Reproduksi sel
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pembelahan sel adalah suatu proses dimana material
seluler dibagi kedalam dua sel anak. Ada dua macam pembelahan sel, yaitu
pembelahan secara langsung ’amitosis’ dan pembelahan secara tidak langsung
’mitosis dan meiosis’. Sel-sel mengalami pembelahan melalui
serangkaian proses yang terjadi berulang kali darin pertumbuhan ke pembelahan,
yang dikenal sebagai siklus sel, siklus sel terdiri atas lima fase utama : G1,
S, G2, mitosis, dan sitokinesis.
Sel-sel tersebut juga memiliki kemampuan yang
berbeda-beda melakukan pembelahannya, ada sel-sel yang mampu melakukan
pembelahan secara cepat, ada yang lambat dan ada juga yang tidak mengalami
pembelahan sama sekali setelah melewati masa pertumbuhan tertentu, misalnya sel-sel
germinatikum kulit mampu melakukan pembelahan yang sangat cepat untuk
menggantikan sel-sel yang rusak atau mati. Akan tetapi sel-sel yang ada pada
organ hati melakukan pembelahan dalam waktu tahunan, atau sel-sel saraf pada
jaringan saraf yang sama sekali tidak mampu melakukan pembelahan setelah usia
tertentu. Sementara itu beberapa jenis bakteri mampu melakukan pembelahan
hanya dalam hitungan jam, sehingga hanya dalam waktu beberpa jam saja dapat
dihasilkan ribuan, bahan jutaan sel bakteri. Sama dengan bakteri, protozoa
bersel tunggal mampu melakukan pembelahan hanya dalam waktu singkat, misalkan
amoeba, paramecium, didinum, dan euglena.
Amitosis adalah pembelahan inti secara langsung
diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Proses pembelahan sel pada sel
prokariotik berbeda dengan pembelahan sel pada eukariotik. Pada prokariotik
pembelahan sel berlangsung secara sederhana yang meliputi proses pertumbuhan
sel, duplikasi materi genetic, pembagian kromosom, dan pembelahan sitoplasma
yang didahului dengan pembentukan dinding sel baru. Proses pembelahan yang
demikian dinamakan amitosis, amitosis adalah pembelahan sel secara langsung
tanpa melibatkan kromosom, contohnya pada sel bakteri.
Mitosis adalah proses pembagian genom yang telah
digandakan oleh sel ke dua sel identik yang dihasilkan oleh pembelahan sel.
Mitosis umumnya diikuti sitokinesis yang membagi sitoplasma dan membran sel.
Meiosis adalah salah satu cara sel untuk mengalami pembelahan. Ciri pembelahan
secara meiosis adalah:
·
Terjadi di sel kelamin
·
Jumlah sel anaknya 4
·
Jumlah kromosen 1/2 induknya
·
Pembelahan terjadi 2 kali
Meiosis hanya terjadi pada fase
reproduksi seksual atau pada jaringan nuftah. Pada meiosis, terjadi perpasangan
dari kromosom homolog serta terjadi pengurangan jumlah kromosom induk terhadap
sel anak. Disamping itu, pada meiosis terjadi dua kali periode pembelahan sel,
yaitu pembelahan meiosis I dan pembelahan meiosis II.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
pembelahan sel prokariotik dan sel eukariotik?
2. Bagaimana
pembelahan sel secara amitosis, mitosis, dan meiosis?
3. Bagaimana
siklus pada sel?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui
pembelahan sel prokariotik dan sel eukariotik.
2. Untuk
mengetahui pembelahan sel secara amitosis, mitosis, dan meiosis.
3. Untuk
mengetahui siklus sel
BAB II
PEMBAHASAN
A. Reproduksi Sel
Penelitian menunjukan bahwa satuan unit terkecil dari
kehidupan adalah sel. Kata “sel”itu sendiri di kemukakan oleh Robert Hooke yang
berarti kotak-kotak kosong setelah ia mengamati sayatan gabus dengan mikroskop.
Sel terdiri dari kesatuan zat yang di namakan protoplasma. Protoplasma di
bagi menjadi dua bagian sitoplasma dan nukleosplasma. Sel juga dapat
bereproduksi atau membelah diri.
