Tekanan Dalam Kandungan Cerna
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Tekanan (disimbolkan dengan huruf P)
didefenisikan sebagai gaya per satuan luas. Satuannya adalah N/m2,
yang di dalam sistim satuan SI dinyatakan dengan Pascal atau Pa. Di dalam dunia
medis satuan tekanan dinyatakan dalam millimeter mercuri atau disingkat dengan
mmHg. Tekanan atmosfer lingkungan kita adalah 760 mmHg. Atmosfer memiliki
tekanan sebesar 1 atm (atm adalah singkatan dari atmosfer). Jadi 1 atm = 760
mmHg. Karena kita hidup di lingkungan atmosfer, maka pengukuran tekanan apapun
dihitung relatif terhadap tekanan atmosfer.
Ada sejumlah tempat di dalam tubuh yang
tekanannya relatif lebih kecil dari tekanan atmosfer (atau bernilai negatif).
Sebagai contoh, ketika kita bernafas (menarik nafas), tekanan di dalam paru-paru
kita harus lebih kecil dari tekanan udara luar (atmosfer) agar supaya udara di
lingkungan kita dapat mengalir ke dalam paru-paru. Ketika seseorang minum air
dari sebuah gelas dengan menggunakan sedotan, tekanan di dalam mulutnya harus
jauh lebih kecil dari tekanan atmosfer di sekitar gelas agar air di dalam gelas
tersebut dapat mengalir ke dalam mulut.
Di dalam tubuh kita, jantung berperan
sebagai sebuah pompa yang dapat menghasilkan tekanan yang betul-betul tinggi
(~100 sampai 140 mmHg) untuk menghasilkan gaya dorong yang besar agar darah
dapat didorong mengalir dari paru-paru ke seluruh tubuh melalui arteri. Darah
yang telah dialirkan ke seluruh tubuh akan dialirkan kembali ke paru-paru
melalui venous (pembuluh darah), oleh karena itu tekanan pada venous harus
betul-betul cukup kecil agar darah (khususnya pada bagian tubuh yang paling
bawah seperti kaki) dapat disedot kembali ke dalam jantung. Kegagalan dalam
menyedot kembali darah yang telah dialirkan ke wilayah kaki ini sering
menghasilkan pembengkakan pada pembuluh darah (veins).
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
tekanan dalam saluran cerna?
2. Bagaimana
fisiolofi sistem pencernaan?
3. Bagaimana
proses pencernaan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
TEKANAN PADA SISTEM
PENCERNAAN
Sistim pencernaan memiliki pintu masukan, yaitu melalui mulut dan
menuju ke persambungan antara kerongkongan dan lambung (stomach-esophagus
junction), dan pintu pengeluaran melalui anus (anal sphincter).
Panjang sistim pencernaan manusia dari mulut sampai anus lebih kurang 6 m.
Sistim pencernaan dilengkapi dengan katub-katub (valves) yang berperan
sebagai pembuka dan penutup sehingga sistim pencernaan berproses dengan
sempurna. Katub di dalam usus berperan untuk meratakan penyaluran (pengaliran)
makanan di dalamnya. Katub-katub terdapat pada antara lambung dan usus kecil (pylorus;
yang berperan untuk menghidari aliran makanan dari usus kecil kembali ke
lambung) dan antara usus kecil dan usus besar (valve between small and
large intestine). Pada beberapa kejadian aliran penyaluran terbalik dapat
saja terjadi, seperti pada saat muntah, aliran makanan berbalik dari yang
normalnya.
Tekanan di dalam lambung dan usus (bagian-bagian dari
sistim pencernaan) lebih besar dari pada tekanan atmosfer. Makanan yang dimakan
(setelah kenyang) meningkatkan tekanan pada sistim pencernaan. Pertambahan
tekanan ini ditandai dengan semakin tegangnya kulit perut.
Di samping itu, pada saat makan biasanya udara yang sempat
dihirup melalui pernafasan tertahan dan terjebak di dalam tubuh. Udara yang
terjebak ini menambah tekanan secara signifikan pada sistim pencernaan. Tekanan
di dalam sistim pencernaan dapat juga dibangkitkan oleh gas-gas yang dihasilkan
oleh bakteri-bakteri yang terdapat di dalam usus. Gas-gas ini umumnya
dikeluarkan dalam bentuk kentut (flatus).
Kadang-kadang suatu bentuk penyumbatan terjadi pada katub
antara usus besar dan usus kecil dan membangkitkan tekanan yang berlebihan
sehingga menghalangi organ pembuluh darah yang ada di perut untuk mengalirkan
darah ke organ-organ penting di dalamnya. Jika tekanan yang terjadi ini menjadi
cukup besar akan menghentikan mekanisme sistim aliran darah di dalam perut yang
dapat berakibat pada kematian. Suatu teknik intubation (memasukkan
pipa kecil melalui hidung, lambung dan usus) biasanya dilakukan untuk
mengurangi tekanan tersebut. Jika usaha ini gagal, selanjutnya diatasi dengan
melakukan pembedahan. Penambahan tekanan yang besar di dalam usus akan
menyebabkan resiko infeksi pada dinding usus, karena tekanan yang besar akan
menyebabkan dinding usus cenderung robek atau retak-retak seperti teriris
terluka kecil, dan gas-gas yang terjebak di dalam usus akan dengan cepat
menyebar dan memasuki luka-luka tersebut. Resiko ini dapat direduksi dengan
melakukan pembedahan di ruangan bertekanan tinggi, dimana tekanan ruangan lebih
tinggi dari tekanan usus penderita.
