Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Konflik sosial 3

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
              Kita sebagai makhluk sosial yang melakukan interaksi dengan masyarakat yang ada di sekitar kita pasti pernah mengalami suatu pertentangan atau perbedaan dengan orang – orang yang ada di sekitar kita. Pertentangan ini yang nantinya akan menjadi sebuah konflik yang jika dibiarkan akan menjadi suatu masalah yang akan membesar. Bisa dikatakan bahwa konflik merupakan suatu proses sosial antara satu orang atau lebih yang mana salah seorang di antaranya berusaha menyingkirkan pihak lain. Seperti yang dikatakan salah satu teori dari Karl Marx yang melihat masyarakat manusia sebagai sebuah proses perkembangan yang akan menyudahi konflik melalui konflik. Kalau kita melihat dari teori tersebut, bisa kita simpulkan bahwa kita sebagai masyarakat tidak bisa menghindari adanya konflik yang pastinya akan terjadi di kehidupan kita.
              Contoh kecil dari konflik yaitu dari lingkungan keluarga, terkadang kita mengalami perbedaan pendapat dengan salah satu anggota keluarga, yang nantinya pasti akan menjadi sebuah konflik karena konflik terjadi karena beberapa penyebab yang masing – masing mempunyai jalan tersendiri untuk menyelesaikan konflik tersebut. Ada empat bentuk konflik yaitu konflik tujuan, konflik peranan, konflik nilai dan konflik kebijakan. Konflik juga tidak begitu saja muncul tapi konflik mempunyai sumber – sumber yang menjadi patokan atu pemicu munculnya konflik antar individu maupun antar kelompok sosial.

B.     Tujuan
Makalah ini dibuat bertujuan untuk :
1.      Menjelaskan pengertian konflik social
2.      Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab konflik social
3.      Menganalisis dampak yang muncul karena konflik social
4.      Mengidentifikasikan bentuk pengendalian sosial.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Konflik Sosial
              Konflik dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana terjadi ketidaksamaan persepsi, pandangan, perspektif antara satu pihak dengan lainnya yang kemudian masing-masing pihak berusaha untuk membenarkan pendapatnya dengan cara menyingkirkan pihak lawannya. Menurut Soejono Soekanto, untuk menyingkirkan pihak lawan maka digunakanlah ancaman dan/ atau kekerasan.
              Konflik dapat terjadi karena masing-masing indivdu memiliki sifat dan karakter yang berbeda. Ditambah lagi dengan tujuan dan kepentingan mereka yang tidak sama pula. Ketidaksamaan antarindividu  itulah yang kemudian membuatnya merasa terancam dengan keberadaan individu lainnya. Individu-individu tersebut lalu berupaya dengan menggunakan berbagai cara untuk menyingkirkan pihak yang menjadi lawannya.
              Konflik lebih sering terjadi dalam hubungan sosial bukan personal/intim. Ini bisa terjadi karena masing-masing pihak dalam hubungan personal menekankan perasaan-perasaan yang bisa mempertajam perbedaan.

B.     Faktor-Faktor Penyebab Konflik Sosial
1.      Perbedaan Antarindividu
Contoh konflik yang dapat terjadi ketika seorang anak ingin melanjutkan sekolahnya  ke sekolah musik, sementara orang tuanya menginginkan anaknya kuliah ekonomi. Hal ini wajar terjadi karena adanya perbedaan antarindividu. Jika antarindividu yang masih dalam satu keluarga saja terlibat konflik, apalagi antarindividu dengan individu lainnya yang sama sekali tidak ada hubungan darah.

2.      Perbedaan Kebudayaan
Perbedaan kebudayaan dapat memicu terjadinya konflik. Contohnya perbedaan kebudayaan antara orang Eropa yang datang ke benua Amerika dan orang Indian yang merupakan penduduk asli menyebabkan konflik sampai menelan korban jiwa. Semakin lama semakin banyak orang Eropa yang hijrah ke Amerika sehingga penduduk asli Amerika kemudian ditempatkan dalam suatu perkampungan khusus. Akhirnya terjadi dominasi orang Eropa kulit putih terhadap orang Indian.

