Hidroponik
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejarah
hidroponik bisa dibilang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, seperti diketahui Babylon yang merupakan negara di Mesopotamia kuno, peninggalannya
yang tersisa sekarang adalah sebuah kota kecil antara sungai efrat dan sungai
tigris sekitar 85 km sebelah selatan kota Baghdad, Irak. Pada masa kekaisaran
Babilonia di kota tersebut terdapat sebuah taman yang dikenal dengan sebutan
“taman gantung” atau “hanging garden” yang dibuat kira-kira tahun 600 SM. Taman
gantung ini adalah merupakan hadiah
dari Raja Nebukadnezar II untuk istri tercintanya bernama Amytis, yang juga
sebagai permaisuri. Taman gantung ini dibuat secara bertingkat dan tidak
semuanya menggunakan media tanah sebagai media tanam, luas dari taman ini
diperkirakan sekitar 16187.44 m². Taman gantung ini juga telah masuk sebagai
salah satu dari 7 keajaiban dunia.
Istilah
hidroponik (hydroponic) lahir sekitar tahun 1936 yang dikemukakan oleh W.A Satchell. Kemudian DR. WF. Gericke, seorang agronomis dari
Universitas California. ini melakukan percobaan dan penelitian dengan menanam
tomat di dalam bak yang berisi mineral sehingga tomat tersebut mapu bertahan
hidup dan dapat tumbuh sampai ketinggian 300 cm juga memiliki buah yang lebat.
Penemuan besar ini telah menjadi trend di abad 20, karena bercocok tanam dengan
cara hidroponik dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk ibu rumah tangga
sekalipun yang gemar bertanam tanam hias.
B.
RUMUSAN MASALAH
Sesuai
dengan judul makalah ini “TANAMAN HIDROPONIK” maka masalah yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan hidroponik?
2. Bagaimana cara menanam dengan cara hidroponik?
3. Apa keuntungan dan kelebihan menanam dengan cara hidroponik?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN HIDROPONIK
Hidroponik berasal dari bahasa latin (hydro = air; ponos =
kerja) yaitu suatu metode
bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah, melainkan dengan menggunakan
larutan mineral bernutrisi atau bahan lainnya yang mengandung unsur hara
seperti sabut kelapa, serat mineral, pasir, pecahan batu bata, serbuk kayu, dan
lain-lain sebagai pengganti media tanah. Bertanam secara hidroponik
dapat dilakukan di rumah sebagai hobi maupun untuk dikomersialkan.
B. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
BERTANAM SISTEM HIDROPONIK
Beberapa
kelebihan bertanam dengan sistem hidroponik ini antara lain:
1.
Ramah lingkungan karena
tidak menggunakan pestisida atau obat hama yang dapat merusak tanah.
2.
Tanaman tidak merusak
tanah karena tidak menggunakan media tanah dan juga tidak membutuhkan tempat
yang luas.
3.
Bisa memeriksa akar
tanaman secara periodik untuk memastikan pertumbuhannya.
4.
Pemakaian air lebih
efisien karena penyiraman air tidak perlu dilakukan setiap hari.
5.
Hasil tanaman bisa dimakan
secara keseluruhan termasuk akar karena terbebas dari kotoran dan hama.
6.
Lebih hemat karena tidak
perlu menyiramkan air setiap hari, tidak membutuhkan lahan yang banyak, media
tanaman bisa dibuat secara bertingkat.
7.
Pertumbuhan tanaman lebih
cepat dan kualitas hasil tanaman dapat terjaga.
8.
Tidak ada masalah hama dan
penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri, kulat dan cacing nematod yang
banyak terdapat pada tanah.
9.
Dapat ditanam kapan saja
karena tidak mengenal musim.
Kelemahan
§ Kelemahannya adalah ketersediaan dan pemeliharaan perangkat
hidroponik agak sulit,
§ memerlukan keterampilan khusus untuk menimbang dan meramu bahan
kimia serta investasi awal yang mahal.
Beberapa tanaman yang sering ditanam secara hidroponik adalah:
1. Tanaman hortikultura :sawi, kangkung,
strawberi, dan lain-lain.
2. Sayuran : sawi, tomat, wortel, brokoli, cabai,
seledri, bawang putih, bawang merah, bawang daun, selada, dan terong
3. Buah :
melon, mentimun, semangka, strawberry, tomat dan paprika
4. Tanaman hias : krisan, gerberra, anggrek,
kaladium dan kaktus.
C.
