Tingkah Laku Verbal dan non Verbal
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Komunikasi
adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok.
Dalam kehidupan sehari-hari di sadari atau tidak disadari komunikasi adalah
bagian dari kehidupan manusia itu sendiri, paling tidak sejak ia dilahikan
sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Gerak dan tangis yang pertama pada
saat ia dilahirkan adalah tanda komunikasi.
Sementara
itu, untuk menjalin rasa kemanusiaan yang akrab diperlukan saling pengertian
sesame anggota masyarakat. Dalam hal ini, faktor komunikasi memainkan peran
penting, apalagi bagi manusia modern, manusia modern yaitu manusia yang cara
berpikirnya tidak spekulatif, tetapi berdasarkan logika dan rasional
(penalaran) dalam melaksanakan segala kegiatan dan aktivitasnya. Kegiatan dan
aktivitasnya itu akan terselenggara dengan baik melalui proses komunikasi antar
manusia. Komunikasi telah menjadi bahan dari kehidupan manusia.
Berhasilnya suatu
komunikasi ialah apabila kita mengetahui dan mempelajari unsur-unsur yang terkandung
dalam proses komunikasi. Unsur-unsur yang di maksud adalah sumber (resource),
pesan (message), saluran (chanel, media) dan penerima (receiver, audience).
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan keterampilan observasi?
2.
Apa pengertian dari tingkah laku verbal dan non
verbal?
3.
Bagaimana cara membina hubungan yang baik dengan
klien?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. TINGKAH LAKU VERBAL DAN NON VERBAL
Seorang
Bidan dituntut untuk melatih kepekaan melalui empati yang dimiliki. Dengan
kepekaan yang dimilikinya, ia akan mampu melakukan pengamatan (observasi).
Kepekaan tersebut tercermin dari cara ia mengamati tingkah laku klien baik
verbal maupun nonverbal. Tingkah
laku verbal dan nonverbal merupakan obyek untuk melakukan observasi atau
pengamatan obyektif, meskipun tingkah laku verbal dan nonverbal dapat berdiri
sendiri akan tetapi pada kenyataannya verbal dan nonverbal tidak dapat
dipisahkan, saling menguatkan arti yang sebenarnya dari suatu tingkah laku.
Melalui kepekaan pengamatan obyektf (observasi) merupakan keterampilan dasar
dalam membina hubungan komunikasi efktif.
TINGKAH
LAKU VERBAL
Tingkah laku vebal merupakan perbuatan
atau perilaku yang ditunjukkan melalui bahasa atau kata-kata baik secara lisan
maupun tulisan.Kata-kata memiliki kekuatan yang sangat besar. Bahasa memiliki banyak fungsi, namun
ada tiga fungsi yang erat hubungannya dalam menciptakan komunikasi yang
efektif. Ketiga fungsi tersebut adalah untuk mempelajari tentang dunia
disekeliling kita , untuk membina hubungan yang baik diantaranya sesame manusia
dan untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia.
Aspek tingkah laku
verbal adalah :
1. Perbendaharaan
kata-kata (vocabulary), komunikasi tidak akan berhasil jika pengirim pesan
tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang dilakukan
oleh bidan, sehingga kadang klien menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti
petunjuk atau informasi yang diberikan oleh bidan oleh karena itu bidan
diharapkan dapat menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti klien.
2. Kecepatan
(racing)
Keberhasilan komunikasi
verbal dipengaruhi oleh kecepatan bicara dan tempo bicara yang tepat.
3. Intonasi
suara
Suara mampu
mempengaruhi arti pesan.Nada suara pembicaraan mempunyai dampak yang besar
terhadap arti pesan yang dikirimkan.Bidan harus dapat mengobservasi inrtonasi
nada suara klien mengutarakan keadaannya.
4. Humor
Humor merupakan salah
satu item yang diperlukan untuk menjadi seorang excellent communicator.Humor
dapat meningkatkan keberhasilan bodan dalam memberikan dukungan emosional
terhadap klien.Seseorang bahagia/senang bisa kita perhatikan dari ekspresi
wajahnya yang tersenyum dan tertawa.