3.      Perbedaan Kepentingan
Perbedaan kepentingan antarindividu maupun kelompok juga dapat memicu konflik. Setiap orang atau kelompok tentu memiliki kebutuhan maupun kepentingan. Sedangkan orang lain atau kelompok lain pun memiliki kepentinga dan kebutuhan sendiri. Perbedaan tersebut kemudian terbentuk dan menjadi konflik. Contohnya, pengusaha memiliki kepentingan untuk memperolaeh laba usaha yang besar. Mereka lalu melakukan upaya guna memperbesar laba seperti menekan biaya yang dipakai untuk menggaji buruh. Sementara itu, para buruh memiliki kepentingan atau kebutuhan untuk hidup sejahtera melalui gaji yang besar. Perbedaan kepentingan seperti ini bisa mendatangkan konflik sosial di masyarakat.

4.      Perubahan Sosial
Perbedaan sosial di masyarakat mengakibatkan timbunya konflik. Contoh, berkembangnya perkotaan menyebabkan lahan perumahan dan pertanian menjadi sempit. Hal ini bisa mendatangkan konflik antaranggota keluarga akibat memperebutkan tanah warisan. Contoh lain, perubahan pandangan terhadap nilai perkawinan bisa mendatangkan konflik antar generasi muda dengan genersi tua.

C.     Bentuk-Bentuk Konflik
Dilihat dari yang terlibat di dalamnya :
1.      Konflik Pribadi
Konflik pribadi terjadi antara satu individu dengan idividu lainnya. Hal-hal yang menjadi penyebab konflik ini bisaanya adalah hal-hal yang bersifat pribadi. Kendati demikian, konflik pribadi pun bisa berujung kemuka hukum. Contohnya, perebutan harta warisan antara kakak dan adik. Setelah merasa tidak dapat menyelesaikan secara damai, keduanya sepkat untuk membawa masalah tersebut ke jalur hokum.


2.      Konflik Antar Kelompok
Konflik antarkelompok terjadi antara kelompok satu dengan kelompok lainnya. Contohnya yaitu tawuran antar pelajar. Kelompok pelajar A tidak terima dengan perlakuan anggota kelompok pelajar B. Perbedaan pendapat itu kemudian menjadi konflik yang diwarnai bentrokan fisik.

3.      Konflik Antaretnis
Indonesia yang memiliki macam-macam etnis tentunya memiliki adat istiadat dan budaya yang berbeda. Terkadang, pandangan etnis tertentu terhadap suatu hal bertolak belakang degan pendapat kelompok etnis lainnya. Kalau sudah begini, maka konflik pun bisa terjadi. Beberapa waktu lalu di Indonesia terjadi konflik antaretnis seperti yang terjadi di Kalimantan.

4.      Konflik Antarnegara
Konflik antarnegara bisa terjadi apabila muncul dominasi suatu negara atas Negara lainnya. Pada awal kemerdekaan Indonesia, terjadi konflik antar Indonesia dengan Belanda. Penyababnya adalah Belanda masih menganggap Indonesia sebagai wilayah jajahannya. Belanda masih ingin mendominasi Indonesia.
           
Dilihat dari latar belakang terjadinya :
1.      Konflik Politik
Banyak sekali konflik berlatar belakang politik yang terjadi di Indonesia. Masalah internal partai politik pun bisa meluas dan menjadi konflik politik berskala nasional yang memakan banyak korban jiwa. Yang paling besar tentu saja konflik yang terjadi pasca-pembrontakan G30S/PKI 1965. Konflik sosial tersebut merupakan konflik yang palik traumatik karena memakan korban ratusan ribu atau bahkan jutaan korban.