Reproduksi sel adalah proses memperbanyak jumlah sel
dengan cara membelah diri, baik pada organisme uniseluler maupun multiseluler.
Pembelahan sel pada organisme uniseluler merupakan suatu cara bagi organisme
tersebut untuk melestarikan jenisnya. Sedangkan, bagi organisme multiseluler,
pembelahan sel menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan organisme. Misalnya,
pada manusia, sel-sel memperbanyak diri sehingga tubuh manusia tersebut menjadi
besar dan tinggi. Selain itu, reproduksi sel pada organisme multiseluler juga
menghasilkan sel-sel gamet yang berguna pada saat perbanyakan secara generatif
(reproduksi organisme melalui proses perkawinan). Reproduksi sel merupakan
proses penggandaan materi genetik (DNA) yang terdapat di dalam nukleus.
Sehingga, menghasilkan sel-sel anakan yang memiliki materi genetik yang sama.
Tujuan sel
bereproduksi adalah:
1. Perbanyakan
sel sehingga terjadi pertumbuhan
2. Pembentukan
sel baru yang berbeda dari induknya
3. Pembentukan
sel baru yang tentu lebih muda dan sama dengan yang sebelumnya.
4. Pembentukan
Jaringan
5. Regenerasi
sel
6. Pembentukan
individu baru dan lain-lain
Sel yang membelah disebut sel induk,
dan hasil pembelahannya disebut sel anak. Sel induk memindahkan salinan
informasi genetiknya (DNA) ke sel anak. Jika transformasi genetik itu langsung
(amitosis) dan jika melalui tahapan (mitosis/miosis) Untuk menyampaikan
informasi genetik tersebut tentu sel induk harus melipat
gandakan informasi genetik yang dimilikinya (DNA) melalui replikasi (duplikasi)
sebelum melaksanakan pembelahan atau reproduksi sel, replikasi itu terjadi pada
waktu Interfase ( istirahat sel tidak membelah) tepatnya pada fase Sintesa (S).
1.
Pembelahan sel pada prokariotik
Pada sel
prokariotik, materi genetik tersebar didalam suatu badan serupa inti yang tidak
dikelilingi oleh membran. Mikroorganisme yang prokariotik, misalnya bakteri dan
alga hijau-biru. Proses pembelahan sel pada sel prokariotik berbeda dengan
pembelahan sel pada eukariotik. Pada prokariotik pembelahan sel berlangsung
secara sederhana yang meliputi proses pertumbuhan sel, duplikasi materi
genetik, pembagian kromosom, dan pembelahan sitoplasma yang didahului dengan
pembentukkan dinding sel baru. Proses pembelahan yang demikian dinamakan
amitosis. Amitosis adalah pembelahan sel secara langsung tanpa melibatkan
kromosom, contohnya pada sel bakteri.
Ciri-ciri
sel prokariotik adalah bahan genetik (DNA) tidak terstruktur dalam bentuk
nukleus, DNA terdapat pada nukleolit yang tidak terselubungi oleh membran.
Secara umum sel prokariotik memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan
dengan sel eukariotik. Setiap prokariotik merupakan sel tunggal, tetapi akan
sering terlihat dalam tipe rantai, agregat, atau kelompok sel yang jumlahnya
ratusan.
2.
Pembelahan sel pada eukariotik
Pada sel-sel
eukariotik, hal pembagian material genetik secara persis sama adalah lebih
kompleks. Sebuah sel eukariotik mengandung kira-kira 1000 kali lebih banyak DNA
dibanding sebuah sel prokariotik. Disamping itu, DNA ini berbentuk linea,
membentuk sejumlah kromosom yang jelas berbeda. Sebagai contoh, sel-sel somatik
(tubuh) manusia mempunyai 46 kromosom, masing-masing berbeda satu sama lainnya.
