Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tanaman Pinang


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Tanaman pinang (Areca catechu L.) Sudah dimanfaatkan sejak lama terutama daerah-daerah Asia selatan dan Timur sampai daerah Kepulauan Pasifik. Komoditi yang termasuk subsektor perkebunan banyak yang berpotensi untuk diekspor. Salah satunya adalah pinang. Tanaman ini sudah menyebar di seluruh pelosok wilayah Indonesia. Namun, dibanding dengan komoditas perkebunan lainnya yang dapat memberikan devisa negara, pinang masih ketinggalan.
Pinang adalah sejenis palma yang tumbuh di daerah Pasifik, Asia dan Afrika bagian timur. Pinang juga merupakan nama buahnya yang diperdagangkan orang. Pelbagai nama daerah di antaranya adalah pineung (Aceh), pining (Batak Toba), penang (Md.), jambe (Sd., Jw.), bua, ua, wua, pua, fua, hua (aneka bahasa di Nusa Tenggara dan Maluku) dan berbagai sebutan lainnya. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Betel palm atau Betel nut tree, dan nama ilmiahnya adalah Areca catechu. Saat ini biji pinang sudah menjadi komoditi perdagangan. Ekspor dari Indonesia diarahkan ke negara-negara Asia selatan seperti India, Pakistan, Bangladesh, atau Nepal. Negara-negara pengekspor pinang utama adalah Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Myanmar.
Pohon pinang (tengah) di Setra Gandamayit, tempat bersemayam Batari Durga (membawa pedang). Relief Candi Sukuh dari abad ke-15. Biji pinang yang diperdagangkan terutama adalah yang telah dikeringkan, dalam keadaan utuh (bulat) atau dibelah. Di negara-negara importir tersebut biji pinang diolah menjadi semacam permen sebagai makanan kecil.
Salah satu jenis pinang yang sudah dikenal masyarakat adalah pinang sirih yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1.      Pohon tumbuh satu-satu, tidak berumpun seperti jenis palem umumnya.
2.      Batang lurus agak licin tinggi dapat mencapai 25 cm.
3.      Diameter batang atau jarak antar-ruas batang sekitar 15 cm
4.      Garis lingkaran batang tampak jelas.
5.      Bentuk buah bulat telur, mirip telur ayam, dengan ukuran sekitar 3,5 – 7,7 cm serta berwarna hijau waktu muda dan berubah merah jingga atau merah kekuningan saat masak atau tua.

B.     TUJUAN
1.      Untuk mengetahui syarat tumbuh tanaman pinang
2.      Untuk mengetahui taksonomi tanaman pinang
3.      Untuk mengetahui morfologi tanaman pinang
4.      Untuk mengetahui perbanyakan tanaman secara generative
5.      Untuk mengetahui perbanyakan tanaman secara vegetatif
6.      Untuk mengetahui pemeliharaan tanaman pinang
7.      Untuk mengetahui Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman pinang
8.      Untuk mengetahui panen dan pascapanenn tanaman pinang