2.      Konflik Ekonomi
Naiknya harga-harga, kurangnya lapangan pekerjaan, serta kesenjangan pendapat antara orang kaya dengan orang miskin merupakan hal-hal yang menyebabkan terjadinya konflik bernuansa ekonomi di dalam masyarakat.
3.      Konflik Budaya
Beberapa waktu lalu terjadi perdebatan tentang batasan pornografi dalam Undang-Undang Antipornografi. Ini disebabkan oleh perbedaan kebudayaan dalam memandang suatu hasil kesenian. Bisaanya perbedaan ini terjadi antara golongan tua dengan golongan muda.

4.      Konflik Agama
Konflik agama adalh konflik yang dilatarbelakangi oleh agama. Perbedaan tata cara beribadat, pandangan, dan lainnya bisa menyebabkan konflik bahkan dalam intra agama sekalipun. Konflik ini juga bisa dicampuri dengan masalah etnisitas, sehingga terjadi kerusuhan seperti yang terjadi di Poso dan Ambon.

D.    Dampak yang Muncul Akibat Konflik Sosial
Dampak Negatif :
§  Konflik menimbulkan prasangka antar pihak yang berkonflik
§  Mengakibatkan kehilangan harta benda sampai dengan nyawa orang
§  Renggangnya hubungan yang semula berjalan lancar.

           Dampak Positif :
§  Meningkatkan solidaritas kelompok (In Group Solidarity)
Sebuah kelompok memiliki pihak lain yang diidentifikasikan sebagai musuh bersama. Dengan ini setiap anggota kelomok tersebut akan bekerja sama untuk menyingkirkan pihak yang diidentifikasikan sebagai musuh bersama tadi. Contohnya, pada tahun 1998 Orde Baru merupakan musuh bersama para mahasiswa yang menginginkan adanya reformasi. Mereka bersatu dalam kelompok angkatan ’98 yang berusaha melengserkan Soeharto dari jabatan Presiden.

§  Menciptakan Integrasi yang harmonis
Integrasi yang dimaksud adalah yang terjadi setelah konflik berakhir. Contohnya seperti konflik di Aceh antara GAM dengan Republik Indonesia. Pihak Gerakan Aceh Merdeka ingin memisahkan diri dari Republik Indonesia. Konflik pun terjadi bertahun-tahun tanpa adanya kesepakatan damai. Baru setelah Aceh dilanda tsunami, tercapai kesepakatan damai antara RI dan GAM. Akhirnya GAM memutuskan untuk kembali menjadi bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia.

§  Memperkuat identitas pihak yang berkonflik
Dengan adanya konflik, pihak-pihak yang terlibat semakin memahami identitasnya, baik sebagai individu maupun sbagai anggota dari sebuah kelompok. Ketika terjadi perbedaan pandangan perihal pelaksanaan proklamasi, mereka yang berusia muda mengidentifikasikan diri sebagai kelompok muda yang menginginkan kemerdekaan diproklamasikan secepatnya dan tanpa bantuan dari Jepang.

§  Menciptakan kelompok baru
Ketika terjadi perang Dingin antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet berdiri sebuah kelompok yang bertekad tidak mau terlibat dalam pertikaian dua Negara tersebut. Kelompok ini lah yang menjadi Gerakan Non-Blok. Dalam hal ini, konflik yang terjadi malah mengakibatkan munculnya kelompok baru.

§  Membawa Wawasan
Konflik juga bisa membawa wawasan kedua belah pihak yang betikai. Contohnya pemboman Hiroshima dan Nagasaki telah membuka mata pihak yang bertikai bahkan dunia internasional akan bahaya bom atom.