5. Waktu
yang tepat dan singkat
Komunikasi berlangsung
efektif, sederhana, pendek dengan waktu yang tepat dan singkat sehingga pesan
yang disampaikan dapat langsung diterima oleh klien. Yang harus dilakukan bidan dalam
melakukan pengamatan tingkah laku verbal adalah bagaimana klien beralih topic,
kata-kata kunci yang digunakan, penjelasan-penjelasan yang disammpaikan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Yang termasuk tingkah laku verbal :
a. Semua
suara-suara yang bermakna dari konselor atau klien lain, misalnya saat klien
mengatakan “Saya bersedia melaksanakan semua anjuran yang telah diberikan bidan”.
b. Ungkapan-ungkapan
seperti penjelasan secara rinci, saling memberi, saling mmemuji, dan mengajukan
pertanyaan langsung.
c. Beralih
topik.
d. Kata-kata
kunci.
e. Pengeluaran
kata-kata penting yang telah diungkapkan oleh klien.
TINGKAH
LAKU NONVERBAL
Tingkah laku nonverbal memainkan peranan
utama dalam perkembangan suatu hubungan.Karena tingkah laku nonverbal juga
merupakan saluran utama yang digunakan untuk mengkomunikasikan perasaan dan
sikap kita.Tingkah laku nonverbal merupakan tingkah laku dalam bentuk bahasa
tubuh yang meliputi isyarat, pergerakan tubuh dan penampilan fisik. Bidan harus
dapat melakukan pengamatan terhadap tingkah laku nonverbal dengan memperhatikan
bagaimana cara klien menatap mata, bahasa tubuh (kinecis), kualitas suara, yang
merupakan indicator penting dalam mengungkapkan apa yang terjadi pada diri
klien.
Mark Knapp (1978) menyebutkan bahwa
penggunaan kode nonverbal dalam komunikasi memiliki fungsi untuk meyakinkan apa
yang diucapkan (repetition), menunjukkan perasaan emosi yang tidak bisa
diutarakan dengan kata-kata (substitution), menunjukkan jati diri sehingga
orang lain bisa mengenalnya (identity) dan menambah/melengkapi ucapan-ucapan
yang dirasakan belum sempurna.
Dari berbagai studi yang pernah
dilakukan, tingkah laku nonverbal dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk :
1. Bahasa
tubuh (kinecis)
Yakni
geraka-gerakan badan yang dibedakan atas lima macam : (1) embels ialah isyarat
yang berarti langsung pada symbol yang dibuat oleh gerakan badan, misalnya
dengan mengangkat jari, mengangkat jempol. (2) Illustrator ialah isyarat yang
dibuat dengan gerakan badan untuk menjelaskan sesuatu, yang dibicarakan. (3)
Affect display ialah isyarat yang terjadi karena adanya dorongan emosional
sehingga berpegaruh pada ekspresi muka, misalnya tertawa, menangis, tersenyum
sinis, dsb. (4) Regulator ialah gerakan-gerakan tubuh yang terjadi pada daerah
kepala misalnya mengangguk tanda setuju, atau menggeleng tanda menolak. (5)
Adaptor ialah gerakan badan yang dilakukan sebagai tanda kejengkelan misalnya
menggerutu, mengepalkan tinju keatas meja, dan sebagainya.
2. Gerakan
mata (eye gaze)
Mata
adalah alat komunikasi yang paling berarti dalam memberi isyarat tanpa kata.
Mark Knapp dalam risetnya menemukan 4 fungsi utama gerakan mata, yaitu:
a. Untuk
memperoleh umpan balik dari lawan bicara, misalnya dengan mengungkapkan
bagaimana pendapat anda tentang hal itu ?
b. Untuk
menyatakan terbukannya saluran komunikasi dengan tibanya waktu untuk bicara.
c. Sebagai
isyarat untuk menyalurkan hubungan dimana kontak mata akan meningkatkan
frekuensi bagi orang yang saling memerlukan. Sebaiknya orang yang merasa malu
akan berusaha untuk menghindari kontak mata.
d. Sebagai
pengganti jarak fisik.
