pemberi nasehat?



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Konseling
Montersen ( 1964:301 ) mendefinisikan konseling sebagai suatu proses antar-pribadi, dimana satu orang dibantu oleh satu orang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya. Willian Ratingan (1967:114-115), mendeskripsikan konseling sebagai usaha untuk membantu seseorang menolong dirinya sendiri.
Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut ( Saifudin, Abdul Bari : 2002 ).
Konseling kebidanan adalah pertolongan dalam bentuk wawancara yang menuntut adanya komunikasi interaksi yang mendalam, dan usaha bersama bidan dengan pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan, ataupun perubahan tingkah laku atau sikap dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan. Konselor adalah orang yang memberi nasehat, memberi arahan kepada orang lain (klien) untuk memecahkan masalahnya. Sedangkan konseli adalah orang yang mencari (membutuhkan) advis atau nasehat
Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang dilakukan dari orang ke orang, bersifat 2 arah baik secara verbal dan non verbal, dengan saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau individu atau antar individu di dalam kelompok kecil. Suatu komunikasi interpersonal belum tentu suatu konseling tetapi konseling selalu merupakan komunikasi interpersonal. Orang yang memberi bantuan  dalam konseling disebut konselor. Sedangkan orang yang diberi konseling disebut konseli. Dalam kebidanan konseli disebut juga Klien dalam konseling hubungan atau pertalian antara konselor dengan klien memegang peranan yang penting bagi keberhasilan konseling, dan ini berbeda dengan hubungan pada situasi lain.




B.     Proses dan Praktik Konseling Dalam Kegiatan Asuhan Kebidanan
Komunikasi menciptakan hubungan antara bidan dengan pasien untuk mengenal kebutuhan dan menentukan rencana tindakan. Kemampuan komunikasi tidak terlepas dari tingkah laku yang melibatkan aktifitas fisik, mental dan dipengaruhi oleh latar belakang sosial, pengalaman, usia, pendidikan dan tujuan.

TUJUAN KONSELING
Tujuan konseling meliputi:
1.      Mencapai kesehatan psikologi yang positif.
2.      Memecahkan masalah meningkatkan efektifitas pribadi individu.
3.      Membantu perubahan pada diri individu yang bersangkutan.
4.      Membantu mengambil keputusan secara tepat dan cermat.
5.      Adanya perubahan prilaku dari yang tidak menguntungkan menjadi menguntungkan.

HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN BIDAN
Hal-hal yang harus diperhatikan bidan sebagai konselor adalah:
1.      Membentuk kesiapan konseling.
Faktor yang mempengaruhi kesiapan konseling adalah motivasi memperoleh bantuan, pengetahuan klien tentang konseling, kecakapan intelektual, tingkat tilikan terhadap masalah dan harapan terhadap peran konselor.
§  Hambatan dalam persiapan konseling adalah:
a.       Penolakan
b.       Situasi fisik
c.       Pengalaman konseling yang tidak menyenangkan
d.       Pemahaman konseling kurang
e.       Pendekatan kurang
f.        Iklim penerimaan pada konseling kurang.
§  Penyiapan klien
a.       Orientasi pra konseling
b.       Teknik survey terhadap masalah klien
c.       Memberikan informasi pada klien
d.       Pembicaraan dengan berbagai topic
e.       Menghubungi sumber-sumber referal.


2.      Memperoleh informasi
Memperoleh Riwayat Kasus. Riwayat kasus merupakan kumpulan informasi ssistematis tentang kehidupan sekarang dan masa lalu. Riwayat kasus kebidanan, biasanya tercatat dalam rekam medis.
3.      Evaluasi psikodiagnostik
Psikodiagnostik meliputi pernyataan masalah klien, perkiraan sebab-sebab kesulitan (kemungkinan teknik konseling dan perkiraan hasil konseling).