Pada saat sel-sel ini membelah, setiap sel anak harus menerima satu duplikat
dan hanya satu dari setiap 46 kromosom. Disamping itu, sel-sel eukariotik
mengandung berbagai macam organela dan ini juga harus dibagi sec ara merata
diantara sel-sel anak. Pada sel eukariotik memiliki inti sel yang sangat
kompleks dengan selubung inti yang terdiri dari dua membran. Sel-sel pada tubuh
hewan dan tumbuhan termasuk dalam golongan sel eukariotik. Mikroorganisme yang
eukariotik, misalnya protozoa, protista, dan semua jamur.
3.
Siklus sel
Sel-sel
mengalami pembelahan melalui serangkaian proses yang terjadi berulang kali
darin pertumbuhan ke pembelahan, yang dikenal sebagai siklus sel, siklus sel
terdiri atas lima fase utama : G1, S, G2, mitosis, dan sitokinesis. Durasi (lamanya)
masing-masing fase dari siklus ini berfariasi dari beberapa jam sampai beberapa
hari, bergantung dari tipe sel dan faktor-faktor luar seperti suhu dan nutrisi
yang tersedia.
Siklus sel
merupakan serangkaian kejadian dengan urutan tertentu berupa duplikasi kromosom
sel dan organel didalamnya yang mengarah ke pembelahan sel. Pada eukariotik
(sel bernukleus), proses perbanyakan atau sintesis bahan genetik terjadi
sebelum berlangsungnya proses pembelahan sel, mitosis atau meiosis. Sel yang
mempunyai kemampuan membelah adalah sel "muda" atau sel immature yang
belum memiliki fungsi tertentu. Pada kondisi lingkungan yang mendukung sel akan
memasuki siklus sel dan menghasilkan 2 sel identik. Sel yang tidak lagi
membelah akan keluar dari siklus dan berdeferensiasi menjadi sel yang mature
dengan struktur dan fungsi tertentu.
Pada
dasarnya siklus sel terdapat 2 fase utama yaitu fase S (DNA sintesis) dan fase
M (Mitosis). Pada fase S terjadi duplikasi kromosom, organele dan protein
interseluler dan pada fase M terjadi pemisahan kromosom dan pembelahan sel.
Sebagian besar sel memerlukan waktu ekstra untuk proses sintesis sehingga pada
siklus sel terdapat ekstra fase Gap yaitu Gap 1 antara fase M dan fase S serta
Gap 2 antara fase S dan Mitosis. Hal ini mendasari pembagian fase menjadi 4
fase yaitu Fase G1, Fase S, Fase G2 (ketiganya disebut Interfase) dan fase M
(mitosis dan sitokinesis). Interfase adalah fase istirahat, sel ini sebenarnya
sangat aktif secara biokimia walaupun terlihat tidak ada perubahan morfologi (waktu
lama, 23 jam dalam 1 siklus 24 jam). M phase (mitosis) merupakan inti dari
siklus sel dan secara morfologi terjadi perubahan yang jelas teramati berupa
kromosom yang tertarik ke kutub, sitogenesis dan akhirnya sel terbagi menjadi
dua (waktu cepat, 1 jam dalam 1 siklus 24 jam).
Fase Gi dan
G2 bukan hanya sebagai ekstra waktu proses sintesis namun juga berperan sebagai
ekstra waktu bagi sel untuk memonitor kondisi lingkungan internal dan eksternal
sebelum masuk ke fase S dan M. Jika kondisi lingkungan tidak mendukung maka sel
berhenti berprogress pada G1 dan bahkan memasuki kondisi resting state pada Go
(G zero). Go ini dapat berlangsung selama berhari-hari, bertahun-tahun atau
sampai sel mati. Jika kondisi lingkungan mendukung dan terdapat sinyal untuk tumbuh
maka sel akan memulai proses pada suatu titik akhir G1 yang disebut titik
"Start". Setelah melalui titik ini sel akan mulai masuk fase S
ditandai dengan Replikasi DNA yang terus berlangsung bahkan walau signal
pertumbuhan dan pembelahan sudah tidak ada.