E.     Bentuk Pengendalian Konflik Sosial
Dilihat dari keberadaan pihak ketiga sebagai penengah :
1.      Konsiliasi
Di dalam bentuk pengendalian ini,konflik dikendalikan melalui sebuah lembaga. Tidak sembarang lembaga dapat berperan dalam konsiliasi. Lembaga yang dimaksud haruslah memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
§  Diakui oleh kedua belah pihak
§  Keputusannya bersifat mengikat dan memaksa bagi pihak-pihak yang berkonflik   
§  Bersih dan berwibawa Jadi kedua belah phak yang berkonflik merasa berkewajiban untuk menaati apa yang telah diputuskan oleh lembaga tersebut.

2.      Mediasi
Serupa dengan Konsiliasi, mediasi pun menunjuk pihak ketiga sebagai penengah. Hanya saja yang membedakan adalah dalam mediasi ini pihak yang berkonflik tidak harus melaksanakan apa yang dikatakan oleh sang debitur. Jadi, dalam hal ini mediator hanya memberikan saran, pendapat, dan pandangan mengenai bagaimana konflik dapat diselesaikan.

3.      Arbitrasi
Dalam pengendalian arbitrasi dapat di contohkan seperti didalam setiap pertandingan sepak bola, selalu ada seorang wasit yang keputusannya harus dipatuhi oleh seluruh pemain dari kedua tim yang bermain. Begitu pula dalam pengendalian konflik dengan cara arbitrasi. Ada pihak ketiga yang bertindak sebagai wasit. Setiap keputusannya harus ditaati oleh pihak yang berkonflik.

                 Dilihat dari yang berinisiatif menyelenggarakan upaya pengendalian konflik :
1.      Paksaan
Cara paksaan maksudnya pihak yang kuat memaksa pihak yang lemah untuk mengakhiri konflik. Dalam hal ini, pihak yang memaksa mengakhiri konflik akan menjadi pihak pemenang. Pihak yang dipaksa untuk mengakhiri konflik akan dianggap sebagai pihak yang kalah. Ini terjadi pada perjanjian Jepang dengan pihak sekutu setelah Jepang kalah dalam Perang Dua Kedua. Jepang menyetujui untuk tidak memiliki Angkatan Perang, padahal ini sangat merugikan bagi Jepang
2.      Sukarela
Sebuah konflik yang berkepanjangan pastilah membawa dampak yang negative. Kedua belah pihak yang berkonflik terkadang merasa jenuh dan ingin segera mengakhiri konflik. Mereka kemudian sepakat untuk mengadakan pertemuan untuk bernegosiasi membicarakan upaya menyelesaikan konflik.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Semua lapisan masyarakat di dunia pernah mengalami konflik. Secara teortis konflik sosial sebenarnya membawa manfaat yang baik bagi masyarakat hanya saja cara dan jalannya kebanyakan mengarah ke dampak negative. Sehingga di masyarakat banyak terjadi kerusuhan di mana-mana. Konflik sosial juga membawa dampak positif walaupun pada kenyataannya yang terjadi dimasyarakat kebanyakan dampak negative.
Koflik berasal dari kata kerja Latin, configure yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses social antara dua orang atau lebih (bsa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
            Secara umum konflik social merupakan suatu keadaan dimana masyarakat terjadi suatu pertikaian karena adanya persaingan maupun perbedaan yang terjadi dalam masyarakat. Dalam sosiologi banyak para tokoh menginterprestasikan konflik social berbeda-beda.

B.     Saran
              Sebaiknya kita sebagai bangsa dan negara yang beragama dan juga bernegara hukum, seharusnya kita berusaha menghindari adanya konflik sosial di antara masyarakat, agar Negara kita ini  bisa menjadi Negara yang penuh dengan kedamaian, kerukunan dan bebas dari segala jenis konflik dan pertentangan.



DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Tom. Tujuh Teori Sosial, Sketsa Penilaian Perbandingan.Yogyakarta: Kanisius, 1994.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi, Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo, 2006.
Ahsanudin. Sosiologi, Modul Sosiologi. Solo : Hayati


Post a Comment for "Konflik sosial 3"