TEKNIK KONSELING
Teknik konseling ada 3 yaitu :
1.      Pendekatan authoritatian atau directive (Concelor centered) , pusat dari keberhasilan konseling adalah dari konselor. Yang berpusat pada konselor. Konselor yang mempergunakan metode ini membantu memecahkan masalah klien dengan secara sadar mempergunakan sumber-sumber intelektualnya. Tujuan utama dari metode ini dalah membantu klien mengganti tingkah laku emosional dan impulsif dengan tingkah laku yang rasional. Lepasnya tegangan-tegangan dan didapatnya dipandang sebagai suatu hal yang penting. Didalam membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi klien dengan rasional, konselor tidak boleh bersikap otoriter dan menuduh, walaupun dikatakan direktif. Larangan-larangan yang langsung, petuah yang didaktis dan petuah yang sifatnya mengatur sebaiknya di hindari.
2.      Pendekatan Non-Directive (Client Centered). Pendekatan non-directive atau conseli centred, konseli diberikan kesempatan untuk memimpin proses konseling dan memecahkan masalah sendiri. Pada teknik ini klien diberi kesempatan untuk memimpin wawancara dan memikul sebagian besar dari tanggung jawab atas pemecahan masalahnya. Beberapa ciri-cirinya antara lain : (a) klien bebas untuk mengekspresikan dirinya, (b) klien menerima, mengetahui, menjelaskan, mengulang lebih secara objektif pernyataan-pernyataan dari klien, (c) klien ditolong untuk makin mengenal diri sendiri dan, (d) klien membuat asal-usul yang berhubungan dengan pemecahan masalahnya. Salah satu keuntungan terbesar dari metode ini adalah mengurangi ketergantungan klien. Bahkan memberikan pelepasan emosi yang dalam dan memberi lebih banyak kesempatan untuk pertumbuhan.
3.      Pendekatan edetic, konselor menggunakan cara yang baik sesuai dengan masalah konseling.

FAKTOR PENGHAMBAT KONSELING
1.      Faktor individual
Keterikatan budaya merupakan faktor individual yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari:
a.       Faktor fisik atau kepekaan panca indera, usia dan seks
b.      Sudut pandang terhadap nilai-nilai
c.       Faktor sosial pada sejarah keluarga dan relasi, jaringan sosial, peran dalam masyarakat, status social
d.      Bahasa
2.      Faktor yang berkaitan dengan interaksi, antara lain:
a.       Tujuan dan harapan terhadap komunikasi
b.      Sikap terhadap interaksi
c.       Pembawaan diri terhadap orang lain
d.      Sejarah hubungan.
3.      Faktor situasional
Situasi selama melakukan komunikasi akan mempengaruhi keberhasilan komunikasi. Lingkungan yang tenang dan terjaga privasinya akan mendukung proses komunikasi.
4.      Kompetensi dalam melakukan percakapan
Komunikasi dikatakan efektif bila ada sikap perilaku kompeten dari kedua belah pihak.
Agar komunikasi interpersonal dapat berjalan lancar dan mendatangkan hasil yang diharapkan, baik komunikator maupun komunikan perlu memiliki kemampuan dan kecakapan dalam melakukan komunikasi interpersonal. Kompetensi tersebut meliputi :
a.       Empati adalah kecakapan memahami perasaan dan pengertian orang lain.
b.      Perspektif sosial adalah kecakapan melihat kemungkinan-kemungkinan perilaku seseorang yang kita ajak berkomunikasi.
c.       Kepekaan terhadap sesuatu hal dalam KIP/K
d.      Pengetahuan akan situasi dalam melakukan KIP/K
e.       Memonitor diri adalah kemampuan dalam menjaga  ketepatan prilaku dan pengungkapan komunikan.
f.       Kecakapan dalam tingkah laku antara lain keterlibatan dalam interaksi.

Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya komunikasi adalah:
a.       Kegagalan informasi penting
b.       Perpindahan topik bicara
c.       Komunikasi idak lancer
d.       Salah pengertian.

TUJUAN / HARAPAN DARI PELAYANAN KONSELING
Tujuan/ harapan dari pelayanan konseling yang telah dilakukan adalah:
1.      Peningkatan kemampuan klien dalam upaya mengenal masalah, merumuskan alternatif pemecahan masalah, dan manilai hasil tindakan secara tepat dan cermat.
2.      Klien memiliki pengalaman dalam menghadapi masalah dan pelaksanaan pemecahan masalah kesehatan.
3.      Adanya kemandirian dalam pemecahan masalah.

Harapan bidan setelah dilaksanakan konseling adalah kemandirian klien dalam :
a.       Peningkatan kemampuan klien dalam mengenali masalah, merumuskan pemecahan masalah, menilai hasil tindakan dengan tepat.
b.      Klien mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah kesehatan.
c.       Klien merasa percaya diri dalam menghadapi masalah.
d.      Munculnya kemandirian dalam pemecahan masalah kesehatan

JENIS KONSELING
Jenis konseling terbagi menjadi tiga, yaitu:
1.      Konseling umum
Konseling umum dapat dilakukan oleh petugas lapangan keluarga berencana atau PLKB. Konseling umummeliputi penjelasan umum dari berbagai metode kontrasepsi untuk mengenalkan kaitan antara kontrasepsi, tujuan dan fungsi reproduksi keluarga.