Pada
organisme uniseluler misalnya bakteri, protozoa dan ganggang bersel satu,
terjadi proses pembelahan secara langsung, yang artinya proses pembelahan itu
tidak melalui tahapan-tahapan pembelahan. Proses pembelahan sel pada sel
prokariotik berbeda dengan pembelahan sel pada eukariotik. Pada prokariotik
pembelahan sel berlangsung secara sederhana yang meliputi proses pertumbuhan
sel, duplikasi materi genetic, pembagian kromosom, dan pembelahan sitoplasma
yang didahului dengan pembentukan dinding sel baru. Pembelahan itu dikenal juga
dengan pembelahan amitosis. Satu sel induk akan membelah secara langsung
menjadi dua, dua menjadi empat, empat menjadi delapan dan seterusnyadi dua, dua
menjadi empat, empat menjadi delapan dan seterusnya hingga sel itu bertambah
banyak. Setiap sel membelah menjadi dua sel yang sama (identik) sehingga
disebut juga pembelahan biner. Pembelahan biner terjadi misalnya pada
perkembangbiakan amoeba.
Pada proses
pembelahan langsung ini setiap sel anak mewarisi sifat-sifat induknya. Dengan
kata lain, pembelahan langsung senantiasa menghasilkan keturunan yang identik.
Prosesnya didahului oleh pembelahan inti menjadi dua, diikuti oleh pembelahan
sitoplasma dan akhirnya sel itu terbagi menjadi dua sel anak.
Pembelahan
sel yang terjadi melalui tahap-tahap pembelahan. Dilakukan oleh organisme
eukariotik seperti sel hewan, sel tumbuhan dan sel manusia, yang tentu mereka
semuanya punya lebih dari satu sel ( multicelluler).
Pembelahan
mitosis merupakan pembelahan sel yang terjadi apabila sel anak mempunyai jumlah
kromosom sama dengan jumlah kromosom induknya. Fase-fase pembelahan mitosis
adalah profase, metafase, anafase, dan telofase. Dalam sekali membelah terdapat
interfase. Selama interfase tidak tampak adanya struktur kromosom .
Tahapan-tahapan mitosis
1) Interfase
Pada fase
ini sel belum melakukan kegiatan pembelahan tetapi sel sudah siap untuk
membelah. Selama interfase sel tampak keruh dan benang-benang kromatin halus
lama-kelamaan akan kelihatan. Beberapa ahli menganggap interfase bukan
merupakan salah satu tahap dalam mitosis sehingga interfase sering disebut fase
istirahat.
2) Profase
Fase terlama
dan paling banyak memerlukan energi-energi yang terkumpul selama interfase
digunakan untuk membentuk gelondong-gelondong pembelahan. Pada profase selaput
inti dan membran inti melebur sehingga sel tidak tampak memiliki membran inti.
Benang kromatin memendek dan menebal membentuk kromosom. Setiap kromosom
melakukan duplikasi menjadi kromatid. Pada sel manusia dan sel hewan, sentriol
berpisah kemudian menuju kutub berlawanan dan terbentuk benang spindel.
3) Metafase
Membran inti
sudah menghilang dan kromosom-kromosom berkumpul pada bidang ekuator, yaitu
bidang tengah dari sel sehingga kromosom tampak paling jelas. Sentromer dari
seluruh kromosom membuat formasi sebaris. Kromatid menggantung pada
benang-benang spindel melalui sentromer. Pada metafase, tampak adanya dua
kromatid hasil penggandaan pada profase yang sedang mengalami pembagian menjadi
dua.
4) Anafase
Pada fase ini sentromer membelah dan kedua kromatid dari setiap kromosom berpisah. Selanjutnya kromatid bergerak menuju ke kutub sel melalui benang-benang spindel. Karena benang spindel melekat pada sentromer maka sentromer bergerak terlebih dahulu pada pergerakan kromosom ke kutub sel. Tiap kromatid hasil pembelahan mempunyai sifat yang sama dengan induknya sehingga setiap kromatid merupakan kromosom baru.
Pada fase ini sentromer membelah dan kedua kromatid dari setiap kromosom berpisah. Selanjutnya kromatid bergerak menuju ke kutub sel melalui benang-benang spindel. Karena benang spindel melekat pada sentromer maka sentromer bergerak terlebih dahulu pada pergerakan kromosom ke kutub sel. Tiap kromatid hasil pembelahan mempunyai sifat yang sama dengan induknya sehingga setiap kromatid merupakan kromosom baru.