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    SYARAT TUMBUH TANAMAN PINANG
Setiap tanaman memerlukan syarat tumbuh yang berbeda, bila penanaman dilakukan di tempat yang sesuai dengan syarat tumbuhnya maka akan memberikan dampak yang baik sehingga menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang optimal. Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan di dalam penanaman pinang antara lain:
1.      Tinggi Tempat
Tanaman Pinang dapat berproduksi optimal pada ketinggian 0–1.000 m dpl (meter diatas permukaan laut). Tanaman pinang idialnya ditanam pada ketinggian dibawah 600 m diatas permukaan laut.
2.      Tanah
Tanah yang baik untuk pengembangan pinang adalah tanah beraerasi baik, solum tanah dalam tanpa lapisan cadas, jenis tanah laterik, lempung merah dan aluvial. Keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman pinang sekitar pH 4 - 8.
3.      Curah Hujan
Curah hujan yang dikehendaki tanaman pinang antara 750-4.500 mm/tahun yang merata sepanjang tahun atau hari hujan sekitar 100 - 150 hari. Tanaman pinang sangat sesuai pada daerah yang bertipe iklim sedang dan agak basah dengan bulan basah 3 - 6 bulan/tahun dan bulan kering 4 - 8 bulan/tahun.
4.      Suhu dan Kelembaban
Tanaman pinang dapat tumbuh dengan baik pada suhu optimum antara 20º - 32º C. Tanaman pinang menghendaki daerah dengan kelembaban udara antara 50 – 90 %.
5.      Penyinaran.
Penyinaran yang sesuai untuk tanaman pinang berkisar antara 6-8 jam/hari. Pengaruh cahaya matahari terhadap tanaman pinang sebagai berikut:
a.       Ruas batangnya lebih pendek dibanding tanaman yang terlindung.
b.      Tanaman tidak cepat tinggi.
c.       Fisik tanaman lebih kuat.
d.      Persentase bunga untuk menjadi buah lebih besar.
Beberapa tindakan budidaya tanaman yang menyangkut faktor penyinaran adalah pengaturan tanam, jarak tanam, sistem intercropping, penggunaan naungan dan pohon pelindung, serta penambahan cahaya.
B.     TAKSONOMI
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Arecidae
Ordo: Arecales
Famili: Arecaceae (suku pinang-pinangan)
Genus: Areca
Spesies: Areca catechu L.

C.    MORFOLOGI
1.      Akar
Tanaman pinang yang baru tumbuh tunasnya berakar tunggang, namun karena perkembangan akar tersebut maka makin lama akan tumbuh akar – akar lainnya, sehingga fungsi dan bentuknya sama seperti akar serabut. Banyaknya akar serabut tergantung dari kesuburan tanah, iklim setempat dan kesuburan tanaman.

2.      Batang
Batang pinang berbentuk bulat dan tumbuh lurus, tidak bercabang dengan ketinggian bisa mencapai 18 m, bahkan ada yang mencapai 30 m dengan lingkaran batang 44 – 80 cm. pada batang pinang terdapat bekas – bekas daun yang dapat dipakai untuk menduga umur tanaman. Jumlah bekas daun baru mencapai 13 – 14 helai per meter, dan umur tanaman pinang isa mencapai 60 – 100 tahun.


3.      Bunga
Tanaman pinang mulai berbunga pada umur 4-6 tahun setelah tanam. Bunganya berbentuk rangkaian (inflorencentina), berupa tandan yang terletak di bawah pelepah daun. Setiap tandan bunga ditutupi oleh seludang (spatha) yang panjangnya rata – rata 75 cm dan lebar 45,9 cm (Usman dan Assuan, 1997, dalam Mulyawan Faisal).

4.      Buah dan Biji
Buahnya berwarna hijau ketika masih muda dan berubah menjadi jingga atau merah kekuningan setelah masak. Buahnya berbiji satu dan mempunyai kulit buah yang banyak sekali mengandung serat (Anonymous, 1998, dalam Mulyawan Faisal). Buah pinang disebut buah batu karena keras, bentuk bulat telur, panjang buah antara 3-7 cm dengan diameter buah antara 4-5 cm serta biji 1,9 cm. Buah pinang terdiri atas 3 lapisan yaitu lapisan luar (epicarp) yang tipis, lapisan tengah (mesocarp) berupa serabut dan lapisan dalam (endocarp) berupa biji.

D.    PERBANYAKAN TANAMAN SECARA GENERATIF
Secara kawin (sexual/ generatif) yaitu yang dikenal dengan perbanyakan menggunakan biji. Kelebihan dari perbanyakan secara generatif / menggunakan biji adalah :
·         Dapat dikerjakan dengan mudah
·         Biasanya lebih sehat dan hidup lebih lama
·         Memungkinkan diadakan perbaikan –perbaikan sifat tanaman lewat persilangan baru.
·         Benih lebih mudah disimpan dan dan dikirimkan.
·         Tanaman mempunyai perakaran tunggang yang dalam sehingga tahan kekeringan pada musim kemarau dan tahan rebah.
E.     PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF
Perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian dari tanaman, baik cabang, ranting, daun, batang, tunas, akar maupun daun. Cara perbanyakan ini dapat dilakukan dengan cara mencangkok, menyetek, okulasi, merunduk, dan sambung seperti tanaman tebu. Keuntungan dari perbanyakan tanaman sistem ini adalah sifat induknya sama dengan hasil turunannya. Sedangkan alasan lain dari perbanyakan secara vegetatif adalah :
-          Tanaman tidak menghasilkan atau sedikit menghasilkan biji.
-          Biji yang dihasilkan oleh tanaman sukar berkecambah.
-          Tanaman yang diperbanyak secara vegetatif akan lebih cepat berbuah dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji .
-          Tanaman akan lebih kuat bila disambungkan pada batang jenis lain.
-          Tanaman lebih ekonomis bila diperbanyak dengan vegetatif.
-          Tanaman lebih tahan suhu dingin bila disambungkan pada batang jenis tanaman lain.