CARA MENANAM HIDROPONIK
Adapun cara menanam hidroponik
adalah sebagai berikut:
Penanaman secara hidroponik secara umum dilakukan dengan dua cara,
yang pertama dengan menggunakan media keras. Media yang dipergunakan, bisa
berupa sabut kelapa, serat mineral, pasir, pecahan batu bata, serbuk kayu, dan
lain-lain sebagai pengganti media tanah. Cara kedua adalah mengunakan
larutan, tanpa media keras untuk pertumbuhan akarnya, hanya cukup dengan
larutan bernutrisi. Cara ini dapat mengunakan teknik larutan statis atau
larutan alir. Cara penanaman yang lebih
canggih telah diterapkan oleh NASA, dikenal dengan nama Aeroponik.
1. Kultur Larutan Diam
Dengan
cara ini, tanaman disemai pada media tertentu yang terapung diatas larutan
nutrisi. Larutan dapat dialirkan secara perlahan atau tidak dialirkan sama
sekali. Ketinggian larutan dijaga serendah mungkin sehingga akar tanaman berada
di atas larutan, dan dengan demikian tanaman akan cukup memperoleh oksigen.
Tempat bak bisa disesuaikan dengan pertumbuhan tanaman. Bak yang tembus pandang
sebaiknya ditutup dengan bahan kedap cahaya untuk menghindari cahaya sehingga
dapat menghindari tumbuhnya lumut di dalam bak. Untuk menghasilkan gelembung
udara yang memasok oksigen dalam larutan, dapat digunakan pompa akuarium.
Ketinggian larutan harus dijaga dan apabila larutan turun di bawah ketinggian
tertentu diisi kembali dengan air atau larutan bernurtrisi yang baru.
2. Kultur Larutan Alir
Dengan
cara ini, larutan nutrisi dialirkan dari tanki secara terus menerus melewati
akar tanaman. Kultur ini lebih mudah untuk pengaturan karena larutan bernutrisi
dapat diatur dari tangki besar yang bisa dipakai untuk banyak tanaman. Salah
satu teknik yang banyak dipakai dalam penanaman hidroponik adalah teknik
lapisan nutrisi (Nutrient Film Technique, NFT). Sistem ini menggunakan parit
buatan yang terbuat dari lempengan logam tipis anti karat, dan tanaman disemai
di parit tersebut. Di sekitar saluran parit tersebut dialirkan air mineral
bernutrisi sehingga sekitar tanaman akan terbentuk lapisan tipis yang dipakai
sebagai makanan tanaman. Parit dibuat dengan aliran air yang sangat tipis
lapisannya sehingga cukup melewati akar dan menimbulkan lapisan nutrisi
disekitar akar dan terdapat oksigen yang cukup untuk tanaman.
3. Aeroponik
Dengan
cara ini, akar tanaman tergantung diudara dalam ruangan yang
disemprot larutan nutrisi baik secara kontinyu maupun tidak kontinyu.
Keuntungan dari sistem ini, akar mendapatkan cukup oksigen. Sistem ini
dikenalkan pertama kali tahun 1983 oleh Richard Spooner dan menjadi salah satu
cara yang sukses dalam penanaman kentang, tomat dan sayuran berdaun kecil.
Selain itu, penggunaan nutrisi juga lebih rendah, hampir seperempat dari
kebutuhan hidroponik secara normal. NASA menjadi tertarik dengan sistem ini
karena penanganan sistem penyemprotan lebih mudah dibandingkan penangan cairan
pada ruangan tanpa gaya gravitasi seperti dalam pesawat angkasa luar. Tanaman juga
dapat dipindahkan ke media tanah atau media penanaman lainnya tanpa
berpengaruh pada kecepatan tumbuh karena penyesuaian dengan lingkungan baru.
Namun demikian sistem ini memerlukan investasi yang lebih tinggi dibandingkan
sistem hidroponik biasa
4. Kultur Media Agregat
Penanaman
dengan cara ini menggunakan media tanam berupa kerikil, pasir, arang sekam,
batu bata, dan media lainnya yang disetrilkan terlebih dahulu sebelum
dipergunakan untuk mencegah adanya bakteri di media. Pemberian nutrisi
dilakukan dengan teknik mengairi media tersebut dengan pipa dari air larutan
bernutrisi yang ditampung dalam tangki atau tong besar.
D.
LANGKAH PENANAMAN
HIDROPONIK DENGAN SET HIDROPONIK
1. Tuangkan 20 liter air ke dalam
takung hidroponik (paras air kira-kira 1 inci dari atas takung)
2. Tutup takung dengan penutup
polisterin
3. Potong Benang media dan gumpalkan
(lihat gambar) dan masukkan ke dalam setiap bakul media dan tarik untuk membuat
sumbu(lihat gambar). Pastikan lubang bakul media tertutup sepenuhnya (lihat
gambar).