5) Telofase
Kromosom yang telah berada di daerah kutub masing-masing makin lama makin menipis, kemudian berubah menjadi benang-benang kromatin yang tipis. Serabut gelondong lenyap, sedangkan membran inti dan inti mulai terbentuk kembali. Selanjutnya terjadi peristiwa pembagian inti (kariokinesis) dan sitoplasma terbagi menjadi dua bagian (sitokinesis). Masing-masing bagian mengandung satu nukleus yang memiliki 2n kromosom (diploid). Terbentuknya 2 sel anak yang mempunyai jumlah kromosom sama dengan induknya.
Kromosom yang telah berada di daerah kutub masing-masing makin lama makin menipis, kemudian berubah menjadi benang-benang kromatin yang tipis. Serabut gelondong lenyap, sedangkan membran inti dan inti mulai terbentuk kembali. Selanjutnya terjadi peristiwa pembagian inti (kariokinesis) dan sitoplasma terbagi menjadi dua bagian (sitokinesis). Masing-masing bagian mengandung satu nukleus yang memiliki 2n kromosom (diploid). Terbentuknya 2 sel anak yang mempunyai jumlah kromosom sama dengan induknya.
b. Pembelahan
meiosis
Meiosis
terjadi di dalam sel kelamin yang bersifat mereduksi, yaitu sel-sel yang
dihasilkan merupakan sel hasil dari pengurangan materi genetik dari induk
jantan mahupun betina. Meiosis bertujuan untuk menghasilkan sel sperma dan ovum
untuk memperbanyak keturunan. Pengamatan yang dilakukan pada testis Rattus
norvegicus terlihat adanya tubulus seminifirus pada sel testis sebagai tempat
proses siklus spermatogenesis dari spermatogonium sampai menjadi spermatozoa
yang siap membuahi ovum, lumen sebagai tempat penampungan sementara untuk
sperma yang telah jadi dan sel leydig berfungsi sebagai penghasil hormon
testosteron berfungsi untuk mempengaruhi pembangunan dari karakteristik laki-laki
dan unsur larangan Mullerian yang menyebabkan pemerosotan dari saluran pipa
reproduktif perempuan (Sumber: Pierce. 2002: 84). Namun, proses meiosisnya
tidak berhasil kami amati karena sulitnya mencari secara detail proses tersebut
dan dari mikroskop hanya terlihat struktur dalam sel seperti yang telah
disebutkan di atas.
Tahapan-tahapan Meiosis
1) Meiosis I
Sebelum
memasuki meiosis I, terlebih dahulu terjadi interfase. Interfase I pada meiosis
I sama dengan interfase pada mitosis, yaitu terjadi sintesis dan replikasi DNA
serta terjadi pembentukkan protein – protein yang bermanfaat untuk tahap –
tahap setelahnya. Tahap – tahap pada meiosis I adalah:
a) Profase I
Pada fase
ini secara bertahap merman inti melebur,sentrosom berpisah, dan serat gelendong
terbentuk. Namun, ternyata proses profase pada meiosis lebih rumit dari pada
mitosis. Oleh karena itu, pada profase I terjadi beberapa tahap, diantaranya :
§ Leptoten,
pasangan-pasangan kromosom masih berupa kromatin yang panjang dan tipis, namun
masing-masing sudah mengalami duflikasi menjadi 2 kromatid.
§ Zigoten,
tiap kromosom mendekati pasangannya lalu bersatu (saling melilit) yang disebut
sinapsis.
§ Pakiten,
tiap kromosom pembentuk sinapsis membelah menjadi 2 kromatid. Berarti pada tiap
sinapsis kini terdapat 4 kromatid yang disebut tetrad.
§ Diploten,
kromatid yang berasal dari satu kromosom mulai menjauho pasangan kromatid dari
kromosom lainnya, kecuali pada kiasma atau titik persilangan antar kromatid
yang satu dengan yang lainnya.
