Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Aliran Asy'ariyah



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ilmu Kalam biasa disebut dengan beberapa nama, antara lain: ilmu ushuludin, ilmu tauhid, Fiqih al Akbar dan teologi Islam.Sedangkan makna dari Ilmu Kalam sendiri adalah ilmu yang membahas berbagai masalah ketuhanan dengan menggunakan argumentasi logika atau filsafat.
Sumber-sumber ilmu Kalam berdasarkan atau berlandaskan Nash-Nash Alqur’an, Hadits Nabi, pemikiran manusia dan insting. Munculnya Ilmu Kalam muncul karena persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan yang berbuntut penolakan Muawiyah atas khalifahan Ali bin Abi Thalib sehingga menimbulkan peperangan yang dinamakan Perang Siffin yang berakhir keputusan takhkim (arbitrase). Ali bin abi Thalib menerima takhkim Amr ibn Ash utusan Mu’wiyah. Sedangkan sebagian tentara tidak sependapat dengan hal yang dilakukan tersebut karena keputusan tidak bisa menggunakan takhkim. Sehinnga barisan Ali yang membelot keluar dari barisan ali yang disebut dengan golongan Khawarij yang artinya orang yang memisahkan diri.
Sebagian pasukan yang tetap mendukung Ali muncul golongan Syi’ah. Kemudian persoalan pertama kali muncul adalah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir. Seperti khawarij siapa yang terlibat peristiwa tahkim yakni Ali, Muawiyah Amr ibn Ash, Abu Musa Al Asy’ari adalah kafir. Dalam islam timbul pula aliran teologi yakni Qadariyah,Jabbariyyah .Dengan ini kami akan menjelaskan salah satu golongan aliran Ilmu Kalam yaitu Asy’ariyyah



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian dan latar belakang munculnya
Asy’ariyah adalah sebuah aliran yang menganut iktikad yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW dan diikuti oleh sahabat-sahabatnya. Aliran ini dinisbatkan kepada pendirinya yaitu Imam Abul Hasan Ali bin Ismail al-Asy’ari, keturunan Abu Musa al-Asy’ari, seorang tahkim dalam peristiwa Perang Siffin dari pihak Ali. Dia lahir di kota Bashrah tahun 260 H (873 M) dan meninggal tahun 324 H (935 M) di Baghdad. Pada awalnya ia berguru kepada seorang pendekar Mu’tazilah waktu itu bernama Abu Ali al-Jubai. Memang dahulunya al-Asy’ari ini merupakan penganut paham Mu’tazilah, namun terasa baginya sesuatu yang tidak cocok dengan Mu’tazilah yang pada akhirnya condong kepada ahli fiqih dan ahli hadits.
Setelah lama-lama berpikir dan merenungkan antara ajaran-ajaran Mu’tazilah dengan paham ahli-ahli fiqih dan hadits, maka ketika dia sudah berumur 40 tahun dia bersembunyi di dalam rumahnya selama 15 hari untuk memikirkan hal tersebut. Tepat pada hari jumat, dia berdiri di atas mimbar mesjid Bashrah dan secara resmi menyatakan keluar dari Mu’tazilah.
Kata al-Asy’ari tersebut adalah:
“Wahai masyarakat, barangsiapa mengenal aku, sungguh dia telah mengenalku. Barangsiapa yang tidak mengenalku maka aku mengenalnya sendiri. Aku adalah Fulan bin Fulan. Dahulu aku berpendapat bahwa al-Qur’an adalah makhluk, bahwasanya allah tidak melihat dengan mata, bahwasanya perbuatan-perbuatan yang jelek aku sendiri yang memperbuatnya. Aku bertaubat mencabut dan menolak paham-paham mu’tazilah dan keluar darinya”.
Adapun sebab terpenting Asy’ari meninggalkan Mu’tazilah adalah karena adanya perpecahan yang dialami kaum muslimin yang bisa menghancurkan mereka sendiri, kalau seandainya tidak diakhiri. Dia mendambagakan kesatuan umat, dia sangat khawatir kalau al-Qur’an dan Hadits menjadi korban dari paham-paham Mu’tazilah yang dianggapnya semakin menyimpang dan menyesatkan masyarakat karena Mu’tazilah lebih mementingkan akal fikiran.