2.      Konseling Spesifik
Konseling spesifik dapat dilakukan oleh dokter / bidan / konselor. Konseling spesifik berisi penjelasan spesifik tentang metode yang diinginkan, alternatif, keuntungan-keterbatasan, akses, dan fasilitas layanan.
3.      Konseling Pra dan Pasca Tindakan
Konseling pra dan pasca tindakan dapat dilakukan oleh operator / konselor / dokter / bidan. Konseling ini meliputi penjelasan spesifik tentang prosedur yang akan dilaksanakan (pra, selama dan pasca) serta penjelasan lisan / instruksi tertulis asuhan mandiri.

C.    Proses Konseling 
Dari beberapa jenis layanan Bimbingan dan Konseling yang diberikan kepada peserta didik, tampaknya untuk layanan konseling perorangan perlu mendapat perhatian lebih. Karena layanan yang satu ini boleh dikatakan merupakan ciri khas dari layanan bimbingan dan konseling, yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus.
Dalam prakteknya, memang strategi layanan bimbingan dan konseling harus terlebih dahulu mengedepankan layanan – layanan yang bersifat pencegahan dan pengembangan, namun tetap saja layanan yang bersifat pengentasan pun masih diperlukan. Oleh karena itu, guru maupun konselor seyogyanya dapat menguasai proses dan berbagai teknik konseling, sehingga bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka pengentasan masalahnya dapat berjalan secara efektif dan efisien. Secara umum, proses konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) tahap awal (tahap mendefinisikan masalah); (2) tahap inti (tahap kerja); dan (3) tahap akhir (tahap perubahan dan tindakan).
1.      Tahap Awal
Tahap ini terjadi dimulai sejak klien menemui konselor hingga berjalan sampai konselor dan klien menemukan masalah klien. Pada tahap ini beberapa hal yang perlu dilakukan, diantaranya :
§  Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport). Kunci keberhasilan membangun hubungan terletak pada terpenuhinya asas-asas bimbingan dan konseling, terutama asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan; dan kegiatan.
§  Memperjelas dan mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling sudah terjalin dengan baik dan klien telah melibatkan diri, maka konselor harus dapat membantu memperjelas masalah klien.
§  Membuat penaksiran dan perjajagan. Konselor berusaha menjajagi atau menaksir kemungkinan masalah dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua
§  Menegosiasikan kontrak. Membangun perjanjian antara konselor dengan klien, berisi: (1) Kontrak waktu, yaitu berapa lama waktu pertemuan yang diinginkan oleh klien dan konselor tidak berkebaratan; (2) Kontrak tugas, yaitu berbagi tugas antara konselor dan klien; dan (3) Kontrak kerjasama dalam proses konseling, yaitu terbinanya peran dan tanggung jawab bersama antara konselor dan konseling dalam seluruh rangkaian kegiatan konseling.
a.       Memberi salam pada awal setiap pertemuan.
b.      Memperkenalkan diri
c.       Menciptakan suasana nyaman dan aman.
d.      Memberikan perhatian penuh pada klien (SOLER). S : Face your clients squarely (menghadapklien) & smile/ nod at clients (senyum/ mengganggukkan kepala). O : Open and Non Judgemental Facial Expression (ekspresi muka menunjukkan sikap terbuka dan tidak menilai).L : Lean Towards Client (tubuh condong kearah klien). E : Eye Contact in a culturally- Acceptable Manner (kontak mata/ tatap mata sesuia dengan cara yang diterima budaya setempat). R : Relaxed and Friendly Manner (santai dan sikap bersahabat).
e.       Bersabar.
f.       Tidak memotong pembicaraan klien

2.      Inti (Tahap Kerja)
Setelah tahap Awal dilaksanakan dengan baik, proses konseling selanjutnya adalah memasuki tahap inti atau tahap kerja. Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya :
§  Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah klien lebih dalam. Penjelajahan masalah dimaksudkan agar klien mempunyai perspektif dan alternatif baru terhadap masalah yang sedang dialaminya.
§  Konselor melakukan reassessment (penilaian kembali), bersama-sama klien meninjau kembali permasalahan yang dihadapi klien.
§  Menjaga agar hubungan konseling tetap terpelihara.