§ Diakekesis,
pasangan kromatid yang semakin memendek dan menebal berpisah dari pasangan
kromatid yang berasal dari kromosom lain.
b)
Metafase I
Pada fase
ini, hampir sama dengan metafase mitosis. Kromosom – kromosom menempatkan
dirinya di tengah – tengah sel, yaitu di bidang equator dari sel. Namun,
terdapat perbedaan antar metafase I meiosis dengan metafase mitosis. Pada
metafase mitosis, yang terdapat pada bidang equator adalah kromosom – kromosom
tunggal. Sedangkan pada metafase I meiosis, yang terdapat pada bidang equator
adalah pasangan – pasangan kromosom homolog sehingga pada metafase I meiosis
tidak terjadi pembelahan sentromer.
c) Anafase I
Sama halnya
dengan yang terjadi pada anafase mitosis, anafase I meiosis dimulai ketika
kromosom bergerak ke kutub yang berlawanan. Tiap kromosom dari pasangan
kromosom homolog bergerak ke arah kutub yang berlawanan. Masing – masing kutub
menerima setengah jumlah kromosom yang ada, sehingga pada fase inilah dimulai
terjadinya reduksi kromosom.
Cara
pergerakkan kromosom homolog ke arah kutub yang berlawanan oleh benang
gelendong terjadi secara bebas dan kebetulan, tidak ada yang memerintahkan
untuk suatu kromosom bergerak ke atas atau ke bawah. Hal ini sesuai dengan
hukum mendel yang terkenal, yaitu “The law of segregation of allelic genes” dan
“The law of independent assortment of genes”. Sebagai contoh, jika terdapat
alel dominan (A) dan alel resesif (a). Maka, mereka akan memisah secara bebas
ke kutub yang berlawanan menjadi (A) atau (a). Hal yang sama juga terjadi pada
alel dominan (B) dan alel resesif (b) yang akan memisah secara bebas menjadi
(B) atau (b). Maka, kombinasi antar keduanya akan terbentuk AB, Ab, aB, atau
ab.
d) Telofase I
Pada fase
ini, dinding nukleus dan nukleolus terbentuk kembali seperti pada telofase
mitosis. Akan tetapi, pada telofase meiosis, jumlah kromosom haploid lah yang
terdapat pada nukleus yang baru ini. Pada masing – masing nukleus yang baru ini
terdapat dua kromosom yang haploid yang terdiri dari empat kromatid. Sehingga
menandakan bahwa reduksi jumlah kromosom masih belum berlangsung sempurna. Agar
dapat tercapai reduksi yang sempurna, maka diperlukanlah pembelahan meiosis II.
2)
Meiosis II
Apabila
dilihat dengan mengguinakan mikroskop cahaya, maka terdapat dugaan bahwa
berbagai fase yang berlangsung pada meiosis II ini sama dengan berbagai fase
yang terjadi selama mitosis. Bahkan ada orang yang memiliki anggapan bahwa
meiosis II adalah pembelahan mitosis. Anggapan yang demikian tidak benar sama
sekali dikarenakan beberapa alasan, yaitu:
§
Kromosom yang double pada profase
mitosis merupakan hasil duplikasi dari bahan selama interfase. Sedangkan
kromosom yang terlihat dauble pada profase II meiosis bukan merupakan hasil
duplikasi bahan genetik.
§
Kromosom – kromosom yang menyusun
kromosom mitosis adalah sister chromatic, sehingga merupakan kromatid yang
identik. Sedangkan kromosom yang menytusun kromosom profase II meiosis bukan
merupakan sister chromatic sempurna oleh karena adanya crossing over yang
terjadi pada meiosis I.
§
Meiosis II bertujuan untuk
memisahkan kromatid – kromatid yang berbeda dari tiap kromosomnya
§
Meiosis II menghasilkan reduksi yang
sempurna
§
Meiosis II menghasilkan kombinasi
yang baru yang dari gen – gen yang berasal tetua jantan dan betina pada
generasi sebelumnya
§
Meiosis II sangat penting untuk
proses seksual
Fase-fase pada meiosis II diantaranya :
a) Profase
II
Fase ini
dapat dimulai setelah selesainya interfase I yang berlangsung sangat pendek.