Perbanyakan vegetatif tidak hanya menyetek, mencangkok dan menyambung saja tetapi masih ada cara-cara lainnya. Secara garis besar perbanyakan vegetatif dibagi :
·         Perbanyakan vegetatif dengan menggunakan bagian-bagian khusus tanaman ( tidak terjadi perbaikan sifat tanaman )
·         Perbanyakan vegetatif secara buatan ( tidak perbaikan sifat tanaman ,contoh dengan stek,dan mencangkok )
·         Perbanyakan vegetatif secara buatan ( dapat memperbaiki sifat tanaman contoh dengan menyambung ).
F.     PEMELIHARAAN TANAMAN
Untuk memperoleh hasil yang maksimal maka yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1.      Penyisipan tanaman
Penyisipan dilakukan terhadap tanaman pinang yang mati atau tanaman tidak sehat sebaiknya tanaman dicadangkan 5 % dari jumlah total populasi per hektar.
2.      Pemupukan tanaman
Pemupukan tanaman dilakukan dua kali dalam 1 tahun yaitu pada awal musim penghujan dan pada akhir musim penghujan. Dosis pupuk untuk tanaman yang berumur 4 tahun keatas (tanaman mulai berbunga) adalah: 100 g N; 40 g P2O5; dan 140 g K2O (setara dengan 220 g urea; 80 g TSP; dan 240 KCL) dan 12 kg kompos atau pupuk kandang per pohon per tahun. Untuk tanaman muda berumur 1 tahun (tanaman baru dipindahkan ke lapangan) sampai 3 tahun, dosis pupuk masing-masing 25 %, 50 % dan 75 % dari dosis tanaman mulai berbunga.
3.      Penyiangan gulma.
Penyiangan dilakukan agar tanaman terbebas dari gangguan gulma. Diusahakan agar disekitar batang (daerah piringan) dengan diameter 0,5 sampai 2,0 m tidak ada rumput/gulma yang tumbuhnya melewati pohon pinang. Pengendalian gulma ini dilakukan setiap dua bulan.
§  Strip weeding
Strip weeding artinya membersihkan gulma di sepanjang barisan tanaman hingga bersih. Lebar yang dibersihkan cukup 1 m secara memanjang sesuai barisan tanaman. Alat yang digunakan cangkul, tajak, sabit, Selain itu gulma dapat diberantas dengan bahan kimia. Kegiatan ini dilakukan hingga lima kali setahun secara berulang-ulang. Pinang yang sudah berumur 1-4 tahun cukup dilakukan pembersihan dua kali setahun.
§  Strip spraying
Srtip spraying artinya membersihkan gulma sepanjang barisan tanaman dengan cara penyemprotan herbisida seperti : Paracol dengan konsentrasi 1,2-1,5 l/400 l air/ha dan Gramozone dengan konsentrasi 1,2-1,5 l/400 l air/ha. Kegiatan ini untuk tanaman yang sudah berumur setahun atau lebih. Untuk tanaman yang sudah berumur 2-3 tahun dapat dilakukan dua kali setahun. Lebar jalur Strip spraying cukup 1,5 m, yaitu masing-masing 73 cm dari kanan-kiri batang memanjang sesuai barisan tanaman.
§  Penyiangan bundaran pohon (ring weeding)
Penyiangan dilakukan di sekeliling pohon dengan radius 75-150 cm tergantung besarnya pohon.