B.
FISIOLOGI PENCERNAAN
Fungsi utama sistem pencernaan adalah untuk
memindahkan zat gizi atau nutrien, air, dan elektrolit dari makanan yang kita
makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Dimana dalam proses memindahkan zat tersebut
sistem pencernaan melaksanakan 4 proses dasar, yaitu motilitas, digesti,
absorpsi dan sekresi.
1.
MOTILITAS
Motilitas adalah kontraksi otot yang
mencampur dan mendorong isi saluran pencernaan, otot polos di dinding saluran
pencernaan secara terus menerus berkontraksi dengan kekuatan rendah yang
disebut dengan tonus. Tonus ini sangat penting untuk mempertahankan agar
tekanan pada isi saluran pencernaan tetap dan untuk mencegah dinding saluran
pencernaan melebar secara permanen setelah mengalami distensi.
Dalam proses motilitas terjadi dua
gerakan yaitu gerakan propulsif dan gerakan mencampur. Gerakan propulsif yaitu
gerakan mendorong atau memajukan isi saluran pencernaan sehingga berpindah
tempat ke segmen berikutnya, dimana gerakan ini pada setiap segmen akan berbeda
tingkat kecepatannya sesuai dengan fungsi dari regio saluran pencernaan,
contohnya gerakan propulsif yang mendorong makanan melalui esofagus berlangsung
cepat karena struktur ini hanya berfungsi sebagai tempat lewat makanan dari
mulut ke lambung tapi sebaliknya di usus halus tempat utama berlangsungnya
pencernaan dan penyerapan makanan bergerak sangat lambat sehingga tersedia
waktu untuk proses penguraian dan penyerapan makanan. Gerakan kedua adalah
gerakan mencampur, gerakan ini mempunyai 2 fungsi yaitu mencampur makanan
dengan getah pencernaan dan mempermudah penyerapan pada usus.
Yang berperan dalam kedua gerakan
ini salah satunya yaitu muskularis eksterna suatu lapisan otot polos utama di
saluran pencernaan yang mengelilingi submukosa. Di sebagian besar saluran
pencernaan lapisan ini terdiri dari dua bagian yaitu lapisan sirkuler dalam dan
lapisan longitudinal luar. Serat-serat lapisan otot polos bagian dalam berjalan
sirkuler mengelilingi saluran, kontraksi serat-serat sirkuler ini menyebabkan
kontriksi, sedangkan kontraksi serat-serat di lapisan luar yang berjalan secara
longitudinal menyebabkan saluran memendek, aktivitas kontraktil lapisan otot
polos ini menghasilkan gerakan propulsif dan mencampur.
2.
DIGESTI
Digesti merupakan proses penguraian
makanan dari struktur yang kompleks menjadi satuan-satuan yang lebih kecil
sehingga dapat diserap oleh enzim-enzim yang diproduksi didalam sistem
pencernaan. Karbohidrat, protein dan lemak merupakan molekul-molekul besar yang
tidak dapat menembus membran plasma utuh untuk diserap dari lumen saluran
pencernaan ke dalam darah atau limfe sehingga diperlukan proses pencernaan
untuk menguraikan molekul-molekul tersebut.
3.
ABSORPSI
Setelah proses digesti molekul-molekul yang telah
menjadi satuan-satuan kecil dapat diabsorpsi bersama dengan air, vitamin, dan
elektrolit, dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau limfe. Absorpsi
sebagian besar terjadi di usus halus.
4.
SEKRESI
Sejumlah getah pencernaan disekresikan ke lumen
saluran pencernaan oleh kelenjar eksokrin. Sekresi pencernaan terdiri dari air,
elektrolit, enzim, garam empedu atau mukus.
C.
PROSES PENCERNAAN
1.
MULUT
Pintu masuk pertama ke saluran pencernaan adalah
melalui mulut atau rongga oral, makanan akan dihancurkan dengan dikunyah yang melibatkan
seluruh organ dalam mulut, yaitu :
a.
Gigi
Langkah pertama dalam proses pencernaan adalah
mastikasi atau mengunyah. Motilitas mulut yang melibatkan pemotongan,
perobekan, penggilingan, dan pencampuran makanan adalah oleh gigi.
b.
Lidah
Lidah membentuk dasar rongga mulut, terdiri dari otot
rangka yang dikontrol secara volunter, pergerakannya penting untuk memandu
makanan didalam mulut sewaktu mengunyah dan menelan. Di lidah terdapat
papil-papil pengecap (taste buds) yang juga tersebar di palatum mole, tenggorokan
dan dinding dalam pipi.
c.