Hal ini bisa terjadi jika :
§  Klien merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau waancara konseling, serta menampakkan kebutuhan untuk mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
§  Konselor berupaya kreatif mengembangkan teknik-teknik konseling yang bervariasi dan dapat menunjukkan pribadi yang jujur, ikhlas dan benar – benar peduli terhadap klien.
§  Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak. Kesepakatan yang telah dibangun pada saat kontrak tetap dijaga, baik oleh pihak konselor maupun klien.
§  Pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan perencanaanSetelah mendapatkan dan memberikan cukup informasi sesuai dengan masalah dan kondisi klien, konselor membantu klienmemecahkan masalah yang dihadapi atau membuat perencanaan untuk mengatasi masalah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah(1) fisik, (2) emosional, (3) rasional, (4) praktikal, (5) interpesonal, (6) struktural.

3.      Akhir (Tahap Tindakan)
Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :
§  Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling.
§  Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang telah terbangun dari proses konseling sebelumnya.
§  Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera).
§  Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya
Pada tahap akhir ditandai beberapa hal, yaitu ; (1) menurunnya kecemasan klien; (2) perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamis; (3) pemahaman baru dari klien tentang masalah yang dihadapinya; dan (4) adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas. Menindaklanjuti pertemuan : Menindaklanjuti pertemuan konseling dengan membuat rangkuman, merencanakan pertemuan selanjutnya/ merujuk klien.

D.    PERBEDAAN KONSELING DAN PEMBERIAN NASEHAT
Konseling secara etimologis berasal dari kata “counsel” yang diambil dari bahasa Latin yaitu “counsilium”, yang artinya “bersama” atau “bicara bersama”. Pengertian “berbicara bersama-sama” dalam hal ini adalah pembicaraan konselor dengan seseorang atau beberapa klien (counselee). Dalam Kamus Bahasa Inggris, Konseling dikaitkan dengan kata “counsel” yang diartikan sebagai nasehat (to obtain counsel); anjuran (to give counsel); pembicaraan (to take counsel). Dengan demikian, konseling diartikan sebagai pemberian nasehat, pemberian anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran. Pengertian konseling juga dikemukakan oleh para ahli dengan berbagai rumusan batasan konseling yang berbeda-beda, tetapi inti dan tujuannya sama.
Menurut Bernard & Fullmer (Prayitno & Erman Amti, 1994 : 101), Konseling meliputi pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan potensi-potensi yang unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasi ketiga hal tersebut. Sebagaimana Burks dan Stefflre (1979 ; 14) yang dikutip oleh Abu Bakar Baraja dalam bukunya “Psikologi Konseling”, mengemukakan batasan konseling sebagai berikut : “Konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor terlatih dan seorang klien. Hubungan ini biasanya orang-perorang, meskipun seringkali para klien memahami dan memperjelas pandangan hidupnya, dan belajar mencapai tujuan yang ditentukan sendiri melalui pilihan-pilihan yang bermakna dan penyelesaian masalah-masalah emosional atau antarpribadi”.
Menurut James F, Adams, yang dikutip oleh I. Djumhur dan Moh. Surya bahwa : “Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana yang seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya ia dapat memahami dirinya dalam hubungan dengan masalah-masalah hidup yang dihadapinya waktu itu dan pada waktu yang akan datang” Dewa Ketut Sukardi juga memberikan batasan pengertian konseling sebagai berikut : “Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada klien (counselee) dalam memecahkan masalah-masalah secara face to face, dengan cara yang sesuai dengan keadaan klien (counselee) yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidup”.
Konseling melibatkan dua orang yang saling berinteraksi dengan jalan mengadakan komunikasi langsung, mengemukakan dan memperhatikan dengan seksama isi pembicaraan, gerakan-gerakan isyarat, pandangan mata, dan gerakan-gerakan lain dengan maksud untuk meningkatkan kedua belah pihak yang terlibat di dalam interaksi itu. Dengan demikian pengertian konseling secara luas adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara secara face to face oleh seorang ahli (konselor) kepada individu (klien) yang sedang mengalami sesuatu masalah atau hambatan dalam perkembangannya dengan tujuan agar individu tersebut dapat mencapai perkembangannya secara optimal. Memberikan fakta-fakta sehingga klien dapat membuat keputusan, membuat klien bertanya dan mendiskusikan masalah pribadinya.
Konseling melibatkan dua orang yang saling berinteraksi dengan jalan mengadakan komunikasi langsung, mengemukakan dan memperhatikan dengan seksama isi pembicaraan, gerakan-gerakan isyarat, pandangan mata, dan gerakan-gerakan lain dengan maksud untuk meningkatkan kedua belah pihak yang terlibat di dalam interaksi itu. Dengan demikian pengertian konseling secara luas adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara secara face to face oleh seorang ahli (konselor) kepada individu (klien) yang sedang mengalami sesuatu masalah atau hambatan dalam perkembangannya dengan tujuan agar individu tersebut dapat mencapai perkembangannya secara optimal.Memberikan fakta-fakta sehingga klien dapat membuat keputusan, membuat klien bertanya dan mendiskusikan masalah pribadinya.