B.     Tokoh-tokoh Asy’ariyah
Setelah meninggalnya Abu Hasan al-Asy’ari maka aliran Asy’ariyah ini mengalami kemunduran atau kesurutan. Maka pada saat itu juga muncul pihak-pihak yang yang menentang aliran asy’ariyah tersebut, seperti pengikut mazhab Hambali. Ketika itu muncullah seorang menteri dari Bani Saljuk yang bernama Nidhomul Muluk (m. 485 H/1092 M), mendirikan dua buah madrasah yang terkenal yaitu, Nidhomiyah di Naisabur dan di Baghdad.
Kemudian tokoh-tokoh ulama terkenal yang berperan dalam kemajuan aliran Asy’ariyah tersebut adalah:
a.       Abu Bakar bin Tayyib al- Baqillany (m. 403 H/1013 M), lahir di kota Bashrah. Kitab karangannya yang terkenal ialah at-Tamhid, berisi antara lain tentang atom, sifat dan cara pembuktian.
b.      Abu al- Ma’aly bin Abdillah al- Juwainy (419-478 H/1028-1085M), lahir di kota Naisabur, kemudian pindah ke kota Mu’askar dan akhirnya sampai di Baghdad. Dia mengikuti ajaran-ajaran al- Baqillany dan al- Asy’ari. Kitab karangannya dibidang tauhid yang terkenal antara lain:
-         Qawalidu ‘Aqaidu yang menguraikan tentang prinsip-prinsip akidah.
-         Al Burhan fie Ashuli Fiqhi menerangkan tentang masalah iman dan ilmu yang digali berdasarkan sumber-sumber makrifat dan obyeknya.
-         Al Irsyad fie Qowathi’i I-llah fie Ushuli i-‘Aqaid menerangkan tentang pokok-pokok kepercayaan dan kewajiban pertama seorang muslim dewasa terhadap agama.
-         Masailul Imam Abdul Haqqi ash Shaqati wa Ajwibatihi lil Imam Abil Ma’ati, kitab ini berisi jawaban masalah-masalah yang dipertanyakan orang seperti alam itu baru, isra’ mi’raj, dll.
-         Nihayatul Mathlub fie Dirayatil Mazhab, kitab ini adalah pandangan fiqihnya menurut mazhab Syafi’i.
c.       Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad al-Qazali (450-505 H/1059-1111M) lahir di kota Thus, negeri Khurasan. Gurunya adalah Imam Juwainy. Kitabnya yang terkenal adalah Bidayatul Hidayah suatu kitab pengantar ilmu tasauf dan Ihya’ ‘Ulumudddin yang  berisi tentang cara-cara menghidupkan kembali jiwa beragama yang waktu itu mulai luntur.
d.      Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf as Sanusi, lahir di kota Tilimsan Aljazair (833-895H/1427-1490M). Diantara kitab karangannya adalah: Aqidah Ahli Tauhid, berisi pandangan-pandangan tauhid dan Ummul Barahin berisi pembagian sifat-sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah dan Rasul-Nya.
e.       Imam Abu Abdillah Muhammad at-Taimi al Kubro ibnu Khatib Fahruddin ar Razi. Lahir di Persia 543H. Dia menulis kitab ilmu kalam, fiqih, tafsir dan lain-lain.
f.       Abdul Fattah Muhammad Abdul Karim ibnu Abi Bakar Ahmad asy Syahrastani. Lahir di Khurasan (479-574H/1086-1153M). kitab karangannya yang terkenal al Milal Wan Nihal. Menerangkan golongan-golongan dalam Islam dan berbagai paham keagamaan dan falsafat. Kitab ini terdiri dari 3 juz dalam satu jilid.

C.    Ajaran-ajaran atau pokok-pokok pemikiran Asy’ariyah
1.      Sifat-sifat Tuhan. Menurut aliran ini, Tuhan mempunyai sifat-sifat sebagaimana disebutkan di dalam al-Qur’an. Allah mengetahui dengan ‘ilm (ilmu), berkuasa dengan qudrah, hidup dengan hayah, berkehendak dengan iradah, berkata dengan kalam, mendengar dengan sama’, melihat dengan bashar, dan seterusnya. Sifat-sifat tersebut adalah azali, qadim, dan berdiri di atas zat Tuhan. Sifat itu bukan zat Tuhan, bukan pula selain dari zat-Nya.
2.      Al-Qur’an menurut mereka adalah qadim, bukan makhluk. Dasarnya adalah ayat an-Nahl ayat 40;
Sesungguhnya perkataan kami terhadap sesuatu apabila kami menghendakinya, kami Hanya mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", Maka jadilah ia.
3.      Melihat Tuhan bisa dengan mata kepala sendiri di akhirat. Dasarnya adalah firman Allah dalam surat al-Qiyamah ayat 22-23
Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka Melihat
4.      Perbuatan manusia diciptakan tuhan bukan diciptakan oleh manusia itu sendiri. Dasarnya adalah surat as-Saffat ayat 96;
Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.
5.      Tuhan bertahta di ‘Arsy, mempunyai muka, tangan, mata, dan sebagainya. Tetapi tidak sama dengan yang ada pada makhluk.
6.      Keadilan Tuhan, Tuhan tidak mempunyai kewajiban apapun. Tuhan  tidak wajib memasukkan orang jahat ke neraka dan juga sebaliknya, namun semua itu hanya kehendak mutlak dari Tuhan karena Dia Maha Kuasa atas segala-galanya.
7.      Muslim yang berdosa besar menurut aliran ini apabila melakukan dosa besar dan meninggal dunia sebelum bertobat, tetap menjadi mukmin, tidak kafir, tidak pula berada antara keduanya sebagaimana pendapat Mu’tazilah.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Asy’ariah merupakan aliran yang hidup hingga sekarang, berumur hampir sepuluh abad. Aliran ini tumbuh pada tahun-tahun pertama abad ke-4 H, hingga sekarang masih ada, walaupun harus menghadapi tekanan kira-kira 1 ½ abad. Satu saat bertarung melawan kaum rasionalis, yang diwakili khususnya oleh Mu’tazilah, tetapi kadang juga melawan naqliyyin (tekstualis) yang diwakili oleh Salaf ekstrim dari kalangan Hanabilah dan Karamiah. Baru kemudian ajaran-ajaran aliran ini bisa mendominasi dan menjadi mazhab resmi Negara di dunia Sunni yang dalam rangka itu ia ditopang oleh kondisi social-politik.

B.     Saran
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan makalah ini Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis para pembaca khusus pada penulis. Aamiin.





DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad, Zhuhr al- Islam, jilid IV, Beirut: Dar al- Fikr,1969
Nasir, Sahilun, Pengantar Ilmu Kalam, Jakarta: CV. Rajawali, 1991
Asmuni, Yusran, Ilmu Tauhid, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996
Rozak, Abdul, Ilmu Kalam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007
Anwar, Rosihon, Ilmu Kalam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007

Post a Comment for "Aliran Asy'ariyah"