3. Nada/suara
(paralangue)
Isyarat
yang ditimbulkan dari tekanan atau nada suara atau iraman suara sehingga
penerima dapat memahami sesuatu dibalik apa yang diungkapkan, misalnya
“datanglah”.
4. Ekspresi
wajah
Wajah
merupakan sumber yang kaya dengan komunikas, karena ekspresi yang ditimbulkan
oleh raut wajah atau muka menunjukkan bagaimana seseorang menerima hasil dari
pesan yang disampaikan kepadanya, misalnya saat ekspresi wajahnya cemberut,
tersenyum, gembira, ketakutan, kemerahan.
5. Diam
Berada
dengan tekanan suara, sikap diam merupakan kode nonverbal yang mempunyai
arti.Dalam kehidupan kita sikap diam sangat sulit diterka. Banyak orang
mengambil sikap diam karena tidak mau menyatakan sesuatu yang menyakitkan orang
lain, misalnya menyatakan “tidak”, dan sikap diam juga dapat menyebabkan orang
lain bersikap ragu.
6. Sentuhan
(touching)
Adanya
isyarat yang dialmbangkan dengan sentuhan badan, menurut bentuknya sentuhan dibagi
atas 3 macam, yakni : (1) Kinestic ialah isyarat yang ditunjukkan dengan
bergandenan tangan satu sama lainnya sebagai symbol keakraban atau kemesraan.
(2) Sociofugal ialah syarat yang ditunjukkan dengan jabat tangan atau saling
merangkul, mengusap punggung. (3) Thermal ialah isyarat yang ditunjukkan dengan
sentuhan badan yang terlalu emosional sebagai tanda persahabatan yang begitu
intim, misalnya menepuk punggung karena sudah lama tidak bertemu.
Sebaiknya
dalam komunikasi efektif tingkah laku verbal dan nonverbal digunakan secara
sinergis, tidak berdiri sneidiri. Penggunaan tingkah laku verbal dan nonverbal
secara terpisah akan menimbulkan salah penafsiran. Perlu dilakukan penelaahan
lebih lanjut dngan bertanya atau mendengakan secara aktif.Harus ditelaah lebih
lanjut arti dari ketidaksesuaian antara yang disampaikan (verbal) dengan
ekspreswi muka (nonverbal).
B.
PENGAMATAN
DAN PENAFSIRAN
Dalam
mengobservasi sesuatu, ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh bidan :
1. Pengamatan
Obyektif
Menemukan berbagai
tingkah laku yang dilihat dan di dengar.Mislanya duduk, berdiri, gelisah dengan
mengeluarkan kata-kata seperti aduh.
2. Penafsiran
(interpretasi)
Merupakan kesan yang
diberikan terhadap apa yang dilihat (Amati) dan didengar. Misalnya, jengkel
karena terlalu lama menunggu.
Tahap-tahap
penafsiran meliputi : (1) Refleksi perasaan, yaitu konselor tidak jauh dari apa
yang dikatakan klien. (2) Klarifikasi, yaitu menjelaskan apa yang tersirat
dalam pikiran klien. (3) Refleksi, yaitu penilaian konselor terhadap apa yang
yang diungkapkan klien. (4) Konfrontasi, yaitu konselor membawa kepada perhatian dan perasaan klien tanpa disadari.
(5) Interpretasi, yaitu konselor memperkenalkan konsep-konsep hubungan yang
berakar dari pengalaman.
Seorang bidan yang
tajam pengamatannya akan memperhatikan bahwa ada beberapa ketidaksesuaian
antara tingkah laku verabal dan
nonverbal, antara apa yang diucapkan dan apa yang dikerjakan. Bidan
perlu mengetahui perbedaan
obyektif dengan penafsiran agar lebih berhati-hati dalam melakukan observasi.