4.      Pengairan
Tanaman pinang sangat peka terhadap kekeringan, oleh sebab itu penting dilakukan pada daerah yang memiliki musim kering panjang. Tanaman perlu diairi sekali dalam 4-7 hari tergantung jenis tanah dan iklim.
5.      Pengendalian Organisme Pengganggu.
Sebagai tanaman perkebunan lainnya, tanaman pinang tidak dapat terhindar dari berbagai serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Beberapa hama dan penyakit penting pada tanaman pinang mulai dari pembibitan sampai di gudang penyimpanan yang perlu diketahui.

G.    PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
H a m a
1.      Bagworms. 
Penyebab adalah Manatha albipes Moore. Ditemukan di bagian bawah daun dan membuat sejumlah lobang-lobang kecil.
2.      Termit atau rayap.
Termit dapat menyerang benih atau bibit pada musim kemarau. Serangan pada bibit dimulai pada pangkal batang, sehingga bagian pucuk menjadi layu dan lama kelamaan tanaman mati. Pengendalian rayap dapat dilakukan dengan menutup bagian pangkal batang dengan pasir ataupun secara kimiawi menggunakan insektisida Aldrin.
3.      Belalang (Aularches miliaris Linn)
Menyerang lamina daun sehingga meyebabkan daun berlubang.
4.      Kutu (mite)
Dikenal 3 jenis kutu menyerang tanaman pinang. Kutu merah (Raolella indica Hirst) dan kutu putih (Oligonychus Indicus Hirst). Kutu oranye, Kutu merah dan Kutu putih hidup berkelompok di bawah daun dan mengisap cairan di daun mengakibatkan daun berwarna kekuningan, coklat dan akhirnya mengering. Kutu oranye (Dolichotetranychus sp.) menyerang buah yang masih muda dan bersembunyi dibagian dalam perianth buah serta mengisap cairan, sehingga buah akan gugur Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan Kelthan 1.86 ml/l air ataupun penggunaan predator antara lain Chilocorus sp.

5.      Kepik (Carvalhoia arecae Miller and China)
Kepik ditemukan berkumpul di bagian ujung ketiak daun. Kepik dewasa berwarna hitam dan Kepik muda berwarna hijau kekuningan, keduanya mengisap cairan pada bagian spindle sehingga pertumbuhan tidak normal. Daun yang telah diisap nampak garis-garis nekrotik berwarna coklat tua lama kelamaan daun mengering dan patah. Pengendalian dilakukan dengan insektisida sistemik Sevin 4G dengan dosis 10 g per tanaman setiap 3 bulan.
6.      Tempayak akar (Leucopholis burmeisteri Brenske) 
Tempayak akar atau dikenal tempayak putih merupakan hama yang cukup merugikan tanaman pinang. Bentuk hama ini seperti hurup ”V” serta tubuh lembut dengan kaki berbulu warna coklat.
7.      Ulat bunga (Tirathaba mundella Walk)
Ulat bunga menyerang mayang dengan mengisap cairan dalam bunga. Ulat dewasa meletakan telurnya pada bagian spatha. Sehingga Spadix tidak dapat membuka dengan sempurna. Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan Endre x 20 EC 0.125 % atau Malathion 50 % EC dengan dosis 2 ml / l air
8.      Gugur buah muda
Gugur buah muda disebabkan oleh kepik Pentatomid (Halyomorpha marmorea F). Buah pinang yang ditusuk dengan belalai akan mengeluarkan cairan. Buah yang ditusuk akan berwarna hitam pada permukaan kulit buah dan dagingn buah akan berwarna coklat gelap. Gejala ini akan berkembang terus sehingga menyebabkan buah gugur. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan menyemprot Endosulfan 0.05% pada tandan.
9.      Kumbang pinang (Coccotrypes carpophagus Horn).
Kumbang pinang dewasa menyebabkan kerusakan dengan menggerek buah sehingga berlubang sampai pada bagian biji. Besar lubang gerekan kira-kira berdiameter 0.6 - 1.0 mm.
10.  Coffee bean weevil (Araecerus fasculatus D.) 
Coffee bean weevil menyerang biji pinang yang mengakibatkan buah berlubang sebesar 1.5 - 2.5 mm. Hama ini ditemukan pada buah pinang di bagian dalam perianth. Musuh alami adalah parasit Anisopteromatus calandra Howard.