Pemberian Nasehat
Kata “nasehat” berasal dari bahasa arab, dari kata kerja “Nashaha” yang berarti “khalasha”, yaitu murni, atau bersih dari segala kotoran, juga bisa berarti “Khaata”, yaitu menjahit. Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia Nasehat berarti ajaran atau pelajaran baik; anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik. Pemberian nasehat adalah memberitahukan kepada klien apa yang sebaiknya klien lakukan, menghakimi perilakunya di masa lalu dan sekarang. Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, Nasehat berarti ajaran atau pelajaran baik; anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik. Menasehati merupakan memberi nasehat (kepada) seseorang.
Menasehatkan berarti memberikan nasehat kepada orang lain yang melakukan kesalahan. Penasehat berarti orang yg memberi nasehat dan saran; orang yg menasehati. Jadi dalam arti yang sebenarnya nasehat adalah bentuk yang berkaitan dengan pendapat pribadi atau kelembagaan, sistem kepercayaan, nilai, rekomendasi atau bimbingan tentang situasi tertentu yang disampaikan dalam berbagai konteks untuk orang lain, kelompok atau pihak tertentu yang sering ditawarkan sebagai panduan untuk tindakan dan/atau perilaku.
Pemberian nasehat adalah memberitahukan kepada klien apa yang sebaiknya klien lakukan, menghakimi perilakunya di masa lalu dan sekarang. Menasihati merupakan memberi nasihat (kepada). Menasihatkan berarti memberikan nasihat kepada. Penasihat berarti orang yg memberi nasihat dan saran; orang yg menasihati. Jadi kalau diambil kesimpulan dari beberapa pengertian diatas, maka dapat diambil 3 (tiga) kesimpulan sebagai berikut :
1.      KONSELING ≠ PEMBERIAN NASEHAT
2.      KONSELING = MENDENGAR
3.      NASEHAT = BICARA


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Konseling kebidanan adalah suatu proses pembelajaran, pembinaan hubungan baik, pemberian bantuan, dan bentuk kerja sama yang dilakukan secara professional(sesuai dengan bidangnya) oleh bidan kepada klien untuk memecahkan masalah, mengatasi hambatan perkembangan, dan memenuhi kebutuhan klien.
Tujuan konseling diarahkan sebagai layanan yang membantu masalah yang dihadapi klien.Oleh karna itu, bidan sebagai konselor harus berusaha mengambangkan potensi yang ada agar dapat digunakan klien secara efektif.

B.     Saran
Penulis manyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.



DAFTAR PUSTAKA

Anwar A, Ilmu Komunikasi
Pusdiknakes, Komunikasi Teurapetik Kebidanan
Enjang AS, 2009, Komunikasi Konseling ,PT. Nuansa, Bandung
MNH ( 2002 ) Modul Pelatihan Ketrampilan KIP/K
M.Taufik dan Juliane, 2010, Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan, PT.Salemba Medika, Jakarta
Istiqomah, 2010, Proses Dan Praktek Kip/K Dalam Pelayanan Kebidanan, Midwifery, http://materibidan.blogspot.com/2010/05/proses-dan-praktek-kipk-dalam-pelayanan.html [diakses pada (06 Juni 2013)]
Bencoolen Rafless, 2011, Makalah Proses dan Praktik Kebidanan dalam Asuhan Kebidanan, Bahan Kuliah dan Makalah, http://networkedblogs.com/ixUG4 [diakses pada (06 Juni 2013)]


Post a Comment for "Proses dan praktik konseling dalam kegiatan asuhan kebidanan"