C.
KETERAMPILAN
MEMBINA HUBUNGAN BAIK
Keterampilan membina hubungan baik merupakan fondasi
atau dasar dalam melakukan komunikasi interpersonal.Hubungan baik ini mendasari
keberhasilan dalam berkomunikasi.Membina hubungan baik dialkukan oleh bidan
sejak kontak awal dengan klien harus dipertahankan. Yang harus dimiliki oelh bidan untuk
membina hubungan baik dengan klien adalah :
1. Sikap
Sikap yang mendukung
terciptanya hubungan baik me;iputi hangat, mneghormati, menerima apa adanya,
empati dan tulus.
2. Perilaku
Perilaku respon
posoitif yang mendukung terciptanya hubungan baik meliputi:
§ Bersalaman
dengan ramah.
§ Mempersilahkan
duduk.
§ Bersabar.
§ Tidak
memotong pembicaraan.
§ Menjaga
kerahasiaan klien.
§ Tidak
melakukan penilaian.
§ Mendengarkan
dnegan penuh perhatian.
§ Menanyakan
alas an kedatangan klien.
Keterampilan dasar untuk menetapkan
hubungan baik :
§ Menerima
klien apa adanya.
§ Memberi
salam dan memperkenalkan diri.
§ Membuat
klien merasa diterima, nntang topik yaman, rileks antara lain dengan cara menanyakan nama klien, memulai pembicaraan
tentang topik umum yang sedang berkembang di masyarakat, selain itu konselor
juga perlu observasi perasaan dan emosi serta suasana hati klien.
§ Menjalin
kerja sama dengan klien.
§ Memberi
respon positif, pujian dan dukungan.
Memberi pujian dan dukungan pentig
di berikan kepada klien sehinggan dapat secara terbuka mengemukakan
permasalahan-permasalahannya. Memberikan pujian adalah sama dengan
mengungkapkan persetujuan atau kekaguman sehingga mendorong tingkah laku yang baik,
penghargaan terhadap tindakan/usaha yang telah dilakukan klien dengan baik.
Contoh : “Hari ini kamu kelihatan segar sekali” (BKKBN, Modul Pelatihan
Konseling).
Kunci pokok dalam
membina hubungan baik dengan klien adalah SOLER.
S :
Face your clien Squarely (menghadap kearah klien) dan Smile/Nod at client
(senyum/mengangguk ke klien).
O :
Open and non-judgemental facial expression (ekspresi muka menunjukan dan tidak menilai).
L :
Lean towards client (tubuh condong ke arah klien).
E :
Eye contact in a culturally-acceptable manner (kontak mata sesuai dengan cara
yang diterima oleh budaya setempat).
R :
Relaxed and Friendly manner (santai dan bersifat bersahabat).
D.
KETERAMPILAN
MENDENGAR AKTIF
Mendengar aktif adalah suatu keterampilan dasar
komunikasi bagi calon bidan untuk menghimpun informasi sebanyaknya untuk
menegakkan diagnosa dengan baik. Mendengar
aktif adalah dengan memberikan umpan balik/merefleksikan isi ucapan dan
perasaan klien. Adanya
mengungkapkan perasaan klien yang teramati oleh konselor dari intonasi suara,
raut wajah, dan bahas atubuh klien mampu dari hal-hal yang tersirat dari kata
verbal. Contoh : Sekarang
ibu tidak perlu khawatir, suami ibu pasti bisa menerima kehamilan ini, karena
ini adalah anugerah … (kehamilan tidak diinginkan).
E.
TEKNIK
MENDENGAR AKTIF
Terdapat empat teknik mendengar aktif yang bisa
dilakukan sesuai situasi yang dihadapi, yaitu :
1. Mendengar
pasif (diam), dilakukan jika klien sedang menceritakan masalahnya :
menggebu-gebu dalam menceritakan masalah dengan ekspresi kesal dan sedih,
bercerita tidak henti-hentinya.