11.  Kumbang sigaret (Lasioderma serricome F.)
Kumbang dewasa berwarna coklat kekuningan dengan bulu-bulu bercahaya . Kumbang ini menggerek buah dan bekas gerekannya terlihat seperti tepung . Musuh alaminya yaitu parasit Anisopteromatus calandrae Howard.
12.  Ngengat padi (Corcyra cephalonica Stainton) 
Ngengat membuat rongga-rongga didalam buah pinang dan memakan daging buahnya. Pengendalian hama gudang ini dengan mengguunakan tablet phostoxin dengan dosis 800 g/1000 cm³ luas gudang.
Penyakit 
1.      Bercak daun menguning (yellow leaf spot)
Penyebabnya penyakit brtcak daun adalah cendawan Curvularia sp. Gejala pada lamina daun, terlihat bercak-bercak kuning 3-10 mm diameter. Infeksi lanjut dapat menyebabkan kematian bibit. Penyemprotan dengan Dithane dapat mengurangi serangan.
2.      Leaf blight.
Penyebabnya adalah Pestalotia palmarum Cooke. Gejala penyakit berupa bercak-bercak coklat kekuningan pada helaian daun. Pemupukan N dan K2O ataupun dengan pemberian naungan dapat menekan penyakit.
3.      Karat merah daun (red rust)
Penyebabnya yaitu Cephaleuros sp. Cendawan ini menginfeksi batang dan daun. Sehingga terlihat bercak tak beraturan pada bagian batang dan daun yang berwarna kekuningan. Untuk menghindari perlu dibuat naungan secukupnya.
4.      Busuk akar/pangkal batang (root/collar rot)
Penyebabnya adalah cendawan Fusarium sp. dan Rhizoctoria sp. Penyakit ini biasanya terlihat di pembibitan dengan sistim drainase jelek. Serangan cendawan ini mengakibatkan tanaman layu.
5.      Busuk buah (fruit rot)
Penyebabnya adalah Phytopthora arecae. Gejala bercak basah terlihat pada permukaan buah dekat kelopak bunga (perianth). Bercak ini akan menyebar sehingga warna buah berubah menjadi hijau tua. Jika bercak mencapai bagian apikal buah maka akan menyebabkan buah gugur. Pengendalian secara kimia dapat di lakukan dengan fungisida Copper oxychlorride serta fitosanitasi (pembersihan) kebun. Pengendalian lainnya dengan melakukan fotosanitasi pada kebun-kebun.
6.      Busuk pucuk (bud rof)
Penyebabnya sama dengan penyakit busuk buah. Yaitu P. Arecal. Bagian yang diserang adalah pangkal spidel pangkal spindle berwarna berangsur bagian yang terinfeksi serangan berat menyebabkan kuning coklat pucuk membusuk dengan bau khas. Pembersihan lokasi pertanaman dari tanaman terserang akan mencegah penyebaran penyakit.
7.      Daun menguning (yellow leaf disease)
Penyebabnya adalah mycoplasm like organism (MLO). Daun yang terserang memperlihatkan warna kekuningan dan terdapat garis-garis nekrotik. Pada lamina daun. Pertumbuhan daun akan mengecil sehingga produksi buah menurun. Daging buah berwarna kehitaman. Pengendalian dengan cara terpadu dengan pemupukan, penggunaan fungisida 2 g phorate granula per pohon serta fitosanitasi.
8.      Busuk kaki (foot rot)
Penyebabnya adalah Ganoderma lucidum. Munculnya penyakit ini karena kurang pemeliharaan kebun, drainase jelek. Tanaman yang terserang menunjukan gejala kekeringan dimana daun menguning, terkulai dan akhirnya patah. Infeksi lanjut yaitu batang terlihat bercak coklat tidak beraturan dan mengeluarkan cairan. Akar tanaman akan membusuk. Untuk menghindari perlu pengaturan sistim drainase, kebersihan kebun. Bebeberapa mikroorganisme antagonis seperti Trichoderma sp, Streptomyces sp. dapat menjadi agen hayati pengendalian penyakit ini.
9.      Die back pembungaan dan bubur buah.
Cooletotrichum gloesporioides berasosiasi dengan penyakit ini. Gejalanya terlihat tulang daun menguning dan terlihat mengering mulai ujung daun sampai ke arah pangkal. Bunga betina akan gugur. Faktor lainnya yang menyebabkan gugur buah adalah kegagalan polinasi, kandungan unsur hara kurang, cekaman air dan temperatur atupun faktor fisiologis. Pengendalian dengan fungisida Dithane 4 g/L air pada 2 tahap yaitu dilakukan pada saat bunga betina terbuka dan pada 20-24 hari berikutnya.