4. Rendam kesemua bakul media di dalam
air paip (lihat gambar). Kemudian letakkan kelapan-lapan bakul media pada
lubang polisterin.
5. Semaikan tiga biji benih ke dalam
tiap-tiap bakul media. Oleh kerana jangka masa matang adalah berlainan, hanya
satu jenis benih bagi setiap takung.
6. Masukkan air ke dalam bekas dengan
kira-kira 20 cawan penyukat
7. Keluarkan semua baja dan baja cecair
dan masukkan ke dalam satu bekas
8. Gaulkan kesemua baja dan air
sehingga rata
9. Masukkan 2 cawan baja cecair
tersebut ke dalam setiap takung hidroponik
10. Gaulkan bancuhan air baja hidroponik
di dalam takung hidroponik
11. Tutup baki bancuhan baja hidroponik
dan simpan di tempat yang tertutup untuk kegunaan seterusnya.
12. Pada hari ke-7, cabutkan satu
daripada benih yang telah bercambah dan biarkan dua tumbuhan bagi setiap bakul.
E.
PERAWATAN TANAMAN HIDROPONIK
1. Pembibitan
Sangat disarankan untuk menggunakan bibit hibrida supaya mutu
buah/sayur yang dihasilkan cukup optimal
2. Penyemaian
Penyemeaian sistem hidroponik bisa menggunakan bak dari kayu atau plastik.
Bak tersebut berisi campuran pasir yang sudah diayak halus, sekam bakar, kompos
dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1:1. Semua bahan tersebut dicampur
rata dan dimasukkan ke dalam bak dengan ketinggian sekitar 7cm. Masukkan biji
tanaman dengan jarak 1x1,5 cm. Tutup tisue/karung/kain yang telah dibasahi
supaya kondisi tetap lembab. Lakukan penyiraman hanya pada saat media tanam
mulai kelihatan kering. Buka penutup setelah biji berubah menjadi kecambah.
Pindahkan ke tempat penanaman yang lebih besar bila pada bibit telah tumbuh
minimal 2 lembar daun.
3. Persiapan media tanam
Syarat media tanam untuk hidroponik adalah mampu menyerap dan
menghantarkan air, tidak mudah busuk, tidak mempengaruhi pH, steril, dll. Media
tanam yang bisa digunakan dapat berupa gambut, sabut kelapa, sekam bakar,
rockwool (serabut bebatuan). Kemudian isi kantung plastik, polibag, pot
plastik, karung plastik, atau bantalan plastik dengan media tanam yang sudah
disiapkan.
4. Pupuk
Karena media tanam pada sistem hidroponik hanya berfungsi sebagai
pegangan akar dan perantara larutan nutrisi, untuk mencukupi kebutuhan unsur
hara makro dan mikro perlu pemupukan dalam bentuk larutan yang disiramkan ke
media tanam
Kebutuhan pupuk pada sistem hidroponik sama dengan kebutuhan pupuk pada penanaman sistem konvensional.
Kebutuhan pupuk pada sistem hidroponik sama dengan kebutuhan pupuk pada penanaman sistem konvensional.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dapat
disimpulkan bahwa tanaman hidroponik adalah suatu metode bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah, melainkan
dengan menggunakan larutan mineral bernutrisi atau bahan lainnya yang mengandung
unsur hara seperti sabut kelapa, serat mineral, pasir, pecahan batu bata,
serbuk kayu, dan lain-lain sebagai pengganti media tanah. Ada
beberapa jenis tanaman yang bias di tanam dengan sistem hidroponik antara lain
jenis tanaman holtikultura, sayuran, buah, dan tanaman hias. Yang bisa
bermanfaat dan memiliki berbagai kelebihan.
B.
SARAN
Berdasarkan
beberapa penjelasan singkat diatas, kami selaku penulis dapat menyarankan bahwa
pembaca mulai harus bisa memilih media yang terbaik untuk tanaman di rumah.
Seiring dengan marak nya penggunaan pestisida pada tanaman, sistem hidroponik
ini dapat digunakan sebagai salah satu cara yang efisien untuk tidak
menggunakan pestisida lagi dalam tanaman karena pestisida banyak mengandung zat
kimia yang akan mencemari tanah sekitar. Kami berharap pembaca dapat memberikan
kritikan yang membangun tentang makalah pembahasan tanaman hidroponik ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Post a Comment for "Hidroponik"