2. Memberi
tanda perhatian verbal dan nonverbal dilakukan sewaktu klien berbicara panjang
tentang peristiwa yang terjadi pada dirinya, seperti : Hmm, yaa, llalu, oh
begitu, terus …. atau sesekali mengangguk.
3. Membuka
pembicaraan, undangan untuk berbicara (mengajukan pertanyaan untuk mendalami
dan klarifikasi), yaitu dengan mengajukan pertanyaan dilakukan apabila konselor
belum puas dengan jawaban yang diberikan klien.
4. Mendengar
aktif, yaitu memberikan umpan balik/refleksi isi ucapan dan perasaan yaitu
merangkum, merefleksikan isi ucapan dan refleksi perasaan.
Fungsi
Mendengar :
1. Membuat
orang yang anda ajak bicara memahami/mencoba memahami.
2. Mendorong
seseoramng untuk cerita seperti dialami benar-benar.
3. Memperjelas
percakapan antara anda sebagai pendengar dan pembicara.
4. Memberikan
penjelasan pada orang lain untuk menceritakan hal-hal yang ingin
diceritakannya.
5. Mencegah
pembuatan kesimpulan secara terburu-buru.
Prinsip
Mendengar :
1. Menerima
orang lain apadanya.
2. Menghargai
perasaan orang lain.
3. Toleransi
terhadap keanehan orang lain, dengan cara konsentrasi pada isi bukan cara
bicaranya.
4. Perhatikan
penuh dan terpusat kepada pasien dan pandangan sesekali menatap wajah psien
dalam batas wajar.
5. Mendengarkan
segala sesuatu yang dikemukakan oleh pasien, memeprhatikan perasaan dan
perilakunya. Bidan dapat
mengungkapkan perasaan, pengalaman, seperti : “bagus ibu, aduh kasihan ya, lalu
apalagi yang dirasakan ibu ?”
6. Duduk
menghadpa klien dengan nyaman, menghindari gerakan yang mengganggu.
7. Melakukan
pengulangan/refleksi supaya ada pemahaman.
Mendengar
Secara Aktif Mencakup Hal-hal :
1. Pada
saat mendengar bidan harus menutup diri dari stimulasi/rangsangan yang dating
dari luar, selain mendengarkan apa yang dikemukakan oleh pasien (konsentrasi).
2. Bidan
harus memperhatikan pesan, ungkapan baik yang diungkapkan verbal maupun
nonverbal.
3. Bidan
harus dapat menarik kesimpulan terhadap perasaan pasien yang telah diungkapkan.
4. Lakukan
kontak mata, kalau tidalk berani pandang titik antara dua alis.
5. Perhatikan
minat dengan sikap tubuh, sedikit condong ke depan.
6. Tanyakan
lagi bila belum jelas.
7. Tanyakan
secara detail masih ada hubungan dengan topik. Tinggal opini/pandangan pribadi.
8. Tinggalkan
opini/pandangan pribadi.
9. Jaga
emosi.
10. Jangan
perlihatkan kalau kita terburu-buru.
11. Jeda
(berhenti sejenak) diperlukan dalam suatu percakapan.
Beberapa
Kesalahan yang Sering Terjadi :
1. Sikap
mendengar acuh tak acuh, tidak ada kontak mata.
2. Kegagalan
mengikuti orang lain berbicara sampai selesai (interupsi dini).
3. Mulai
berbicara cerita anda sendiri (bedakan dengan membuka diri).
4. Kehilangan
pikiran sejenak.
5. Bereaksi
secara impulsive (Tuhan ampun deh…).
6. Memberikan
nasehat sangat awal.
7. Memberikan
nilai…
8. Mengekspresikan
asumsi diri pada pasien.
F.
KETERAMPILAN
BERTANYA
Mengajukan
pertanyaan kepada klien berfungsi untuk :
1. Mengetahui
kebutuhan dan pengtahuan klien.