10.  Bacterial leaf stripe.
Penyebab yaitu Xanthomonas campestris pv. Arecae. Gejala daun terlihat bercak-bercak selebar 0.5-1.0 cm. Permukaan bagian bawah daun ditutupi oleh bakteri. Daun yang terserang menimbulkan bercak yang tidak teratur berwarna putih keabuan atau kekuningan. Penyemprotan dengan antibiotik tetracyclin 1 g/2 L air yang dilakukan setiap 2 minggu.
11.  Mengecil (Band)
Penyebab penyakit ini belum diketahui. Gejalanya yaitu daun menjadi pendek, mengecil dan berbentuk sapu. Warna daun menjadi hijau tua, batang meruncing dan jarak antar ruas batang memendek. Mahkota pohon bentuk seperti berbunga mawar, sehingga pembungaan menjadi tidak sempurna, dan produksi buah menurun. Pengendalian penyakit dilakukan dengan perbaikan drainase, penggemburan tanah. Pemberian campuran Copper sulfat dengan kapur perbandingan 1 : 1 dengan dosis 225 g per pohon per 6 bulan dapat memperbaiki kondisi lingkungan tumbuh.
12.  Batang berdarah (stem bleeding)
Penyebabnya adalah Thielaviopsis paradoxa Von Hohn (Ceralostomelia paradoxa). Terjadi perobahan warna pada bagian yang terinfeksi di bagian batang dan jaringan lembut serta mengeluarkan cairan berwarna coklat gelap. Dugaan bahwa penyakit ini berkembang akibat air tanah yang dangkal dan drainase jelek. Untuk menghindari serangan hama Xyleborus sp. Yang dapat masuk melalui lobang tersebut dilakukan penempelan dengan tar dan insektisida.
13.  Buah retak (nut splitting)
Penyebabnya karena ketidak seimbangan fisiologis. Karakteristik penyakit ini terlihat dari buah pinang yang retak-retak. Gejala yang dimulai dengan buah kekuningan ketika buah setengah matang atau tiga per empat bagian matang. Perbaikan drainase dan penyemprotan dengan Borax 2 g/1 l air pada tahap awal dapat menekan serangan penyakit. Umumnya buah pinang akan terserang penyakit pada saat panen, prosesing sampai penyimpanan. Sumber infeksi terutama berasal dari :
a.       Infeksi pada tanaman. Buah pinang yang berasal dari tanaman terserang penyakit buah pecah (nut spliting) akan mudah terserang juga oleh organisme sekunder seperti: Aspergiles sp., Penicilium sp.

b). Infeksi selama panen dan prosesing. Buah pinang yang biasanya panen kemudian terjatuh ketanah sering ditemukan adanya infeksi ke buah tersebut. Jenis cendawan yang ditemukan seperti Aspergillus niger, A. Flavus, Botryodiplodia theobromae dan Rhizopos sp. Kurangnya pemanasan selama proeses pengeringan awal tentu akan memudahkan tumbuhnya cendawan-cendawan tertentu.
b.      Infeksi selama pengangkutan dan penyimpanan. Buah pinang yang dipanen dan keranjang yang digunakan untuk menampung harus bersih. Demikian pula pada penyimpanan di gudang haruslah dalam keadaan yang terkontrol. Cendawan yang sering ditemukan pada proses pasca panen adalah Aspergillus niger arecae, Subramanella arecae. Perlu diketahui untuk pengendalian penyakit selama panen sampai di gudang yang perlu diketahui adalah : menghindari kontak langsung buah pinang dengan tanah, buah pinang sebaiknya dimasukan ke dalam karung goni polyetylen dan melakukan fumigasi ruang penyimpanan dengan ethylene dibromide.