Pada beberapa organisme bahkan tidak mengalami interfase, sehingga dari
telofase I langsung dilanjutkan ke profase II, dan kadang – kadang juga terjadi
dari telofase I langsung ke metafase II.
b) Metafase II
Pada fase
ini, kromosom yang terdiri dari dua kromatid berada di bidang equator. Benang –
benang gelendong yang berasal dari masing – masing kutub mengikat sentromer
masing – masing kromatid. Keadaan kromosom pada metafase II meiosis hampir
mirip pada keadaan kromosom pada metafase mitosis, akan tetapi dengan jumlah
kromosom yang hanya setengahnya saja.
c) Anafase II
Pada fase
ini, sentromer terbelah menjadi dua. Masing – masing kromatid tertarik oleh
benang – benang gelendong ke kutub yang berlawanan. Pada saat inilah terjadi
reduksi kromosom yang sebenarnya, sehingga reduksi kromosom saat ini sudah
sempurna. Bergeraknya kromatid ke arah kutub yang berlawanan ini seperti
yang terjadi pada anafase mitosis, namun dengan jumlah kromosom yang hanya
setengahnya saja.
d) Telofase II
Pada fase
ini terjadi pembelahan sel, sehingga dihasilkan empat sel anak yang haploid
(n), yang disebut juga tetrad. Setiap inti dari sel – sel tersebut memiliki
hanya setengahnya saja dari jumlah kromosom tetuanya. Pada fase ini pula,
terbentuk kembali nukleolus dan membran nukleus. Membran nukleus mengelilingi
ke empat inti hasil pembelahan. Kromosom pun mulai mengendur kembali. Setelah
itu, terjadi modifikasi lebih lanjut untuk menghasilkan sel gamet.
C. Pembentukan
Gamet (Gametogenesis)|
Proses pembentukan gamet atau sel kelamin disebut
gametogenesis, ada dua jenis proses pembelahan sel yaitu mitosis dan meiosis.
Bila ada sel tubuh kita yang rusak maka akan terjadi proses penggantian dengan
sel baru melalui proses pembelahan mitosis, sedangkan sel kelamin atau gamet
sebagai agen utama dalam proses reproduksi manusia menggunakan proses
pembelahan meiosis. Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa mitosis
menghasilkan sel baru yang jumlah kromosomnya sama persis dengan sel induk yang
bersifat diploid (2n) yaitu 23 pasang/ 46 kromosom, sedangkan pada meiosis
jumlah kromosom pada sel baru hanya bersifat haploid (n) yaitu 23 kromosom.
Gametogenesis ada dua yaitu spermatogenesis dan oogenesis,
Spermatogenesis
Sel sperma yang bersifat haploid (n)
dibentuk di dalam testis melewati sebuah proses kompleks yang disebut dengan
spermatogenesis. Secara simultan proses ini memproduksi sperma matang di dalam
tubulus seminiferus lewat langkah-langkah berikut ini:
1. Ketika seorang
anak laki-laki mencapai pubertas pada usia 11 sampai 14 tahun, sel kelamin
jantan primitif yang belum terspesialisasi dan disebut dengan spermatogonium
menjadi diaktifkan oleh sekresi hormon testosteron.
2. Masing-masing
spermatogonium membelah secara mitosis untuk menghasilkan dua sel anak yang
masing-masing berisi 46 kromosom lengkap.
3. Dua sel anak
yang dihasilkan tersebut masing-masing disebut spermatogonium yang kembali
melakukan pembelahan mitosis untuk menghasilkan sel anak, dan satunya lagi
disebut spermatosit primer yang berukuran lebih besar dan bergerak ke dalam
lumen tubulus seminiferus.
4. Spermatosit
primer melakukan meiosis untuk menhasilkan dua spermatosit sekunder yang
berukuran lebih kecil dari spermatosit primer. Spermatosit sekunder ini masing-masing
memiliki 23 kromosom yang terdiri atas 22 kromosom tubuh dan satu kromosom
kelamin (Y atau X).
5. Kedua
spermatosit sekunder tersebut melakukan mitosis untuk menghasilkan empat sel
lagi yang disebut spermatid yang tetap memiliki 23 kromosom.