2. Melibatkan
klien dengan partner.
3. Memperlihatkan
minat pada orang lain.
4. Memberikan
kesempatan orang lain untuk bertanya.
5. Mengumpulkan
informasi fraktual tanpa lebih lanjut.
6. Mendorong
orang lain untuk membuat pilihan.
7. Meringkas
isi percakapan.
8. Ekspresi
sopan, senyum.
9. Sebagai
awal bicara.
10. Membuat
informasi lebih kongkret.
Tipe
pertanyaan :
Semua jenis pertanyaan
dapat dikelompokkan menjadi :
1. Pertanyaan
terbuka : akan mengundang orang lain utuk mengatakan dan memverbalkan
pandanagn/perasaannya. Akan memberikan waktu dan kesempatan pada orang lain
untuk mengatakan segala aspek yang relevan, jenis pertanyaan biasanya memakai
kata “bagaimana” atau “apa”. Contoh
: “Bagaimana pendapat anda setelah anda belajar/praktek ANC di Labolatorium ?”.
2. Pertanyaan
tertutup : menghasilkan jawaban ya dan tidak yang berguna untuk mengumpulkan
informasi yang fraktual (jawaban sudah diberikan untuk dipilih), tidak
menciptakan suasana yang nyaman dalam berkomunikasi dan proses pengambilan
keputusan, bidan mengontrol jalannya percakapan, klien hanya memberikan
informasi yang bersangkutan dengan pertanyaan saja.
Perilaku bertanya aktif
:
1. Menjaga
kontak mata.
2. Menunjukkan
minat mendengar.
3. Menunjuk
perhatian.
4. Tidak
bicara saat mendengarkan.
5. Mengajukan
pertanyaan yang relevan.
6. Menunjukan
empati.
7. Menguntip
kata-kata klien untuk diskusi.
8. Diam,
memfokuskan.
9. Tidak
menyilangkan kaki.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Tingkah laku
verbal adalah perbuatan/perilaku yg ditunjukkan melalui bahasa/kata-kata.
Bahasa dicerminkan dengan adanya perbendaharaan kata, penggunaan kalimat,
intonasi, kecepatan berbicara dan humor. Tingkah laku non verbal merupakan
tingkah laku dalam bentuk bahasa tubuh meliputi isyarat, pergerakan tubuh, dan
penampilan fisik. Kunci pokok dalam membina hubungan
baik dengan klien adalah SOLER.
Seorang
Bidan dituntut untuk melatih kepekaan melalui empati yang dimiliki. Dengan
kepekaan yang dimilikinya, ia akan mampu melakukan pengamatan (observasi).
Kepekaan tersebut tercermin dari cara ia mengamati tingkah laku klien baik
verbal maupun nonverbal. Tingkah
laku verbal dan nonverbal merupakan obyek untuk melakukan observasi atau
pengamatan obyektif, meskipun tingkah laku verbal dan nonverbal dapat berdiri
sendiri akan tetapi pada kenyataannya verbal dan nonverbal tidak dapat
dipisahkan, saling menguatkan arti yang sebenarnya dari suatu tingkah laku.
Melalui kepekaan pengamatan obyektf (observasi) merupakan keterampilan dasar
dalam membina hubungan komunikasi efktif.
B.
SARAN
Diharapkan
makalah ini berguna bagi pembaca terutama mahasiswa yang akan menghadapi
berbagai klien/pasien dilahan kerja/praktik.
DAFTAR PUSTAKA
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu
Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Jalaludin Rakhamat, 1994, Psikologi
Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya.
mustikanurse.blogspot.com/2006/12/komunikasi-dalam-pelayanan-keperawatan_12.html.
Tuesday, December 12, 2006. Komunikasi Dalam PelayananKeperawatan
II Oleh : Mustikasar
Wulandari diah.2009.Komunikasi dan konseling dalam
praktik kebidanan.Jogyakarta:Nuha medika
Post a Comment for "Tingkah Laku Verbal dan non Verbal"