H.    PANEN DAN PASCA PANEN
Panen:
Panen dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1)      Panen buah masak penuh.
Panen dapat dilakukan pada buah yang menjelang masak atau sudah masak. Tanda buah siap panen adalah warna kulit berwarna kuning atau kemerahan. Panen dapat dilakukan setiap bulan dengan menggilir beberapa kelompok tanaman. Pada skala usaha luas 1 ha, panen dapat diatur sekali sebulan dengan produksi rata-rata 400 kg biji pinang kering.

2)      Panen buah muda.
Pinang kacung 110Panen dilakukan saat buah masih berwarna hijau tua atau berumur antara 7-8 bulan (Gambar 4). Biasanya buah yang dipanen cara seperti ini, dalam proses pasca panen melalui perebusan sehingga buah akan mengeras dan tidak mudah terserang hama/penyakit.

Pasca panen
Penanganan pasca panen buah pinang :
·         Buah pinang dibersihkan dari kotoran/tanah yang terbawa, kemudian dibelah menjadi dua bagian, agar lebih cepat mengering.
·         Pengeringan dengan panas sinar matahari.
·         Setelah kering, biji dikeluarkan dari kulitnya dengan cara dicungkil.
·         Biji dijemur dengan panas sinar matahari selama empat hari (± 50 jam)
·         Setelah kering, simpan dalam karung dan diletakkan dalam gudang yang bersih.





BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Tanaman Pinang (Areca catechu L.) telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sejak dulu, khususnya buahnya yang digunakan untuk campuran makan sirih. Orang yang makan buah pinang diyakini memiliki gigi yang kuat meski usia telah lanjut. Tanaman pinang mudah tumbuh di Indonesia. Biasanya tanaman ini ditanam di pekarangan rumah, taman, atau tumbuh di pinggir sungai. Bentuknya yang indah dengan tinggi pohon 10-30 meter memang cocok digunakan untuk penghias. Tak heran jika di ruas-ruas jalan tertentu, tanaman ini banyak ditanam berjejer. Selain untuk keindahan kota, juga bisa berfungsi untuk penghijauan. Budidaya tanaman ini dilakukan dengan cara menanam bijinya yang sudah cukup masak. Sebelumnya biji itu disemai dan ditanam di plastik (polybag). Saat masih kecil, tanaman pinang bisa digunakan sebagai penghias di dalam rumah. Ketika batangnya sudah makin besar, sebaiknya ditanam di luar rumah.
Pinang memiliki nama yang berbeda di sejumlah daerah. Di Jawa Barat, orang menyebutnya jambe, penang atau wohan. Di Sumatera, tanaman ini memiliki banyak nama. Ada yang mengenalnya sebagai pinang, pineng, pineung, batang mayang, batang bongkah, batang pining, batang pinang, dan boni. Baik biji, buah, maupun sabutnya bisa dimanfaatkan, khususnya untuk pengobatan. Pengobatan dengan buah tanaman ini sudah cukup terkenal sejak zaman dulu

B.     SARAN
Dalam penyelesaian makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka penulis mengharapkan kirik dan saran dari pembaca guna perbaikan untuk kali yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

1.      http://cerianet-agricultur.blogspot.com/2008/12/budidaya-pinang.html
2.      http://pakkatnews.com/budidaya-tanaman-pinang.html
3.      http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/03/taksonomi-dan-morfologi-pinang-sirih.html
4.      http://ediyunasri.blogspot.com/2012/10/generatif-dan-vegetatif.html
5.      http://ditjenbun.deptan.go.id/budtanreyar/index.php?option=com_content&view=article&id=33:kiat-membudidayakan-pinang-sirih&catid=6:iptek&Itemid=47


Post a Comment for "Tanaman Pinang"