6. Spermatid
kemudian berubah menjadi spermatozoa matang tanpa mengalami pembelahan dan
bersifat haploid (n) 23 kromosom. Keseluruhan proses spermatogenesis ini
menghabiskan waktu sekitar 64 hari.
Oogenesis
Oogenesis merupakan proses
pematangan ovum di dalam ovarium. Tidak seperti spermatogenesis yang dapat
menghasilkan jutaan spermatozoa dalam waktu yang bersamaan, oogenesis hanya
mampu menghasilkan satu ovum matang sekali waktu. Mari kita simak prosesnya
lebih lanjut:
1. Oogonium
yang merupakan prekursor dari ovum tertutup dalam folikel di ovarium.
2. Oogonium
berubah menjadi oosit primer, yang memiliki 46 kromosom. Oosit primer melakukan
meiosis , yang menghasilkan dua sel anak yang ukurannya tidak sama.
3. Sel anak
yang lebih besar adalah oosit sekunder yang bersifat haploid. Ukurannya dapat
mencapai ribuan kali lebih besar dari yang lain karena berisi lebih banyak
sitoplasma dari oosit primer.
4. Sel anak
yang lebih kecil disebut badan polar pertama yang kemudian membelah lagi.
5. Oosit
sekunder meninggalkan folikel ovarium menuju tuba Fallopi. Apabila oosit
sekunder difertilisasi, maka akan mengalami pembelahan meiosis yang kedua .
begitu pula dengan badan polar pertama membelah menjadi dua badan polar kedua
yang akhirnya mengalami degenerasi. Namun apabila tidak terjadi fertilisasi,
menstruasi dengan cepat akan terjadi dan siklus oogenesis diulang kembali.
6. Selama
pemebelahan meiosis kedua, oosit sekunder menjadi bersifat haploid dengan 23
kromosom dan selanjutnya disebut dengan ootid. Ketika inti nukleus sperma dan
ovum siap melebur menjadi satu, saat itu juga ootid kemudian mencapai
perkembangan finalnya menjadi ovum yang matang.
7. Kedua sel
haploid (sperma dan ovum) bersatu membentuk sel zygot yang bersifat dipoid
(2n).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meiosis hanya terjadi pada sel eukaryote. Pada hewan,
meiosis terjadi pada saat memproduksi sel gamet. Pada tumbuhan, meiosis hanya
terjadi untuk memproduksi spora, sedangkan sel gametnya diproduksi dengan
proses mitosis.
Meiosis memiliki peranan penting dalam reproduksi
karena proses meiosis membagi jumlah kromosom menjadi dua. Sehingga jumlah sel
anakannya menjadi setengahnya(n, haploid). Hal ini dibutuhkan karena saat
fertilisasi atau pembuahan, yaitu proses peleburan sel gamet jantan dengan betina,
kromosom-kromosom antara kedua induknya akan melebur menjadi satu nucleus. Jika
tidak terjadi pembagian jumlah saat meiosis, jumlah kromosom setelah pembuahan
adalah 4n bukan 2n.
Perbedaan antara mitosis dan meiosis hanya terdapat
pada jumlah proses, jumlah hasil anakan, jumlah kromosom anakan dan termpat
terjadinya proses pembelahan. Sedangkan fase atau langkah yang dilalui tetap
sama.
B. Saran
Berharap dengan adanya makalah ini kami serta teman –
teman semua menjadi lebih paham dan mendapat ilmu dari membaca makalah ini.
Khususnya pegetahuan yang lebih tetang pembelahan meiosis, baik dalam tahap
interphase maupun meiosis serta tujuan dan hasil dari pembelahan meiosis.
DAFTAR PUSTAKA
D.A.Pratiwi dkk.2007.Biologi untuk
SMA/MA kelas XII.Jakarta : Erlangga.
Rohana kusumawati,windarsih
gut.2010.Deti-detik ujian nasional biologi untuk SMA/MA.klaten : Intan
pariwara.
Sri pujiyanto.2008.menjelajah
dunia biologi 3.solo : platinum.
http://siiaynee.blogspot.com/2012/06/makalah-pembelahan-sel.html
Post a Comment for "Reproduksi sel"