Kelenjar saliva
Kelenjar saliva utama yaitu kelenjar sublingual,
submandibula, dan parotis yang terletak di luar rongga mulut dan menyalurkan
air liur melalui duktud-duktus pendek ke dalam mulut. Selain itu, terdapat kelenjar
saliva minor yaitu kelenjar bukal di lapisan mukosa pipi.
d.
Palatum
Palatum membentuk atap lengkung rongga mulut,
memisahkan mulut dari saluran hidung. Keberadaannya memungkinkan bernapas dan
mengunyah berlangsung bersamaan.
e.
Uvula
Uvula terletak di bagian belakang palatum dekat
tenggorokan yaitu suatu tonjolan menggantung dari palatum mole (langit-langit
lunak), yang berperan penting untuk menutup saluran hidung ketika menelan.
2.
FARING DAN ESOFAGUS
Motilitas yang berkaitan dengan
faring dan esofagus adalah menelan atau deglutition. Menelan dimulai ketika
bolus didorong oleh lidah ke bagian belakang mulut menuju faring. Tekanan bolus
di faring merangsang reseptor tekanan di faring yang kemudian mengirim impuls
aferen ke pusat menelan di medula. Pusat menelan kemudian secara refleks
mengaktifkan serangkaian otot yang terlibat dalam proses menelan. Menelan
dimulai secara volunter, tetapi setelah dimulai proses tersebut tidak dapat
dihentikan.
Menelan dibagi menjadi dua tahap yaitu :
a.
Tahap Orofaring
Tahap orofaring berlangsung sekitar satu detik dan
berupa perpindahan bolus dari mulut melalui faring dan masuk ke esofagus, saat
menelan ini bolus harus diarahkan ke dalam esofagus dan dicegah untuk masuk ke
saluran lain seperti kembali ke mulut, masuk ke saluran hidung, atau masuk ke
trakea.
b.
Tahap Esofagus
Pusat menelan memulai gelombang peristaltik primer
yang mengalir dari pangkal ke ujung esofagus, mendorong bolus didepannya
melewati esopagus ke lambung. Peristaltik mengacu pada kontraksi berbentuk
cincin otot polos sirkuler yang bergerak secara progresif ke depan dengan
gerakan mengosongkan, mendorong bolus di depan kontraksi. Dengan demikian
pendorongan makanan melalui esopagus adalah proses aktif yang tidak
mengandalkan gravitasi.
3.
LAMBUNG
Lambung terbagi menjadi beberapa
bagian yaitu fundus adalah bagian lambung yang terletak di atas lubang
esofagus, korpus yaitu bagian tengah atau utama lambung, lambung bagian bawah
yaitu antrum, bagian akhir lambung adalah sfingter pilorus, yang berfungsi
sebagai sawar antara lambung dan bagian atas usus halus, duodenum.
4.
USUS HALUS
Usus halus terbagi menjadi tiga segmen yaitu Duodenum,
Jejenum dan Ilieum. Pada usus halus ini terjadi sebagian besar pencernaan dan
penyerapan.
5.
USUS BESAR
Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks dan
rektum. Rata-rata kolon menerima sekitar 500 ml kimus dari usus halus setiap
harinya, isi usus yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang
tidak dapat dicerna (misal selulosa), komponen empedu yang tidak diserap dan
sisa cairan, bahan ini akhirnya yang disebut feses.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Sistim pencernaan memiliki pintu masukan, yaitu melalui mulut dan
menuju ke persambungan antara kerongkongan dan lambung (stomach-esophagus
junction), dan pintu pengeluaran melalui anus (anal sphincter).
Panjang sistim pencernaan manusia dari mulut sampai anus lebih kurang 6 m.
Sistim pencernaan dilengkapi dengan katub-katub (valves) yang berperan
sebagai pembuka dan penutup sehingga sistim pencernaan berproses dengan
sempurna. Katub di dalam usus berperan untuk meratakan penyaluran (pengaliran)
makanan di dalamnya.
Katub-katub terdapat pada antara lambung dan usus kecil (pylorus;
yang berperan untuk menghidari aliran makanan dari usus kecil kembali ke
lambung) dan antara usus kecil dan usus besar (valve between small and
large intestine). Pada beberapa kejadian aliran penyaluran terbalik dapat
saja terjadi, seperti pada saat muntah, aliran makanan berbalik dari yang
normalnya.
B.
SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah masih jauh dari
sempurna. Maka penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
- J.F. Gabriel, Fisika Kedokteran Jakarta :
Penerbit EGC
- John R. Cameron , Fisika tubuh Manusia Jakarta :
Penerbit EGC
- Fisika Science untuk Keperawatan, Jakarta :
Penebit EGC
- Fisika Kesehatan, Penerbit UNS, Biomekanika
Post a Comment for "Tekanan Dalam Kandungan Cerna"